Pengamat: Dulu Perempuan di Belakang, Kini di Garis Depan Lakukan Aksi Terorisme
Merdeka.com - Husain alias Abu Hamzah terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara ditangkap hidup-hidup oleh Densus 88 Mabes Polri pada penggerebekan, Selasa (12/3) lalu. Ironisnya, dalam upaya penggeledahan di rumahnya, sang istri tak mau menyerahkan diri. Malah, bersama kedua anaknya memutuskan untuk meledakkan diri.
Abu Hamzah mengakui, apabila istrinya tersebut lebih ekstrem terpapar paham radikalisme ISIS. Sehingga tak mau menyerah dan pilih meledakkan diri bersama kedua anaknya di rumah sebelum polisi berhasil meringkus.
Padahal, Densus 88 maupun Polda Sumut bekerjasama dengan seluruh tokoh masyarakat yang ada di Sibolga sudah melakukan pendekatan persuasif kepada istri Hus alias AH. Negosiasi sudah berlangsung kurang lebih 10 jam.
-
Apa yang dilakukan polisi untuk Ilham? Ambil Rapor dengan Polisi Tak hanya itu, para polisi tersebut lantas mengantar Ilham untuk kembali ke kediaman pribadi.
-
Kenapa Ilham minta ditemani polisi? 'Anak tersebut menulis surat yang diberikan kepada gurunya, dengan alasan tidak pernah diambil oleh Bapaknya,' demikian dikutip dari keterangan unggahan.
-
Kenapa keluarga ini nekat bunuh diri? 'Kita membutuhkan pemeriksaan scientific, kita butuh pemeriksaan DNA, kita butuh pemeriksaan autopsi psikologi yang kemudian secara komprehensif baru nanti bisa kita simpulkan,' kata Kapolres Metro Jakarta Utara, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan dalam keterangannya dikutip Kamis (14/3).
-
Bagaimana Ilham meminta bantuan polisi? Usai menumpahkan keinginannya pada secarik kertas, Ilham lantas memberikannya kepada guru. Sontak, sang guru seketika beraksi dengan langsung mengirimkan ke polisi setempat.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Bagaimana tentara Israel membunuh ibu Muhannad Al-Jamal? 'Ibu berusia 65 tahun itu, diidentifikasi bernama Safiya Hassan Musa Al-Jamal, dilindas tank Iseael dan tewas di depan putranya,' tulis Euro-Med dalam laporannya, dikutip Selasa (2/7).
Pakar terorisme dari UIN Jakarta, Zaki Mubarok melihat, ideologi radikal yang dimiliki perempuan bukan hal baru. Bahkan di Indonesia, sudah sering ditemukan seorang perempuan nekat melakukan aksi teror.
Dia menjelaskan, dalam 3 tahun terakhir banyak perempuan yang terlibat dalam gerakan jihadis. Pada 2016 misalnya, Dian Yulia Novi, juga merencanakan bom bunuh diri di Istana Negara. Tapi berhasil digagalkan.
"Tahun lalu, istri Dian Aprianto dan anak-anaknya juga terlibat dalam aksi bom bunuh diri di gereja di Surabaya," jelas Zaki saat dihubungi merdeka.com, Kamis (14/3).
Zaki melanjutkan, sejumlah perempuan juga tercatat berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan Daulah Islamiyah ISIS. Jadi memang, menurut dia, telah terjadi proses radikalisasi yang menyasar perempuan.
"Bila duluanya mereka ada di garis belakang, saat ini perempuan-perempuan sudah ada di garis depan dalam melakukan aksi-aksi teror. Istri Abu Hamzah hanya salah satu contoh saja, masih banyak yang lain," tutur Zaki.
Penggerebekan Teroris di Sibolga ©2019 Merdeka.com/Yan Muhardiansyah
Dia menduga, jumlahnya sampai ratusan para perempuan yang siap melakukan aksi teror. Sebab, dia melihat, doktrin tentang kewajiban jihad sebagai fardhu ain masih hidup di Indonesia. Maka potensi-potensi kekerasan oleh perempuan-perempuan jihadis ini juga masih menjadi ancaman.
