Pencalonan Budi Gunawan 'korbankan' Jenderal doyan blusukan
Merdeka.com - Komjen Budi Gunawan diusulkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai calon tunggal penerus kepemimpinan Jenderal Sutarman sebagai Kapolri. Penunjukan Budi sebagai calon tunggal Kapolri memang menimbulkan polemik. Selain dituding memiliki rekening gendut, dia juga disebut 'titipan' dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Diketahui, Kepala Lembaga Pendidikan Polri itu dikenal akrab dengan Megawati karena pernah menjadi ajudannya selama 2001-2004. Atas hal ini pula, banyak pihak menuding Jokowi telah melakukan politisasi di tubuh Polri. Terlebih, Kabareskrim Komjen Suhardi Alius dicopot dari jabatannya dan harus terima dimutasi ke Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas).
Jabatan Kabareskrim kini diserahkan kepada Irjen Budi Waseso yang dikenal akrab dengan Budi Gunawan. Mutasi ini cukup mengagetkan karena dilakukan secara mendadak. Apalagi bila dilihat dari rekam jejaknya, kinerja Akpol angkatan 85 ini patut diacungi jempol. Karirnya pun melesat meninggalkan teman seangkatan bahkan seniornya.
-
Apa jabatan politik Budi saat ini? Jabatannya adalah seorang Wakil Ketua Komisi IV DPR RI.
-
Mengapa Wakapolda Banten dimutasi? Serah terima jabatan juga merupakan bagian dari proses pembinaan sumber daya manusia, dalam rangka regenerasi yang dilakukan berdasarkan penilaian dan evaluasi dengan mempertimbangkan aspek profesionalitas, komitmen dan integritas.
-
Siapa yang membantu Budiono? Dalam kesempatan itu, Kepala Dinas Sosial Kota Semarang, Heroe Soekandar, menjenguk dan memberi bantuan sembako serta kasur untuk Budiono.
-
Siapa yang membantu Budi? Dengan bantuan Tuti, Budi berhasil melepaskan kakinya dari dahan pohon.
-
Bagaimana hubungan Budi dengan Prabowo? Sang ibu merupakan kakak dari Prabowo Subianto.
-
Apa makna serah terima jabatan Wakapolda Banten? 'Serah terima jabatan ini mengandung makna yang sangat strategis.Hal itu sebagai upaya polri untuk meningkatkan kualitas kinerja organisasi, agar tetap mampu menampilkan performance yang optimal dalam menghadapi setiap tantangan tugas dan memenuhi harapan masyarakat yang semakin kompleks.
Pengamat Komunikasi Effendi Ghazali dan aktivis HAM Usman Hamid, juga mengaku kinerja tak biasa seorang Suhardi Alius. Mereka mengapresiasi bagaimana ketegasan Suhardi pada anak buahnya.
Bahkan, Usman menilai, gaya Suhardi sama seperti Jokowi yang doyan blusukan. Saat blusukan, Suhardi berpenampilan layaknya warga biasa. Dia hanya memakai sandal jepit, kaus dan celana jeans. Rupanya cara itu ampuh, para anggota tak mengenalinya. Diperlakukanlah Suhardi seenaknya.
"Kalau di pemerintahan daerah ada Jokowi, kalau di Polri ada Suhardi dengan tampilan low profile dan menyamar," puji Usman Hamid saat peluncuran buku Suhardi 'Mengubah Pelayanan Polri dari Pimpinan ke Bawahan' di Rumah Makan Ayam Banyuwangi, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Berikut kisah tentang Suhardi Alius yang dikenal sebagai Jenderal bersih dan gemar blusukan itu:
Bintang tiga pertama di angkatan 85
Pikejutkan dengan kabar pergantian Kabareskrim Polri Komjen Pol Suhardi Alius dengan Irjen Budi Waseso. Pergantian ini merebak jumat (16/1) pagi, ketika Jenderal Sutarman, Komjen Badrodin Haiti dan Komjen Budi datang menemui Presiden Jokowi di Istana.Dari informasi yang beredar, Suhardi dikabarkan dipindahtugaskan ke Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Di mata anak buahnya, Suhardi meninggalkan rekam jejak yang baik di mata anggota Korps Bhayangkara.Hal itu diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Kombes Pol Agus Rianto. Menurut dia, sosok Suhardi memiliki segudang prestasi."Kami kenal beliau dari tahun 1981. Kami sama-sama di taruna. Sampai sekarang beliau sandang bintang tiga," kata Agus di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (16/1).Selain itu, Agus mengatakan Suhardi merupakan anggota kepolisian pertama yang mendapat bintang tiga dari angkatannya. "Termasuk bintang tiga pertama di 85, tentu teman-teman bisa melihat bagaimana kinerja beliau selama ini," imbuhnya.Lebih lanjut Agus menuturkan bahwa selama mengenakan seragam kebesaran Mabes Polri, mantan Kapolda Jabar ini tidak pernah memiliki masalah yang menghambat perjalanan karirnya. "Setahu saya tidak pernah ada catatan-catatan sehingga menghambat perjalanan karir beliau," lugasnya.
