Pemerintah Target Vaksin Merah Putih Bisa Dipakai Akhir 2021
Merdeka.com - Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek, Ali Ghufron Mukti memastikan Universitas Airlangga (Unair) masih mengembangkan vaksin Covid-19 Merah Putih. Dia memperkirakan uji klinis vaksin Merah Putih Unair selesai akhir 2021.
"Untuk Unair targetnya akhir 2021 sudah selesai uji klinis dan sudah mendapatkan semacam perizinan atau ermergency use authorization (EUA) dari BPOM dan sudah bisa produksi meskipun belum terlalu banyak," kata Ali Ghufron dalam diskusi virtual, Selasa (9/2).
Sementara itu, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman juga tengah mengembangkan vaksin Merah Putih. Khusus Eijkman, kata Ali Ghufron, pengembangan kandidat vaksin Merah Putih baru rampung akhir Maret 2021.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
-
Apa tujuan produksi vaksin dalam negeri? Kemandirian dalam produksi vaksin merupakan salah satu kebijakan utama Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam meningkatkan ketahanan kesehatan nasional.
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
-
Bagaimana cara meningkatkan ketahanan kesehatan melalui vaksin? Menkes Budi juga menambahkan, untuk mendukung ketahanan kesehatan, diperlukan penelitian yang berkelanjutan dan mengikuti perkembangan teknologi. Pemerintah melalui berbagai program terus mendorong pengembangan vaksin berbasis teknologi terkini.
"Maret 2021 sit vaksin akan diserahkan ke Bio Farma, paling lambat April. Tapi target Maret untuk kemudian bisa diproses selanjutnya untuk uji pra klinisnya, uji klinis fase 1, 2, 3 dan proses untuk perizinan," ujar dia.
Ali Ghufron mengakui pengembangan vaksin Merah Putih membutuhkan waktu cukup lama. Bahkan, kemungkinan pengembangan vaksin tersebut baru selesai setelah sebagian masyarakat Indonesia sudah divaksinasi Covid-19.
Menurut dia, waktu lama ini disebabkan pengembangan vaksin Covid-19 dalam negeri baru dimulai April 2020. Padahal, sejumlah negara di dunia mulai mengembangkan vaksin Covid-19 sejak Januari 2020.
"Karena kita mulainya saja agak akhir," ucapnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Produksi vaksin dalam negeri dianggap akan mampu mendorong ketahanan kesehatan nasional.
Baca SelengkapnyaIntroduksi vaksin dengue bertujuan mencegah penyebaran demam berdarah.
Baca SelengkapnyaKanker merupakan momok bagi banyak orang. Pada saat ini, Rusia mengklaim bahwa mereka selangkah lebih dekat untuk menemukan vaksin Kanker.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com menangkap berbagai momen dramatis pandemi Covid-19 sepanjang tiga tahun melanda Indonesia. Berikut foto-fotonya:
Baca SelengkapnyaPengumuman penerima penghargaan Nobel adalah salah satu yang dinantikan setiap tahun.
Baca SelengkapnyaBiofarma mengajukan Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun 2025 sebesar Rp2,21 triliun.
Baca SelengkapnyaPemerintah melalui BUMN bersama MSD sepakat tingkatkan edukasi tentang HPV.
Baca SelengkapnyaSejumlah penemuan penting terkait medis dilaksanakan pada tahun 2023 ini dan bisa berdampak pada semakin banyak penyakit yang diatasi.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaPemerintah berupaya mencegah penyebaran Mpox dengan melakukan vaksinasi yang sudah disetujui WHO dan BPOM.
Baca Selengkapnya