Pengakuan korban Diksar Mapala UII sebelum tewas, disabet & diinjak
Merdeka.com - Pelaksanaan pendidikan dasar (Diksar) mahasiswa pecinta alam (Mapala) Universitas Islam Indonesia (UII) di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Jawa Tengah, memakan korban. Dua peserta diksar, Muhammad Fadhli dan Syaiyt Asyam meninggal dunia.
Ibunda Asyam, Sri Handayani menyakini anaknya tewas dianiaya. Keyakinan tersebut didasarkan pengakuan Asyam sebelum meninggal dunia dan terdapat luka di tubuh korban.
"Anak saya yang tadinya ganteng menjadi penuh luka. Asyam juga mengeluh merasa sakit di bagian punggung," kata Sri saat ditemui di rumah duka di Jetis, RT 13 RW 13, Catuharjo, Sleman, DIY kemarin.
-
Siapa mahasiswa yang tewas di Bali? Mahasiswa asal Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Aldi Sahilatua Nababan (23) ditemukan tewas di kamar indekosnya di Bali.
-
Bagaimana korban meninggal? 'Dalam proses dari Lampung ke Jakarta ini (korban) pendarahan hebat. Pelaku juga mengetahui bahwa si korban sedang pendarahan. Pelaku ini mengetahui bahwa korban sedang pendarahan hebat, namun dibiarkan saja, sehingga korban kehabisan darah dan meregang nyawa,' kata dia.
-
Siapa yang menjadi korban tewas? Korban meninggal dunia:1. Catur Pancoro (47) warga Tulangan, Sidoarjo.2. Hadi umar F (21), warga Mojo Lebak Mojokerto.3. Aditya Sapulete (38), warga Cungkup Pucuk, Lamongan.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Bagaimana mahasiswi itu bisa tewas? 'Hasil pemeriksaan fisik sementara kita indikasikan kemungkinan pembunuhan karena terdapat luka terbuka pada beberapa bagian tubuh. Di punggung tangan dan sekitarnya,' kata Rizka.
-
Siapa yang meninggal dalam insiden ini? Yang lebih memilukan, kedua teknisi itu masih sangat muda, berusia 19 tahun dan 21 tahun.
Sri menambahkan bahwa Asyam masuk ke RS Bethesda dalam kondisi kritis, Sabtu (21/1) pagi. Sabtu siang, Sri sempat diminta dokter untuk menanyakan kepada putranya penyebab sakitnya. Sri sempat berbicara dengan Asyam yang kondisi kesadarannya saat itu 60 hingga 70 persen.
"Asyam mengatakan pungungnya sempat disabet dengan rotan. Anak saya juga bilang, leher berat, sakit. Bawa air terlalu banyak. Punggung dipukul (dengan rotan) 10 kali. Diinjak kakinya. Jangankan ngomong, anak saya bernapas saja susah waktu itu," kenang Sri.
Melihat kondisi anaknya yang makin memburuk, Sri pun menghentikan pembicaraan. Ketika itu, pemuda kelahiran 7 Juli 1997 itu sempat meminta maaf kepadanya.
"Asyam mengembuskan napas sekitar pukul 14.45 WIB. Asyam dimakamkan di makam keluarga yang tak jauh dari rumah. Saya yang menemani saat Asyam syakaratur maut," terang Sri.
Di mata keluarga, Asyam merupakan anak yang berprestasi. Saat bersekolah di SMA Kesatuan Bangsa Boarding School (KBBS) Yogyakarta, Asyam pernah meraih dua medali emas bidang Kimia dalam ajang International Science Project Olympiad (ISPrO), dan Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) pada 2014 di Jakarta.
"Asyam pernah juara dan medali emas bidang kimia di ajang International Environment Sustainability Project Olympiad (INESPO) 2014 di Belanda. Penelitiannya saat itu soal lingkungan di lautan. Anak saya bertemu langsung dengan Meteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi," cerita Sri.
Berbekal prestasinya itu, sambung Sri, Asyam pernah diundang untuk menemui Presiden Joko Widodo. "Setelah lulus UII, anak saya ingin melanjutkan kuliah ke London, Inggris," kenang Sri.
Terpisah, Rektor UII Harsoyo menjelaskan pihaknya masih mendalami peristiwa tewasnya dua mahasiswa itu dengan membentuk tim investigasi. Tim investigasi tersebut terdiri dari pimpinan UII, bidang kemahasiswaan, bidang medis dan forensik, psikologi serta bidang hukum.
"Tim ini sedang menelusuri serta mencari fakta dan informasi yang lengkap terkait wafatnya Muhammad Fadhli dan Syaits Asyam," ujar Harsoyo.