Kinerja Suhardi diakui Ahok
Soal kerja tegas Suhardi juga diakui Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Ahok, sapaannya, memuji keberanian Suhardi yang mendukung penutupan klub malam Stadium yang selama ini dikenal sebagai salah satu tempat peredaran narkoba. Kepada Ahok, Suhardi tegas menyatakan Stadium harus segera ditutup."Pak Ahok, Stadium sudah keterlaluan, harus segera ditutup," kata Ahok menirukan ucapan Suhardi. Ahok menceritakan itu saat berkunjung ke kantor merdeka.com.Mendengar itu Ahok meminta agar polisi memberikan bukti jika tempat dugem itu memang jadi sarang peredaran narkoba. Suhardi menyanggupi dan mengatakan sudah ada pengungkapan peredaran narkoba di sana."Saya minta buat MoU, kalau ada dua kasus diungkap baru tutup. Saya juga minta dukungan, pak Kaba bilang akan mem-back-up," ungkap Ahok.  Â
Tak takut beberkan anak Hatta Rajasa sebagai pelaku
Suhardi juga dikenal tak takut dengan pejabat negara yang salah. Seperti saat kasus kecelakaan maut yang menewaskan dua orang di Tol Jagorawi, Suhardi kala itu jadi orang pertama yang mengumumkan pelaku kecelakaan di Tol Jagorawi adalah anak Hatta Rajasa, Rasyid Rajasa.Padahal saat itu polisi berpangkat di atasnya bungkam saat wartawan meminta konfirmasi pengemudi yang menewaskan dua orang tersebut."Betul mas, saya baru terima info," jelas Suhardi yang saat itu masih menjadi Kadiv Humas Polri.Di bursa pencalonan Kapolri tahun ini pun, sebenarnya, nama Suhardi masuk dalam sebagai kandidat yang direkomendasikan Kompolnas.Dengan segala prestasinya itu, agak mencengangkan rasanya bila tiba-tiba Jenderal Bintang Tiga ini dimutasi dari Kabareskrim ke Lemhanas. Suhardi hanya jadi korban arah kebijakan politik Jokowi membuatnya terdepak dari Korps Bhayangkara sekalipun kinerja yang dimilikinya mirip dengan Jokowi.
