Pengakuan blak-blakan siswa yang dipaksa guru mengaku curi helm

Merdeka.com - Tudingan empat orang gurunya dan dipaksa mengaku mencuri helm membuat BR (17) trauma. Tak tahan menanggung malu karena selalu diintimidasi, BR memutuskan pindah sekolah.
Momentum liburan Hari Raya Idul Adha, BR pulang Palembang dan bersedia menemui wartawan. BR kini melanjutkan pendidikan di salah satu SMA negeri di Mentok, Bangka Belitung.
Kepada wartawan, BR menceritakan kronologis pencurian hingga dia tidak naik kelas di SMA 7 Palembang. Menurutnya, peristiwa itu terjadi saat dia dan beberapa teman sekelasnya hendak ke musala sekolah untuk istirahat setelah makan di kantin.
Saat melintas di parkiran sepeda motor, BR dan temannya memergoki dua siswa kelas lain, WR dan ER, sedang mencuri helm. BR pun meminta kedua siswa tersebut mengembalikannya. Namun, permintaan BR diacuhkan kedua pelaku.
"Saya tanya kalian (pelaku) curi helm ya, ayo kembalikan. Itu ada CCTV, kalau tidak mau saya adukan ke guru. Mereka dengan gaya metal bilang CCTV itu tidak hidup (berfungsi). Habis itu saya sama teman-teman pergi," ungkap BR kepada merdeka.com, Sabtu (10/9).
Keesokan harinya, kata dia, BR dan beberapa temannya termasuk kedua pelaku, dipanggil guru-gurunya. Mereka dipertontonkan rekaman CCTV. Lalu, BR dituduh gurunya sebagai pelaku pencurian helm. BR membantah, bahkan dia mengucapkan sumpah sambil menangis bahwa dirinya tidak melakukan seperti yang dituduhkan.
"Waktu itu kedua pelaku ngakui mereka yang mencurinya, saya nangis-nangis, bersumpah lagi. Mereka juga bilang saya tidak terlibat sama sekali karena saya yang mergoki," ujarnya.
Namun meski rekaman CCTV tidak terbukti ditambah pernyataan kedua pelaku, guru-gurunya ngotot menuduh BR. Bahkan, BR dilarang mengikuti ujian semester kenaikan kelas, sementara kedua pelaku diizinkan.
"Saya diancam tidak naik kelas kalau tidak ngaku. Pas mau ikut ujian, guru-guru bilang percuma ikut ujian, saya pasti tidak naik kelas. Saya langsung ngedrop, kok guru-guru bilang seperti itu," kata dia.
Anehnya, sambung dia, pernyataan kedua pelaku berubah keesokan harinya atau pada saat orangtua BR dipanggil pihak sekolah. Bahkan, mereka menuding BR meminta jatah hasil pencurian.
"Ternyata, sehari sebelumnya kedua pelaku ke rumah ibu Madam (salah satu guru dilaporkan). Mereka disuruh ibu Madam ngomong kalo saya terlibat dan bersekongkol, padahal kemarin tidak begitu ngomongnya. Saya tidak tahu kenapa bisa kebalik begitu," tuturnya.
Akibat kejadian itu, BR tidak naik kelas. Lantaran malu dan terus diintimidasi sejumlah guru, BR memutuskan pindah sekolah.
"Saya malu, makanya saya izin sama orangtua merantau ke Bangka, sekarang sekolah di sana," tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, BR (17) dipaksa mengaku telah mencuri helm yang berujung pemberhentian oleh empat gurunya yakni berinisial SN alias Madam, HS, DE, dan HY. Tudingan tersebut bermula saat seorang siswa kehilangan helm yang terparkir di SMA 7 yang berada di kawasan Jalan Takwa, Merah Mata, Kecamatan Kalidoni, Palembang, Kamis (26/5) lalu.
Kemudian, korban bersama empat rekannya dipanggil masuk ke ruang guru karena dituding sebagai pelakunya. Merasa tak pernah melakukan yang dituduhkan, korban pun membantah.
Bantahan itu juga diperkuat pernyataan empat teman sekelas korban. Apalagi, korban bersama teman-temannya melihat pencuri helm tersebut adalah siswa kelas lain berinisial WR dan ER saat menuju musala pada jam istirahat. Meski demikian, BR tetap saja dituding guru-gurunya sebagai pencuri helm sehingga tak naik kelas. Malu dengan tudingan itu, BR pindah ke SMA di Bangka.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya