Peneliti UGM: Pemerintahan Jokowi rawan tersandera agenda neoliberal
Merdeka.com - Hiruk-pikuk perseteruan KPK-Polri dinilai bukan ancaman terlalu serius yang perlu diwaspadai oleh pemerintahan Jokowi-JK. Ancaman yang paling perlu diantisipasi adalah kembali dijalankannya agenda-agenda ekonomi neoliberal yang bertentangan dengan amanat konstitusi.
Direktur Mubyarto Institute, Awan Santosa, memaparkan sejumlah indikasi bahwa pemerintahan Jokowi-JK berpotensi tersandera oleh agenda neoliberal.
"Pertama, desakan kepada pemerintahan Jokowi untuk melakukan liberalisasi energi, khususnya migas yang lebih masif lagi, di antaranya melalui pelepasan harga BBM ke mekanisme pasar. Di belakang agenda ini tentu saja adalah penguasa migas baik di lingkungan Jokowi maupun pemain migas internasional," ujar Awan lewat keterangan tertulis, Minggu (1/2).
-
Apa yang dibicarakan Jokowi dengan PKB? Menurut dia, Jokowi memuji raihan suara PKB dalam Pileg 2024.
-
Apa usulan PKS untuk Jokowi? Sekjen PKS Aboe Bakar Alhabsyi atau Habib Aboe mengusulkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengundang bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan Prabowo Subianto untuk makan siang di Istana Kepresidenan.
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Siapa yang Jokowi minta untuk segera selesaikan RUU Perampasan Aset? Jokowi menyebut, pemerintah telah mengajukan RUU perampasan aset kepada DPR. Kini tinggal DPR untuk menindaklanjuti RUU tersebut.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
Kedua, lanjut dia, adalah dorongan kepada pemerintahan Jokowi untuk memperluas peran sektor korporasi melalui agresivitas pembangunan infrastruktur yang dijalankan dan sebagian dibiayai mereka melalui berbagai skema investasi.
"Salah satu penetrasi agendanya dalam penyusunan RAPBN-P 2015 yang didesain defisit Rp 225,9 triliun sebagai pintu masuk utang luar negeri yang dalam rancangan tersebut diperkirakan dapat mencapai lebih dari Rp 400 triliun, di antaranya untuk Penyertaan Modal Negara terhadap beberapa BUMN. Salah satu BUMN yang akan dibiayai terbesar adalah PT SMI yang bergerak dalam bidang infrastruktur," papar dia.
Ketiga, ujar Awan, adalah tekanan kepada pemerintahan Jokowi untuk melanjutkan liberalisasi perdagangan dan investasi. "Di antaranya melalui pemberian izin ekspor mineral PT Freeport setelah adanya komitmen pembangunan smelter di Gresik," katanya.
Menurut peneliti Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan (PUSTEK) UGM Yogyakarta itu, berbagai indikasi tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan Jokowi-JK masih rentan disusupi agenda ekonomi neoliberal yang akan membelokkan jalannya pemerintahan pro-rakyat berdasar konstitusi.
"Untuk itu senyampang pemerintahan Jokowi baru berjalan 100 hari maka perlu upaya serius untuk menahan serbuan agenda neolib ini. Pemerintahan Jokowi-JK harus dibebaskan dari sandera ekonomi-bisnis di lingkungan pemerintahan yang berjalan dengan kepentingannya sendiri," kata dia.
Namun di sisi lain, Awan meyakini pemerintahan Jokowi-JK yang didukung penuh PDI Perjuangan yang berideologi Pancasila 1 Juni 1945 ajaran Bung Karno, akan dapat melawan agenda kaum neolib tersebut.
"Kuncinya Jokowi menjaga konsistensi terhadap perintah Ideologi Pancasila, mentaati konstitusi dan menyatu dalam gerakan rakyat dalam rangka mewujudkan Tri Sakti, Berdaulat dalam Politik, Berdikari dalam Ekonomi dan Berkepribadian dalam Budaya," ujarnya.
"Hal lain yang mendesak bagi Jokowi adalah membentengi istana dari para penganut paham liberalisme energi dan khususnya ekonomi dan pertanian," imbuhnya.
Peringatan kewaspadaan terhadap agenda neoliberal ini sejalan dengan merebaknya isu belakangan ini tentang tiga orang di ring 1 Jokowi yang disebut-sebut ingin menjauhkan sang presiden dari partai pendukungnya. Bahkan, menurut sumber merdeka.com, mereka yang di media sosial diplesetkan sebagai 'Trio Macan' itu disebut-sebut sudah mulai menyetir Jokowi agar mau mengikuti agenda neoliberal pesanan Barat.
"Kebenaran soal Trio Macan di Istana harus diungkap agar tidak menimbulkan fitnah," ujar Awan tentang sebuah postingan di situs jurnalisme warga.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kondisi demokrasi Indonesia menjadi sorotan di era Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaWapres ke-10 dan 12, Jusuf Kalla atau JK memperkirakan, siapa pun yang menggantikan Jokowi akan menghadapi tantangan berat.
Baca SelengkapnyaCivitas akademika Universitas IBA Palembang turut menyampaikan keprihatinan pada kondisi negara menjelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSejumlah Mahasiswa Fakultas Ilmu Politik UGM menggelar aksi mengajak Pratikno dan Ari Dwipayana untuk kembali 'pulang' ke jalan demokrasi.
Baca SelengkapnyaHabiburokhman membandingkan pemerintahan saat orde baru dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi meyakini hal ini dapat memberikan efek jera untuk para koruptor dan mengembalikan kerugian negara.
Baca SelengkapnyaMenurut dia, sejumlah Presiden Jokowi seolah tidak pro terhadap tegaknya demokrasi.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo menanggapi Petisi Bulaksumur yang disampaikan sejumlah civitas akademisi UGM
Baca SelengkapnyaMenurut Nusron, sistem seperti orde baru hanya terjadi apabila ada pembungkaman suara-suara tokoh masyarakat.
Baca SelengkapnyaIndonesia masih terus bertahan agar tidak masuk dalam kondisi resesi seperti yang dialami oleh negara maju.
Baca SelengkapnyaSejumlah kampus besar melakukan petisi hingga deklarasi menyelamatkan demokrasi dan mengkritik Presiden Jokowi.
Baca Selengkapnya"Merubah banyak undang-undang sebelum berkuasa adalah ciri awal otoritarian di negara otoriter," kata Gilbert
Baca Selengkapnya