Harsoyo mengungkapkan bahwa UII akan menindak tegas pihak yang terlibat apabila ditemukan adanya penyimpangan terhadap kematian kedua mahasiswa UII tersebut.
"Saat ini semua kegiatan yang bersifat outdoor di UII kami tangguhkan sementara. Nantinya hasil temuan tim investigasi juga akan kami gunakan untuk mengevaluasi kegiatan-kegiatan mahasiswa yang lainnya," ungkap Harsoyo.
Achiel Suyanto, salah seorang tim investigasi UII yang juga merupakan mantan Ketua Mapala UII mengatakan acara tersebut sudah ada sejak tahun 1977. Menurutnya tidak pernah ada kekerasan dalam acara tersebut.
"Dalam kurikulum Mapala UII tidak ada kekerasan. Kalaupun ada hukuman paling hanya disuruh lari atau push up saja. Tidak diperbolehkan ada kekerasan," tegas Achiel.
Achiel menerangkan bahwa saat ini tim investigasi belum bisa membeberkan hasil temuannya. Pasalnya, hari ini tim baru meminta keterangan panitia dan pengurus Mapala UII.
"Tunggu beberapa hari ke depan. Pasti akan kita beritahukan hasil investigasinya apa. Mau ada kekerasan atau tidak akan tetap kita sampaikan," papar Achiel.
Achiel juga menuturkan bahwa pihaknya akan menghormati apabila keluarga mahasiswa yang meninggal saat mengikuti Diksar Mapala UII mengambil langkah hukum. Baginya langkah hukum itu adalah hak setiap warga negara.
"Pengurus Mapala UII dan panitia acara kemarin sudah dimintai keterangan oleh pihak Kepolisian. Silakan saja, biarkan proses hukum tetap jalan dan kami pun juga akan tetap melakukan investigasi. Apapun hasilnya nanti akan kita sampaikan," pungkas Achiel.
Kegiatan Diksar Mapala UII di Lereng Selatan Gunung Lawu merupakan acara resmi yang diikuti sedikitnya 37 peserta.
Pihak UII mengetahui dan mengizinkan penyelenggaraan acara yang dinamai The Great Camping (TGC) yang diadakan dari tanggal 13 hingga 20 Januari 2017.
Fadhli merupakan mahasiswa Teknik Elektro angkatan 2015. Fadhli tewas hari Jumat, (20/1) saat dalam perjalanan menuju RSUD Karanganyar. Sementara Syaits Asyam mahasiswa program studi Teknik Industri angkatan 2015, meninggal hari Sabtu (21/1). Korban sempat dirawat di RS Bethesda, Yogyakarta sebelum akhirnya meninggal dunia.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Diduga, Tirza tewas usai dibacok segerombolan orang tak dikenal.
Baca SelengkapnyaAditya menambahkan kasus kecelakaan ini sudah ditangani oleh Unit Laka Lantas.
Baca SelengkapnyaTawuran terjadi di Jalan Raya Sawangan, Kecamatan Pancoran Mas pada Kamis (13/6) malam
Baca SelengkapnyaDalam kesaksiannya, Khaidar mengaku, sempat mendengar keluhan Imam Masykur yang merasa sakit pada bagian dadanya.
Baca SelengkapnyaAksi pengeroyokan bermula ketika korban mengunggah video di WhatsApp miliknya dengan mengenakan atribut salah satu perguruan silat.
Baca SelengkapnyaPara pelaku kesal dengan tingkah laku Dimas di dalam sel.
Baca SelengkapnyaSopir angkutan umum di Kota Tasikmalaya berinisial YS (48) meninggal dunia usai dianiaya DP (34) dan YR (29)
Baca SelengkapnyaTernyata terdapat fakta baru usai dilakukan visum, dokter menemukan luka lubang di dada kiri korban.
Baca SelengkapnyaKasus pun berhasil diungkap dengan penangkapan terhadap satu tersangka inisial ND (20).
Baca SelengkapnyaIsak tangis mewarnai pemakaman Muhammad Naufal Zidan alias MNZ (19) yang dibunuh seniornya, Altafasalya Ardnika Basya alias AAB (23).
Baca SelengkapnyaKeluarga korban menemukan banyaknya kejanggalan dalam kasus tersebut, mulai dari luka lebam serta keterangan dari para saksi.
Baca SelengkapnyaKorban sebenarnya bukan sasaran dari ustaz. Kebetulan korban lewat saat ustaz melempar kayu berpaku tersebut.
Baca Selengkapnya