Pemerintah RI cuma protes, hacker lawan penyadapan AS-Australia
Merdeka.com - Isu penyadapan yang dilakukan intelijen Amerika Serikat (AS) dan Australia terhadap Indonesia belakangan marak menjadi perbincangan publik. Kabar itu terkuak dari pengakuan mantan kontraktor Agensi Keamanan Nasional (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden.
Dalam surat kabar Australia, Sydney Morning Herald beberapa waktu lalu, Snowden mengakui AS melakukan penyadapan serta memonitor jaringan komunikasi dari fasilitas pengawasan elektronik di Kedubes dan Konsulat AS di seluruh Asia Tenggara dan Timur, termasuk di Jakarta.
Hal itu tentu saja mendapat reaksi keras dari publik Tanah Air. Umumnya publik mendesak pemerintah bersikap tegas atas penyadapan yang dilakukan AS dan Australia.
-
Kenapa hacker menyerang negara-negara tertentu? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Siapa saja hacker yang menyerang? Laporan tersebut secara detail menjelaskan serangan-serangan yang dilakukan pemerintah dari Rusia, China, Iran, dan Korea Utara, serta beberapa kelompok peretas di wilayah Palestina dan peretas bayaran yang disewa negara-negara lain.
-
Bagaimana hacker menyerang? Mereka menggunakan aktor-aktor yang berpura-pura menjadi diplomat Barat dan pejabat Ukraina untuk mengakses akun, memahami kebijakan luar negeri Barat terhadap Ukraina, serta merencanakan serangan terhadap organisasi pemerintah Ukraina dan sektor-sektor penting di NATO.
-
Apa saja serangan yang dilakukan hacker? 'Terkadang, hampir setengah dari serangan ini menargetkan negara-negara anggota NATO, dan lebih dari 40 persen ditujukan terhadap pemerintah atau organisasi sektor swasta yang terlibat dalam pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur penting,' jelas Tom Burt dari Microsoft.
-
Apa yang diminta hacker dari pemerintah? Atas serangan itu pelaku meminta tebusan senilai USD8 juta atau Rp131 miliar (kurs Rp16.360) ke pemerintah.
-
Bagaimana pekerja IT tawarkan jasa hacker? Salah satu contoh iklan yang ditemukan adalah seorang pengembang Python yang menawarkan layanan pembuatan chatbot VoIP, chatbot grup, chatbot AI, peretasan, dan kerangka kerja phishing dengan harga sekitar USD 30 per jam.
"Kita perlu protes keras, kita sebagai negara yang berdaulat seharusnya kita punya sikap," kata Ketua DPR Marzuki Alie, di Gedung Merdeka, Bandung, Jumat (8/11).
Senada dengan Marzuki, Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Hajriyanto Y. Thohari, menyatakan Indonesia harus memberi pelajaran kepada pemerintah Amerika Serikat.
"Tidak selayaknya kedubes negara asing, apalagi AS, yang bersahabat baik dengan RI melakukan hal-hal yang tidak terpuji itu," kata Hajriyanto melalui pesan singkat, Kamis (31/10).
Sementara itu, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri melancarkan protes keras terhadap penyadapan tersebut. Marty mengaku sudah mengonfirmasi langsung pemberitaan tersebut kepada perwakilan Kedutaan AS di Jakarta.
"Indonesia tidak dapat menerima dan mengajukan protes keras terhadap berita tentang keberadaan fasilitas penyadapan di Kedubes AS di Jakarta," kata Menteri Luar Negeri, Marty M. Natalegawa, menanggapi pemberitaan di surat kabar harian Sydney Morning Herald dalam rilis yang diterima merdeka.com, Rabu (30/10).
Menurutnya, jika informasi ini benar, maka Amerika Serikat telah melanggar hukum serta melanggar etika diplomatik. Pihaknya mengaku akan memanggil Dubes Australia untuk dimintai keterangan soal isu penyadapan tersebut.
Berbeda dengan pemerintah, para hacker asal Indonesia justru langsung bereaksi keras dengan menggempur habis-habisan situs penting pemerintah Australia, di antaranya situs intelijen. Akibatnya, situs-situs seperti Australian Intelligence Service yang beralamat di www.asis.gov.au tidak bisa dibuka dan down 100 persen hanya dalam hitungan jam saja tadi malam.
Serangan terhadap situs penting Australia diprediksi masih akan berlanjut hari ini. Serangan hacker Indonesia ini ternyata justru mendapat dukungan dari para hacker asal Australia. Padahal sebelumnya diprediksi akan terjadi cyber war antara keduanya.
"Namun, hacker Australia justru membantu Indonesia untuk menyerang website pemerintahan australia, karena mereka sendiri juga merasa kalau tindakan itu (penyadapan) tidak baik, dan itu termasuk mencuri data atau informasi negara lain," kata seorang penggiat Anonymous Indonesia dengan akun twitter @valdiapr kepada merdeka.com, Sabtu (8/11).
Menurut dia, hacker Australia juga menyarankan agar serangan tidak dilakukan secara acak dan hanya menyasar situs pemerintahan. Hacker Australia bahkan memberikan masukan situs-situs mana yang layak diserang, di antaranya situs intelijen Australia di Asio.gov.au.
Jika pemerintah baru memprotes keras, para peretas Tanah Air justru telah bertindak. (mdk/dan)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Serangan hacker Indonesia ke situs-situs pemerintahan Israel sedang jadi perbincangan.
Baca SelengkapnyaKedatangan Menhan Australia sekaligus meneken Defence Cooperation Agreement (DCA) di Akademi Militer (Akmil).
Baca Selengkapnya“Hubungan persahabatan di antara kita sangat saya hargai," kata Prabowo.
Baca SelengkapnyaMenhan Prabowo menyampaikan rasa hormat setinggi-tingginya kepada PM Australia dan jajarannya
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikannya dalam peresmian Sekretariat Dewan Pimpinan Pusat Taruna Merah Putih (DPP TMP) di Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin (28/10).
Baca SelengkapnyaKisah Para Red Hat, Para pemburu Hacker, Ada yang Mampu Membobol Situs Intelijen Mossad Israel
Baca SelengkapnyaTerkait masalah Laut China Selatan, pihak pemerintah China membantah pernyataan Kemenhan AS.
Baca SelengkapnyaKetua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menyambut baik penandatanganan kerja sama di bidang pertahanan antara Indonesia dan Australia
Baca SelengkapnyaMenurut Prabowo, DCA ini menunjukkan komitmen Indonesia-Australia untuk meningkatkan kerja sama pertahanan.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto menyambut kedatangan Duta Besar Cile untuk Indonesia dan Asean, H.E. Mr. Mario Ignacio Artaza, di ruangan kerja Menhan.
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca SelengkapnyaKelompok ransomware Brain Cipher mengakui bobol data PDNS 2 tak sulit.
Baca Selengkapnya