Peneliti: Vaksin Covid-19 Mungkin Tidak Bermanfaat untuk Pandemi Sekarang
Merdeka.com - Ketua Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Amin Subandrio memprediksi vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh lembaganya saat ini mungkin tidak bermanfaat untuk pandemi sekarang. Sebab, proses penelitian vaksin tersebut baru selesai beberapa bulan mendatang.
"Selesainya research vaksin ini mungkin beberapa bulan mendatang di mana pandemi sebagian besar sudah selesai," kata Amin, Rabu (22/4).
Kendati demikian, ia tetap bersikukuh melanjutkan pengembangan vaksin Covid-19. Ia yakin, vaksin akan bermanfaat untuk mencegah atau mengantisipasi pandemi akibat coronavirus berikutnya.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Kapan Bio Farma mulai meneliti vaksin? Pada 1902 lembaga tersebut mulai meneliti berbagai vaksin yang diperuntukkan bagi kesehatan masyarakat.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang terlibat dalam produksi vaksin dalam negeri? Salah satu proyek unggulannya adalah pengembangan Vaksin Merah Putih atau INAVAC yang bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair).
-
Siapa yang mengumumkan penemuan vaksin kanker? Presiden Vladimir Putin mengungkapkan bahwa mereka kini selangkah lebih dekat untuk penemuan vaksin kanker.
-
Bagaimana vaksin kanker ini bekerja? Putin menyatakan keyakinannya bahwa vaksin tersebut, bersama dengan obat imunomodulator generasi baru, akan segera menjadi bagian integral dari terapi individual yang efektif.
Keyakinan Amin bukan tanpa alasan. Jika menilik kembali kasus yang terjadi beberapa tahun belakangan, virus corona memang terus bermutasi. Setidaknya sudah sebanyak tiga kali, terhitung sejak 2003.
"Kita musti lihat saat ini virus corona sudah tiga kali bikin gara-gara. Pertama SARS, Mers-CoV, SARS CoV-2. Kita antisipasi mungkin nanti terjadi lagi," ujarnya.
Amin melanjutkan, bukan tidak mungkin virus corona akan terus menjadi problem ke depannya. Sebab, virus corona terdeteksi cukup banyak di tubuh hewan. Sementara itu, saat ini interaksi manusia dengan hewan liar semakin tinggi.
"Sehingga kemungkinan ke depannya jadi pandemi berikutnya corona virus juga. Nah kalau kita tidak mengembangkan kemampuan bikin vaksin, maka kita akan tergantung dari luar negeri," jelasnya.
Bila Indonesia bergantung pada vaksin yang diproduksi negara lain, maka masalah wabah yang mungkin akan terjadi di masa mendatang sangat sulit ditangani. Selain karena RI mengalami keterbatasan anggaran, negara lain tidak mungkin mendistribusikan dosis vaksin sesuai kebutuhan.
"Saya kasih hitungan ini berkali-kali, kalau kita harus mengimunisasi saja dari separuh penduduk Indonesia katakanlah 150 juta orang. Satu orang harus diimunisasi 2 kali, berarti kita butuh 300 juta dosis. Tidak ada pabrik yang bisa mensuplai sekaligus 300 juta dosis. Karena kapasitas produksi vaksin di dunia ini sekitar 8 juta dosis per minggu," terangnya.
"Nah misalnya Indonesia berhasil negosiasi oke lah, Indonesia saya kasih dosis 1 juta per minggu, tapi kita butuh 300 juta. Berarti kita butuh 300 minggu atau 6 tahun untuk menyelesaikan masalah virus," sambungnya.
Karena itu, Amin menegaskan, Indonesia harus bisa mengembangkan dan memproduksi vaksin Covid-19 sendiri. Indonesia tidak boleh bergantung pada sumber daya negara lain.
"Kita pakai kemampuan sendiri, kita pakai peneliti sendiri, pabrik sendiri. Sehingga saat kapan pun kita butuhkan, kita siap," kata dia.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBadan Pengawas Obat Eropa juga telah melarang peredaran vaksin ini.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaKomnas KIPI sebelumnya mengatakan tidak ada kejadian sindrom TTS setelah pemakaian vaksin Covid-19 AstraZeneca.
Baca SelengkapnyaMenkes angkat bicara mengenai efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca
Baca SelengkapnyaNamun kalau untuk yang komorbid, kata Menkes, risiko tetap ada karena virusnya tidak hilang.
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaProyek Abadi Blok Masela sempat terhenti akibat Pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaVaksin flu universal bisa membantu mengatasi berbagai jenis flu dan mutasinya seperti Covid-19.
Baca SelengkapnyaSepanjang 2023, Etana berhasil kembangkan produk bioteknologi dan vaksin.
Baca Selengkapnya