Penelitian CSRC UIN Jakarta sebut banyak pemuda muslim terjebak paham radikal
Merdeka.com - Lembaga Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta melakukan sebuah penelitian mengenai arah dan corak keberagaman kaum muda muslim Indonesia. Dari hasil penelitian tersebut menurut koordinator peneliti, Chaider S. Bamualim, banyak pemuda-pemuda terjebak di dalam pemahaman radikal.
Berdasarkan hasil penelitian di 18 kota/kabupaten yang dilakukan CSRC, muncul tren yang dianut oleh kaum muda muslim di usia 15-24 tahun terhadap beberapa isu toleransi dan intoleransi.
Yang pertama, menurut Chaidar muncul toleransi komunal dan skriptural ketika kaum muda menggunakan dalil Alquran dan hadits dengan pemahaman yang literal. Namun kata dia, pemahaman ini tidak diikuti dengan kontekstualisasi makna teks sesuai dengan sebab munculnya ayat atau hadits tersebut.
-
Siapa yang diteliti dalam studi ini? Penelitian ini dilakukan terhadap peserta berkulit putih.
-
Apa yang diteliti? Analisis terhadap lebih dari 4.000 artefak batu yang ditemukan di sebuah pulau di barat laut Australia memberikan gambaran kehidupan suku Aborigin puluhan ribu tahun yang lalu.
-
Dimana penelitian ini dilakukan? Di situs Neolitikum Tell Qarassa di Suriah saat ini, banyak kuburan yang digali selama proyek penggalian pada tahun 2009 dan 2010.
"Contohnya, di satu sisi kaum muda muslim merasa tidak masalah bergaul dengan siapa saja. Namun saat menyentuh wilayah politik, mereka akan bertindak dengan menggunakan pedoman agama seperti pada isu pemimpin muslim dan non muslim," kata Chaider ketika pemaparan seminar sosialisasi hasil penelitian Arah dan Corak Keberagamaan Kaum Muda Muslim Indonesia di Hotel Cemara, Jakarta Pusat, Jumat (23/2).
"Yang kedua, toleransi kewargaan dan pluralisme yaitu toleransi yang berangkat dari nilai-nilai kesetaraan antar warga dan penghormatan terhadap kebebasan asasi yang dimiliki dan dijamin oleh negara," ungkapnya.
Chaider menjelaskan untuk meminimalisir kaum muda muslim di Indonesia dari paham ekstrem yaitu memperbanyak dan memperluas dialog dari berbagai kalangan. Bukan hanya kaum muda muslim tetapi dari etnis, agama.
"Bertemu dengan hal tersebut membuat kaum muda muslim bisa mempelajari kelompok lain dengan cara yang lebih terbuka," ungkap Chaider.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pergerakan kelompok itu dicurigai dimotori pihak lama yang sudah dilarang oleh Pemerintah
Baca SelengkapnyaPAC GP Ansor dan Banser Gunung Anyar menolak Ustaz Riza Syafiq Hasan Basalamah karena diduga terindikasi berasal dari HTI.
Baca SelengkapnyaBerbagai program itu hadir untuk mewadahi generasi muda agar tidak terjadi kekosongan pengetahuan.
Baca SelengkapnyaKedua lembaga pendidikan tinggi itu membentuk Pusat Studi Politik dan Transformasi Sosial
Baca SelengkapnyaFenomena itu terjadi karena kurangnya wadah bagi anak-anak muda untuk berekspresi.
Baca SelengkapnyaMilenial dan Gen Z menyumbang 56,45%, pada peta pemilih di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaIndonesia harus kuat dari berbagai upaya destabilisasi gencar dilakukan khususnya dari kelompok dan jaringan teror.
Baca SelengkapnyaMusdah menyayangkan jika masih banyak perempuan terjebak doktrin mengharuskan mereka tunduk dan patuh tanpa memiliki hak bertanya atau menolak.
Baca SelengkapnyaKepala BNPT ungkap terjadi perubahan tren pola serangan terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaSeluruh pihak termasuk pemerintah perlu memperkuat sosialisasi beragam jenis informasi kepada kalangan anak muda
Baca SelengkapnyaKondisi kesehatan mental punya dampak yang signifikan terhadap perkembangan anak muda.
Baca Selengkapnya