Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pengamat: Pilwali Surabaya ditunda jadi pembelajaran politik Risma

Pengamat: Pilwali Surabaya ditunda jadi pembelajaran politik Risma Risma. ©2013 Merdeka.com/moch andriansyah

Merdeka.com - Peristiwa politik yang cukup mengejutkan jelang Pilwali Surabaya, Jawa Timur, khususnya terkait mundurnya bakal calon wakil wali kota, Haries Purwoko yang secara tiba-tiba saat pendaftaran ke KPU Surabaya) Senin sore kemarin (3/8), membuat pengamat komunikasi politik asal Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Sukowidodo ikut angkat bicara.

Mundurnya Haries yang mendampingi Dhimam Abror untuk melawan pasangan incumbent Tri Rismaharini-Whisnu Sakti Buana, menjadi pukulan telak bagi warga Surabaya, yang ingin Pilwali tetap digelar di Tahun 2015 ini. Karena dengan mundurnya Haries, yang secara tiba-tiba itu, secara otomatis Pilkada Surabaya, tetap dihuni satu pasangan calon (Paslon).

Dan secara otomatis pula, berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015, tentang Pilkada, Pilwali Surabaya diundur 2017.

Orang lain juga bertanya?

"Peristiwa ini, menjadi pembelajaran bagi Risma. Komunikasi dia sangat buruk dengan partai-partai. Perlu diingat, dalam menjalankan roda pemerintahan, Risma tidak bisa asyik dengan game-nya sendiri," terang Sukowidodo di obrolan santai bersama wartawan di Surabaya, Selasa (4/8).

Sebagai wali kota, lanjut dia harus menjalankan pemerintahannya bersama DPR dan partai-partai politik. "Selama ini, komunikasi politik tidak dibangun oleh Risma. Dia lebih sibuk dengan game-nya sendiri, membangun taman, bikin sekolah dan lain sebagainya itu, semaunya dilakukan sendiri tanpa ada komunikasi dengan‎ partai-partai politik," analisanya.

Memang, diakui Suko, secara fisik, kemampuan Risma memimpin Surabaya sudah terbukti. Tapi tidak harmonis dengan partai-partai politik. "Karena komunikasinya tidak terbangun. Bahkan dengan partai pengusungnya sendiri juga tidak terbangun," cetusnya.

Karena sikap acuh Risma terhadap partai-partai politik inilah, yang menyebabkan terhentinya proses kaderisasi dalam partai. "‎Ini salah satu faktor. Partai-partai gagal dalam hal kaderisasi. Termasuk PDIP sendiri, sebagai partai pengusung Risma. PDIP tidak punya kader terbaik di Surabaya. Risma ini kan masuk menjadi kader baru saja, saat akan mendaftar. Dia bukan kader PDIP sebelumnya," paparnya lagi.

Masih kata Suka, tidak terjalinnya hubungan komunikasi antara eksekutif dan legislatif di Kota Pahlawan ini, justru berimbas pada Pilkada serentak yang digelar di Surabaya, yang sedianya akan digelar pada 9 Desember 2015. Namun, karena hanya ada satu pasangan calon (Paslon), yaitu Risma-Whisnu, Pilwali Surabaya menjadi ditunda 2017, dan akan dijabat oleh Plt selama dua tahun.

"Ketidakharmonisan hubungan antar wali kota selaku pembina dengan partai-partai politik inilah, kan wali kota itu sebagai pembina partai-partai, jika komunikasinya tidak berjalan, bagaimana proses kaderisasi untuk melahirkan calon-calon mumpuni bisa berjalan."

Komunikasi yang dibangun oleh eksekutif dan legislatif, masih kata Suko berpendapat, tujuannya untuk mengantisipasi kejutan-kejutan yang kerap terjadi dalam proses demokrasi.

"Seperti Pilwali Surabaya yang hanya ada calon tunggal. Kalau komunikasi bisa dijalankan dengan baik, ini bisa mengantisipasi kejadian di Pilwali seperti sekarang ini," nilainya.

Selain faktor komunikasi yang bisa menghambat proses kaderisasi parpol, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Unair ‎Surabaya ini juga mengungkap beberapa faktor lain, yang juga terjadi di daerah-daerah lain.

"Berdasarkan survei Pusat Kajian Komunikasi (Puskakom) Unair, disebutkan hingga Febuari 2015 ini, ada 18 persen warga Jatim yang tahu akan ada Pilkada serentak, 82 persen lainnya tidak tahu. Parahnya lagi, yang tahu tokoh yang maju di Pilkada hanya 10 persen, sisanya tidak tahu," katanya berdasarkan survei.