Mutasi Suhardi dinilai bikin kisruh Polri
Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara mendadak mencopot Komjen Pol Suhardi Alius dari jabatan Kepala Bareskrim Polri. Suhardi dikabarkan juga sudah dipindahtugaskan ke Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas). Sementara kabar santer yang beredar, posisi kabareskrim saat ini akan dialihkan kepada Irjen Budi Waseso.Pengamat kepolisian, Bambang Widodo Umar mengaku khawatir mutasi mendadak di dalam lingkungan Polri dapat memecah belah Korps Bhayangkara. Apalagi, jika pergantian jabatan tinggi kepolisian terdapat intervensi dari luar dengan mengubah-ubah susunan personel."Personel pejabat tinggi masih kondusif, tidak ada masalah, tidak perang-perangan, mungkin ada kecemburuan, kenapa musti diubah-ubah. Jangan sampai ubah-ubah ini akan jadi masalah jadi rumit lagi," tegas Bambang saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (16/1).Bambang mengaku bingung dengan mutasi besar-besaran di tingkat perwira tinggi tersebut, apalagi perubahan dilakukan sebelum Komjen Pol Budi Gunawan resmi dilantik sebagai Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri). Apalagi, salah satu pejabat yang terkena imbas mutasi itu adalah Komjen Suhardi Alius."Budi Gunawan belum dinyatakan, belum dilantik kok ada perubahan. Kalau ini ide Pak Sutarman, saya itu urusan Pak Sutarman, tapi saya khawatir kalau dari luar," lanjut dia.Menurutnya, kondisi kondusif yang sedang berlangsung saat ini terus dijaga. Namun, jika terjadi intervensi dari luar, termasuk intervensi politik, dia khawatir perpecahan di tubuh Polri seperti era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid kembali terjadi. Ketika itu, kepolisian terpecah menjadi beberapa faksi."Ini pikiran saya, jangan sampai mutasi-mutasi ini ada intervensi dari luar. kalau tidak dijaga baik-baik, bisa timbulkan kontradiksi yang tajam. Seperti 2001, saya sendiri ditangkap, ada kubu Khaeruddin, Salim dan Bimantoro. Yang satu dukung pemerintah yang satu, yang satu dukung pemerintahan yang lain, dan saling bertentangan. Ini yang kita jaga agar tidak terjadi," tutupnya.
Istana berkelit mutasi Suhardi urusan Polri
Kabar mengagetkan datang Markas Besar Polri. Komjen Suhardi Alius dimutasi dari jabatannya sebagai Kabareskrim Polri.Suhardi digeser ke Lemhanas. Kabarnya soal mutasi itu kabarnya sudah ramai sejak kemarin malam.Disebut-sebut, pergeseran pimpinan Bareskrim karena perintah Presiden Joko Widodo yang tengah pusing karena calon Kapolri tunggal pilihannya, Komjen Budi Gunawan, menjadi tersangka di KPK. Tapi pihak Istana mengaku tak tahu ada perombakan besar di Korps Bhayangkara."Saya belum anu, saya belum mengetahui soal itu," ujarnya Sekretaris Negara, Pratikno, sambil menghindar saat ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jumat (16/1).Menteri Politik, Hukum dan Keamanan, Tedjo Purdijatno, mengaku juga tidak mengetahui pencopotan itu. Dia menyebut itu urusan internal Polri."Siapa yang copot? Oh enggak tahu, itu internal mereka lah, masa tanya ke saya," ujarnya berdalih.Sementara Presiden Jokowi, sampai sore ini belum lagi menyinggung soal Komjen Budi Gunawan. Dia meminta semua pihak sabar menunggu.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelum menjabat Wakapolri, dia pernah menjadi ajudan presiden.
Baca SelengkapnyaNotabene Budi Gunawan disebut-sebut merupakan 'pihak' Megawati Soekarnoputri.
Baca SelengkapnyaSikap Budiman Sudjatmiko yang menolak mundur dari PDIP seusai mendukung bakal calon presiden (bacapres) Prabowo Subianto dinilai sebagai perilaku pengecut.
Baca SelengkapnyaKisah Kapten Polisi yang rela menjadi tukang ojek karena gaji pas-pas tak disangka kariernya moncer.
Baca SelengkapnyaBudiman mengaku legowo menghadapi pemecatan tersebut.
Baca SelengkapnyaPresiden Prabowo Subianto menunjuk Sanitiar Burhanuddin sebagai Jaksa Agung periode 2024-2029, Minggu (20/10).
Baca SelengkapnyaBudiman merupakan aktivis yang sempat dipenjara belasan tahun di orde baru.
Baca SelengkapnyaPDIP menanggapi isu pergantin Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan (BG).
Baca SelengkapnyaCerita Budiman Sudjatmiko ketika ditangkap dan dipenjara saat Orde Baru.
Baca SelengkapnyaLangkah politik Budiman Sudjatmiko mendukung Calon Presiden dari Partai Gerindra Prabowo Subianto menjadi sorotan.
Baca SelengkapnyaKomjen (Purn) Budi Waseso atau Buwas menanggapi soal namanya disebut dalam Sidang Sengketa Hasil Pilpres di Mahkamah Konstitusi.
Baca Selengkapnya