Pengakuan mantan pelajar pelaku klitih di Yogyakarta
Merdeka.com - Aksi kekerasan jalanan atau disebut dengan istilah klitih dilakukan oleh para pelajar di Yogyakarta mengundang keprihatinan dari banyak pihak. Berdasarkan penelusuran yang dilakukan, aktivitas geng pelajar di Yogyakarta tak bisa dipisahkan dari maraknya klitih. Demi eksistensi geng pelajar, aksi klitih seakan-akan dilanggengkan menjadi sebuah tradisi.
Pamungkas (bukan nama sebenarnya) merupakan seorang mantan anggota geng pelajar asal salah satu SMK di Kota Yogyakarta menuturkan bahwa awal mula dirinya bergabung dengan geng pelajar karena merasa memiliki hutang budi. Hutang budi pada para kakak kelas ini karena Pamungkas pernah ditolong saat dirinya menjadi korban pengeroyokan oleh pelajar sekolah lainnya.
"Saat pulang mengikuti Masa Orientasi Sekolah (MOS) pada tahun 2011, saya diserang oleh pelajar yang merupakan musuh sekolah saya. Saya sampai sempat disabet pedang. Saya waktu itu telepon kakak kelas kemudian langsung ditolong," ucap Pamungkas saat ditemui beberapa hari yang lalu.
-
Mengapa pelajar terlibat perkelahian? Ciri remaja atau pelajar yang terlibat perkelahian antar sesamanya diduga dipengaruhi oleh beragam kondisi seperti lingkungan tempat tinggal, kedekatan dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya, hubungan dengan peer group serta akses untuk melihat kekerasan di media visual seperti tayangan di media sosial.
-
Siapa yang terlibat dalam perkelahian antar pelajar? Ciri remaja atau pelajar yang terlibat perkelahian antar sesamanya diduga dipengaruhi oleh beragam kondisi seperti lingkungan tempat tinggal, kedekatan dengan orangtua dan anggota keluarga lainnya, hubungan dengan peer group serta akses untuk melihat kekerasan di media visual seperti tayangan di media sosial.
-
Kenapa pelaku menikam mahasiswa? 'Motifnya, pelaku merasa ditipu dan sakit hati kepada korban,' ungkapnya.
-
Siapa pelakunya? Orang ke-3 : 'Seperti biasa saya menjemput anak saya pulang sekolah sekitar jam tersebut'Karena 22 jam sebelum 5 April 2010 adalah jam 1 siang 4 april 2010 (hari minggu)
-
Apa dampak dari kekerasan di lingkungan sekolah? KPAI menilai segala bentuk kekerasan anak pada satuan pendidikan mengakibatkan kesakitan fisik/psikis, trauma berkepanjangan, hingga kematian. Bahkan lebih ekstrem, anak memilih mengakhiri hidupnya.
Pasca menjadi korban penyerangan dari sekolah lain, Pamungkas pun menjadi akrab dengan kakak kelasnya. Pamungkas pun menceburkan diri menjadi anggota geng pelajar di sekolahnya.
"Diajak sama kakak kelas ikut geng sekolah. Awalnya nongkrong bareng. Terus jadi kenal," terang Pamungkas yang saat ini berusia 21 tahun.
Pamungkas mengatakan, bahwa dalam satu angkatan kelas 1 hanya ada 30 orang yang diajak bergabung. Selama duduk di kelas 1, 30 orang ini menjalani pembekalan. Pembekalan ini diberikan oleh kakak kelas yang lebih dulu bergabung di geng sekolah.
"Isi pembekalannya macam-macam. Dari harus menjaga kehormatan dan kebanggaan geng hingga harus menjaga nama geng dari serangan geng lainnya. Selain itu juga diberitahu siapa saja musuh geng sekolah kami," jelas Pamungkas.
Tes mental dan fisik, lanjut Pamungkas juga diberikan oleh kakak kelas. Untuk tes fisik, harus berkelahi dengan kakak kelas. Perkelahian itu, lanjut Pamungkas tak boleh memukul kepala atau alat vital.
Selain diajari untuk berkelahi. Pamungkas dan kawan-kawan seangkatannya yang direkrut juga diajari cara dan metode Klitih. Pamungkas diajak seniornya untuk berkeliling kota dan mengklitih lawannya.
"Target klitih hanya anggota-anggota geng yang menjadi musuh sekolah kami. Tidak acak. Bahkan kalau ketemu siswa sekolah lain di jalan, ditanya lebih dulu asal SMA nya. Kalau bukan dari sekolah musuh, tidak akan diserang," tutur Pamungkas.
Pamungkas menguraikan bahwa saat dirinya masih tergabung dengan geng sekolah yang biasa melakukan klitih, jarang sekali senjata tajam digunakan untuk melukai musuh. Kalaupun digunakan, sambung Pamungkas, hanya untuk menakuti lawannya saja.
"Tujuan dari klitih untuk menunjukan eksistensi geng. Selain itu untuk mengangkat nama geng agar semakin di takuti dan disegani musuh. Geng sekolah yang dibawah kekuasaan atau ingin berdamai harus menyerahkan upeti, bisa uang atau minuman keras. Upeti bisanya ditentukan dari hasil kesepakatan antar ketua geng kedua belah pihak. Hasil dari setoran uang itu biasanya untuk kas," pungkas Pamungkas.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah video memperlihatkan kisah unik mahasiswa yang makan di warung Kopi Klotok saat masih kuliah, bayarnya ketika sudah lulus.
Baca SelengkapnyaSelain mengaku anggota Basis, korban disebut sempat menantang kelompok lain di luar sekolah.
Baca SelengkapnyaPuluhan pelajar salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) negeri di Garut, Jawa Barat, Minggu (21/1) dini hari digelandang ke Mapolres Garut.
Baca SelengkapnyaPolisi telah memeriksa 10 saksi untuk menyelidiki kasus tersebut.
Baca SelengkapnyaSejumlah pelajar di Kabupaten Langkat melakukan aksi kriminal di jalanan yang membahayakan pengendara lain.
Baca SelengkapnyaPolisi telah mengamankan sepeda motor dan barang bukti berupa 1 buah celurit dan penggaris besi.
Baca SelengkapnyaPria ini bagikan pengalamannya yang begitu menarik saat KKN di sebuah desa Gunungkidul.
Baca SelengkapnyaKasus pembullyan kembali terjadi. Kali ini kasus viral ini terjadi di Cilacap, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaSaat ini korban FF yang dipukul dan ditendang korban sedang menjalani perawatan.
Baca SelengkapnyaPolisi melakukan penyidikan terhadap kasus tersebut. Hasilnya dua orang siswa ditetapkan sebagai tersangka.
Baca SelengkapnyaAksi perundungan dialami oleh Siswa SMP Negeri 2 Cimanggu di Cilacap oleh temannya sendiri. Korban mengalami luka akibat penganiayaan yang dilakukan temannya.
Baca SelengkapnyaPolisi menyebut, jumlah anak yang tergabung dalam kelompok Bajing Kids ini sekitar 41 orang.
Baca Selengkapnya