Untuk masalah yang satu ini, Suko menilai menjadi catatan penting bagi KPU dalam melakukan sosialisasi ke masyarakat. "Kondisi ini membuktikan, sosialisasi KPU tidak berjalan efektif. Ini harus menjadi catatan khusus bagi KPU, agar demokrasi bisa berjalan baik," tandasnya. (mdk/hhw)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Ridwan Kamil Soal Pilgub: Hati Berat ke Jabar tapi Tidak Menutup Kemungkinan Jakarta
Ridwan Kamil Soal Pilgub: Hati Berat ke Jabar tapi Tidak Menutup Kemungkinan Jakarta

Ridwan Kamil akan memutuskan maju Pilgub Jabar atau Jakarta pada bulan Juni

Baca Selengkapnya
Ridwan Kamil Mengaku Tidak Ajak JK Masuk Timses: Beliau sudah Level Guru Bangsa
Ridwan Kamil Mengaku Tidak Ajak JK Masuk Timses: Beliau sudah Level Guru Bangsa

RK bertemu JK selama kurang lebih 1 jam sejak pukul 17.00 WIB.

Baca Selengkapnya
Ketua Tim Pemenangan RIDO: Ridwan Kamil Tetap Blusukan Tiap Hari Meski Didukung Jokowi dan Prabowo
Ketua Tim Pemenangan RIDO: Ridwan Kamil Tetap Blusukan Tiap Hari Meski Didukung Jokowi dan Prabowo

Riza menegaskan, dukungan Jokowi dan Prabowo itu karena melihat rekam jejak Ridwan Kamil.

Baca Selengkapnya
Cuti Sudah Habis, Gibran Belum Terlihat 'Ngantor' di Balai Kota Solo Usai Debat Capres
Cuti Sudah Habis, Gibran Belum Terlihat 'Ngantor' di Balai Kota Solo Usai Debat Capres

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka hingga pukul 15.00 WIB tidak juga muncul di Balai Kota.

Baca Selengkapnya
Ridwan Kamil Ungkap Detik-Detik Berpasangan dengan Suswono di Pilkada Jakarta
Ridwan Kamil Ungkap Detik-Detik Berpasangan dengan Suswono di Pilkada Jakarta

Mantan Gubernur Jawa Barat ini juga mengungkapkan, majunya ia di Jakarta bukan karena melamar.

Baca Selengkapnya
Rano Karno Sindir RK-Suswono Tak Nyoblos di Jakarta: Hilang 2 Suara, Sayang Juga
Rano Karno Sindir RK-Suswono Tak Nyoblos di Jakarta: Hilang 2 Suara, Sayang Juga

RK-Suswono tidak mencoblos di Jakarta karena masih ber-KTP Jawa Barat.

Baca Selengkapnya
Tim RK-Suswono Heran Ada TPS yang Partisipasinya Cuma 15 Persen, Minta KPU Gelar Coblos Ulang
Tim RK-Suswono Heran Ada TPS yang Partisipasinya Cuma 15 Persen, Minta KPU Gelar Coblos Ulang

RIDO menilai, KPU DKI Jakarta tak profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai pelaksana Pilkada.

Baca Selengkapnya
Dilaporkan Kubu Ridwan Kamil-Suswono ke DKPP, KPU Pastikan Rekapitulasi Suara Pilkada Jakarta Tetap Jalan
Dilaporkan Kubu Ridwan Kamil-Suswono ke DKPP, KPU Pastikan Rekapitulasi Suara Pilkada Jakarta Tetap Jalan

Proses rekapitulasi suara di tingkat provinsi dijadwalkan berlangsung pada 7-9 Desember 2024.

Baca Selengkapnya
Blak-blakan Bawaslu soal Turunnya Partisipasi Warga di Pilkada Jakarta, Bukan Kurang Sosialisasi
Blak-blakan Bawaslu soal Turunnya Partisipasi Warga di Pilkada Jakarta, Bukan Kurang Sosialisasi

Dengan adanya penurunan partisipasi masyarakat pada Pilkada tersebut. Maka, perlu dilakukannya refleksi hingga evaluasi.

Baca Selengkapnya
Kumpulkan Parpol Pengusung, Ridwan Kamil-Suswono Bahas Persiapan Putaran Kedua Pilkada Jakarta
Kumpulkan Parpol Pengusung, Ridwan Kamil-Suswono Bahas Persiapan Putaran Kedua Pilkada Jakarta

Pertemuan berlangsung di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat pada Senin malam, 2 Desember 2024.

Baca Selengkapnya
Ridwan Kamil Rela Ditertawakan karena Tak Nyoblos di Jakarta
Ridwan Kamil Rela Ditertawakan karena Tak Nyoblos di Jakarta

Menurut RK, statusnya sebagai pemilih Jawa Barat tak melanggar aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk maju di Pilkada Jakarta 2024.

Baca Selengkapnya
Bocoran Kegiatan Ridwan Kamil usai Kalah di Pilkada Jakarta: Saya Orang yang Sangat Sibuk
Bocoran Kegiatan Ridwan Kamil usai Kalah di Pilkada Jakarta: Saya Orang yang Sangat Sibuk

Ridwan Kamil mengakui akan tetap sibuk setelah kalah di Pilkada Jakarta.

Baca Selengkapnya