Zaki menambahkan, kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan JAD ini mencontoh praktik jihad ISIS yang mulai banyak melibatkan perempuan dan anak-anak untuk melakukan bom bunuh diri saat mereka dalam posisi terdesak.
Dia mengungkap, pasca bom Surabaya tahun lalu, hampir sekitar 300 pendukung JAD, pendukung ISIS, yang telah ditangkap. Dari sini, potensi meluasnya paham radikal menyasar para perempuan di Indonesia.
"Mereka kan punya istri atau anggota keluarga yang perempuan yang seideologi dengan suami atau saudara mereka yang mendukung ISIS. Hanya saja saat ini sebagian mereka tampil di garis depan," jelas Zaki.
Pemerintah Kalah Langkah
Pemerintah, diminta memperluas pengawasan kepada anggota-anggota keluarga termasuk istri pelaku teror. Karena mungkin saja jaringan jihadis terus berjalan melalui istri atau anggota keluarga lainnya setelah suaminya tertangkap atau dipenjara.
Dia melihat selama ini, deradikalisasi yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas pelaku teror saja, belum mencakup keluarga para pelaku. Terlebih, ada jihadis yang ogah ikut program deradikalisasi. Ditambah, strategi pada jihadis dalam memperluas jaringan membuat pemerintah ketinggalan langkah.
"Insentif-insentif ekonomi dan sosial bagi keluarga teroris, supaya mereka mampu memutus jaringan, nyaris tidak berjalan. Sebaliknya, sejumlah kelompok teror justru memberikan santunan-santunan kepada para janda teroris dan keluarga yang bapaknya di penjara atau ditangkap supaya tetap bersama gerakan jihadis. Sebagian berasal dana fa'i (rampokan). Mereka juga aktif membina jaringan melalui anggota keluarga terdekat. Pemerintah kalah langkah. Jadi ini sangat ironis," kata Zaki lagi.
Solusinya, Zaki melihat, pemerintah harus serius menjalankan program deradikalisasi sampai pada tahap pemenuhan kebutuhan ekonomi para keluarga teroris. Juga pemahaman tentang agama kepada para keluarga penting dilakukan.
"Ya itu dengan insentif ekonomi, sosial, pendidikan yang melibatkan keluarga teroris. Selain juga dengan pendekatan-pendekatan konvensional yang sudah berjalan. Reorientasi pemahaman Islam. Jadi pendekatan harus bersifat holistik. Perlu strategi dan planning yang lebih matang, termasuk pemetaan-pemetaan mereka pada level radikal seperti apa, sehingga pendekatannya juga bervariasi," tutup dia.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Asma Mohammed adalah istri dari Abu Bakr Al-Baghdadi.
Baca SelengkapnyaBudaya patriaki memiliki andil cukup besar dalam penyebaran paham radikal pada kaum perempuan.
Baca SelengkapnyaSeorang suami bunuh istri terjadi di sebuah rumah kontrakan, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
Baca SelengkapnyaWanita berhijab ini ditalak oleh suami karena terlibat cekcok dengan mertuanya. Hubungannya terpaksa harus berakhir dan kandas di tengah jalan.
Baca SelengkapnyaKasus penganiayaan berujung kematian ini dipicu karena pelaku sakit hati
Baca SelengkapnyaPolisi menangani kasus pembunuhan yang diduga dilakukan seorang ibu kepada dua anaknya di Kediri, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKeponakan korban yang menyerahkan diri memohon jadi justice collaborator.
Baca SelengkapnyaYoyo bercerita, sebelum geger kejadian mutilasi tersebut, Tarsum sempat ingin bunuh diri
Baca SelengkapnyaHasil penyelidikan polisi diketahui pembunuhan sadis itu dilatarbelakangi persoalan ekonomi dan sakit hati.
Baca SelengkapnyaKepolisian mengamankan satu buah pisau, satu baju dan celana milik korban, dan pakaian dalam korban.
Baca SelengkapnyaKecurigaan bahwa kematian Asep tidak wajar semakin kuat setelah adanya tagihan pinjaman online atas nama korban yang diajukan di hari dia meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaRisma Fatmawati (RF), wanita berusia 19 tahun, tewas setelah ditikam suaminya IS (23) memakai sikat gigi.
Baca Selengkapnya