Pengakuan Warga Dipukul TNI di Buleleng Bali dan Berniat Lapor ke Komnas HAM
Merdeka.com - Pria berinisial DI (24), warga yang sempat dihajar oleh anggota TNI di Buleleng, Bali. Diketahui, DI diserang TNI karena warga Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali itu diduga memukul kepala Dandim 1606/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto.
Peristiwa itu bermula, saat DI pergi ke kebun sekitar pukul 06.00 Wita pagi, dan pada pukul 10.00 Wita saat makan siang dirinya akan pulang ke rumahnya.
"Saya pulang lagi ke rumah, kebetulan saya tidak tau kalau ada pemeriksaan swab. Saya kan lupa pakai masker habis dari kebun, setelah sampai di lokasi kejadian, saya dicegat sama tentara diadang dan diberhentikan," kata DI, saat dihubungi Selasa (24/8).
-
Kenapa TNI AD membantah klaim pelaku? Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Bagaimana cara TNI AD mengklarifikasi klaim pelaku? 'Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Apa yang dilakukan polisi pada korban? Sesampainya di ruangan, pintu malah dikunci dari dalam'Sedangkan kedua teman korban menunggu di ruangan lainnya, singkat cerita di ruang tersebut terjadi dugaan tindak pencabulan itu,' kata KBO Satreskrim Polres Belitung, IPDA Wahyu Nugroho dalam konferensi pers di Polres Belitung.
-
Apa yang dilakukan Panglima TNI terhadap kasus ini? Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono memastikan proses hukum terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran tindak pidana.
-
Apa yang dilakukan polisi tersebut? Penyidik menetapkan Bripka ED, pengemudi mobil Toyota Alphard putih yang viral, sebagai tersangka karena melakukan pengancaman dengan pisau terhadap warga.
-
Kenapa mediasi belum terjadi? Polresta Barelang belum membuka opsi mediasi terkait kasus dugaan pengeroyokan yang dilakukan Seleb TikTok Satria Mahathir atau yang dikenal dengan panggilan 'cogil' bersama tiga orang rekannya. Hal itu menyusul belum adanya permintaan mediasi yang diterima penyidik dari pihak RA, selaki anak dari Anggota DPRD Kepri Nyanyang Haris Pratamura yang jadi korban dalam kasus tersebut.
DI mengaku tak pakai masker dan takut melihat dua petugas yaitu TNI dan Polisi. Dia melarikan diri dan akhirnya lolos dari petugas. Namun, sekitar 40 meter ada lagi petugas dan dicegat lalu teman DI berinisial AG (23) yang diboncengnya langsung dipukul oleh petugas.
"Karena saya takut, karena saya tidak pakai masker, saya coba lari, setelah saya bisa meloloskan diri, saya hampir jatuh itu ditarik, akhirnya saya bisa lolos. Terus, sekitar 40 meter lagi ada lagi tentara, yang ada terus teman saya yang saya bonceng dipukul. (Karena) dipukul saya berhenti, saya tanya, kenapa teman saya dipukul, tidak tau kenapa (aparat) marah-marah langsung mukul, langsung cekik, terus saya diseret sejauh 30 meter ke titik lokasi yang pertama," ungkap DI.
"Sudah saya diseret, saya ditendang dari belakang. Padahal saya sudah tidak melawan karena saya tau aparat, tidak melawan tapi terus saya ditendang dan dipukul," lanjutnya.
Kemudian, setelah diseret bersama rekannya sekitar 30 meter dan sampai ke titik lokasi, DI dan AG lalu disiram dengan air yang ada di ember oleh aparat. Kemudian, paman DI datang bermaksud untuk melerai agar DI tidak dikeroyok tetapi paman DI juga menjadi sasaran pemukulan aparat.
"Setelah saya sampai di titik lokasi 30 meter, saya diduduki dan disiram pakai air berdua (dengan temannya). Setelah itu, sekitar 15 menit, barulah datang paman saya, maksud paman saya untuk melerai saya agar tidak dipukul terus. Dia (paman saya) juga jadi sasaran pemukulan oleh aparat," ujarnya.
"Kami bertiga dipukuli lagi, padahal kami tidak melawan, setelah itu datang lagi adik saya, karena adik saya tau saya dipukul sampai luka, dicekik, otomatis adik saya marah, adik saya marah, iya adik saya melawan tapi melawannya belum sampai mukul, artinya debat mulutlah. adik saya dipukuli sampai bibirnya robek dijahit itu," jelasnya.
Namun, akhirnya bapak DI datang dan peristiwa pemukulan itu berakhir. Kendati DI mengaku bapaknya kena tendang oleh aparat di bagian perut.
"Setelah itu, datanglah bapak saya membawa saya pulang ke rumah, dekat jaraknya sekitar 100 meter dari lokasi. Dibawa pulang (saya), terus tentaranya ikut kejar saya sampai di depan rumah. Setelah, di depan rumah debat lagi, Kenapa anak saya dipukuli gara-gara tidak pakai masker," ujarnya.
Ia juga membantah, bahwa dirinya tidak pernah menabrak aparat dan memukul dan menurutnya hal itu tidak mungkin, karena dirinya tau bahwa berhadapan dengan aparat.
"Tapi, dipenjelasannya pihak aparat, saya dibilang nabrak aparat. Kan tidak mungkin saya nabrak, kalau saya nabrak pasti saya jatuh, seperti itu. Berbeda dia sama fakta yang di lapangan,"
"Dibilang saya yang mengeroyok aparat, padahal saya tidak melawan saksi mata ada, sampai DPR sama kepala desa saya dilempar gitulah. (Padahal) tidak ikut-ikut," ujar DI.
Ia juga mengaku, lewat pemukulan itu dirinya mengalami luka di leher, jidat, kaki dan terasa sakit di punggung. Sementara, pamannya mengalami luka di hidung, dada terasa sakit, dan adiknya mengalami luka di bibir dan pelipis dan bibirnya dijahit.
"Bapak (saya) cuma ditendang di perut. Pas bapak datang maunya narik saya agar saya (tidak) dikeroyok lagi," ujarnya.
Saat ditanya, apakah dirinya benar menolak tes antigen yang dilakukan petugas gabungan, pihaknya membantah dan dirinya juga mengaku tidak tau kalau ada kegiatan tersebut.
"Tidak ada (menolak), saya sudah pernah swab, sudah ada buktinya, dia sosialisasi ke masyarakat itu belum merata. Artinya, masyarakat belum ada yang tau kalau sekarang itu diadakan swab itu. Saya kan takut, makannya saya lari," ujarnya.
Sementara, terkait adanya pemukulan kepada kepala Dandim 1606/Buleleng Letkol Inf Muhammad Windra Lisrianto, pihaknya dan juga keluarganya mengaku tidak pernah melakukan pemukulan kepada aparat.
"Tidak ada, saya tidak melawan saya dibawa duduk. Tidak ada (keluarga memukul)," ujarnya.
Setelah peristiwa itu, dirinya dan aparat melakukan mediasi dan tidak ada pelaporan. Namun, pihaknya meminta kepada Dandim Buleleng agar oknum-oknum aparat yang memukul dirinya untuk ditindaklanjuti.
"Harapan saya sih, untuk oknum-oknum yang sudah menganiaya saya, memukul saya, cuma kesalahan saya tidak pakai masker agar ditindaklanjuti," ujar DI.
Lapor ke Komnas HAM
DI mengaku akan melaporkan peristiwa tersebut ke Komnas HAM Provinsi Bali. "Saya mau lapor juga ke Komnas HAM biar ditindaklanjuti sudah berkoordinasi dengan keluarga saya," kata DI.
Pihak juga akan melapor kepada pihak kepolisian tetapi masih berunding dengan pihak keluarganya. "Iya, rencananya mau melapor masih dirunding sama keluarga," ujarnya.
Dia juga menyampaikan, dari pihak Desa Sidetapa juga tidak terima atas perlakuan para petugas.
"Kalau dari pihak desa tidak terima kepala desanya digituin (dilempar) tidak dihormatin, karena Dandim-nya arogan marah-marah, dia itu memberikan penjelasan ke masyarakat bukan secara halus tetapi secara galak. Marah-marah," ujar DI.
Seperti yang diberitakan, sebuah video viral di media sosial yang menampilkan beberapa orang berseragam TNI yang memukul remaja. Peristiwa itu, terjadi di Desa Sidetapa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali.
Dua remaja itu dihajar anggota TNI lantaran sempat memukul kepala Dandim Buleleng dari belakang. Setelah remaja tersebut memukul Dandim, anggota TNI yang lain spontan menghajar keduanya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anggota Komisi I DPR, TB Hasanuddin mengecam penyerangan puluhan prajurit TNI ke sebuah desa di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara
Baca SelengkapnyaKuasa hukum menegaskan korban tidak memiliki motivasi lain seperti yang disebut jenderal bintang dua itu.
Baca Selengkapnya10 Anggota Polisi Diduga Sekap dan Aniaya Warga di Bali
Baca SelengkapnyaLemparan batu mengenai kening dan pipi Serd STV hingga memar dan dibawa ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaTim advokasi melaporkan kasus dugaan penembakan tersebut ke Bareskrim Polri lantaran tak ada perkembangan dari Polda Kalimantan Tengah.
Baca SelengkapnyaLaporkan ‘Tragedi Boyolali’ ke Komnas HAM, TPN Ganjar Mahfud Tuntut Bentuk Tim Independen
Baca SelengkapnyaAmnesty mengecam perlakuan tidak manusiawi diduga dilakukan prajurit TNI terhadap warga Papua tersebut.
Baca SelengkapnyaIa memastikan, tidak ada pengeroyokan terhadap dalam kejadian tersebut dan lebih kepada perkelahian.
Baca SelengkapnyaLaporan ke Bareskrim Polri dilakukan keluarga korban setelah tidak ada perkembangan penyidikan dari Polda Kalteng.
Baca SelengkapnyaAparat keamanan gabungan TNI-Polri amankan proses pembayaran denda adat di Kabupaten Puncak Jaya.
Baca SelengkapnyaSaat ditegur, pelaku malah menghajar korban serta petugas KPPS
Baca SelengkapnyaAhmad Basarah PDIP mengecam penganiayaan anggota TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
Baca Selengkapnya