Penganiaya santri di Samarinda ditangkap, ternyata teman korban
Merdeka.com - Polisi menangkap R (12), seorang santri di salah satu pesantren kawasan Sungai Kunjang, Samarinda, Kalimantan Timur. Dia menjadi terduga penganiaya teman sesama santri, MRP (13), yang sempat dirawat 5 hari di rumah sakit, dan akhirnya meregang nyawa, Senin (2/4).
R diamankan kemarin. Dia dijemput polisi di pondok pesantren, usai korban meninggal dunia. Polisi pun menguak motif R menganiaya korban, temannya sesama pondok.
"Motifnya ada rasa dongkol pelaku, hingga akhirnya menuduh korban mengambil uang Rp 85 ribu. Uang itu uang kembalian belanja di warung," kata Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Sudarsono kepada wartawan, Selasa (3/4).
-
Siapa yang dianiaya di Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin? 'Saya mondok di sana selama enam tahun, tiga tahun MTs dan Aliyah. Selama 6 tahun di situ cukup banyak perubahan, baik dari pembangunan dan gurunya,' kata Adi Maulana kepada merdeka.com. Menurut Adi Maulana, Pondok Pesantren Raudhatul Mujawwidin merupakan yang terbaik di Provinsi Jambi, apalagi Kabupaten Tebo, baik dari sisi pendidikan, pengembangan multimedia, dan lainnya. 'Kalau untuk segi pembelajaran nilainya plus kemudian santri di pondok Raudhatul Mujawwidin itu paling banyak santri se-Jambi. Pada waktu saya masuk pondok santri hanya 800, sekarang sudah lebih dari dua ribu santri,' ujarnya. Namun, pondok pesantren ini juga ada minusnya. Adi Maulana menceritakan, salah satu kejelekannya adalah selalu menutupi masalah kecil ataupun masalah besar. Sepengetahuan dia, kasus santri meninggal baru pertama kali ini terjadi. Namun tindak kekerasan, seperti bullying sudah lama berlangsung. 'Zaman saya juga sudah ada, tapi tidak sampai meninggal seperti ini,' paparnya.
-
Siapa yang menjadi korban santet? 'Semua permukaan eksterior dari guci awalnya tertutup teks yang mengandung lebih dari 55 nama yang diukir, puluhan di antaranya sekarang hanya bertahan sebagai huruf-huruf terpisah yang mengambang atau coretan pensil yang samar,' jelas Lamont.
-
Siapa yang diduga mencabuli santriwati? Seorang ustaz inisial FS (34 tahun) yang mengajar di salah satu dayah (pesantren) di Kabupaten Aceh Utara, Aceh, ditangkap polisi. Dia diduga mencabuli santriwatinya.
-
Siapa yang pernah menjadi santri di Pondok Tegalsari? Salah satu sosok yang pernah jadi santri di Pondok Tegalsari adalah pujangga Ronggowarsito.
-
Siapa yang diduga melakukan penganiayaan? Leon Dozan diduga melakukan penganiayaan terhadap Rinoa Aurora Senduk setelah foto dan video dalam tangkapan layar obrolan di Whatsapp terbongkar.
Berawal dari kekesalan itu, pelaku memukul korban, hingga korban tidak sadarkan diri, dirawat dan meninggal di RSUD AW Sjahranie Samarinda. "Pelaku mengakui pemukulan itu, dan dilakukan tanggal 21 Maret 2018 usai salat Zuhur," ujar Sudarsono.
Akibat dari pemukulan itu, dari keterangan medis menyebutkan kepala belakang korban memar, serta bawah telinga memar. "Dugaan sementara, akibat pemukulan itu, bukan penyebab kematian korban. Diduga ada sebab lain dari penyakit yang diderita korban," terang Sudarsono.
Ditanya lebih jauh, soal pengakuan ibu kroban, Santi (37), bahwa anaknya dianiaya tidak kurang lima orang secara bergantian, Sudarsono belum bisa memastikan. "Bahwa keterangan pelaku ini sesuai keterangan delapan saksi di-BAP, bahwa pelakunya satu (R), dan itu sinkron," sebut Sudarsono.
Kendati demikian, polisi masih menunggu hasil autopsi forensik RSUD AW Sjahranie. "Semua akan terjawab hasil autopsi," terang Sudarsono.
Polisi menjerat R dengan pasal 351 ayat 3, tentang penganiayaan mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Namun demikian, polisi mengupayakan diversi, seperti diatur Undang-undang No 11/2012 tentang Peradilan Anak. "Karena pelaku ini di bawah umur," tambahnya lagi.
Sementara, dalam kesempatan yang sama, Wakasat Reskrim AKP Ida Bagus Kade menambahkan, keterangan saksi memang mengarah kepada R sebagai terduga penganiaya. "Ada tuduhan korban mencuri uangnya, tapi uangnya tidak ada. Sempat damai, dan main bola bareng," kata Bagus Kade.
Diketahui, korban meregang nyawa, Senin (2/4) pagi kemarin sekitar pukul 05.20 WITA, setelah dirawat lima hari. Sebelum meninggal, dia bercerita kepada ibunya, bahwa dia dianiaya lima temannya. Akibatnya, selain bengkak di wajah, korban juga sering sakit di bagian dada, hingga akhirnya meninggal kemarin.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Andri menjelaskan saat ini kedua pelaku ditahan di Polres Tebo untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaSantri itu tengah berada di Perpustakaan saat dianiaya seniornya.
Baca SelengkapnyaPesantren dinilai terkesan menutupi kasus tersebut
Baca SelengkapnyaPolisi masih menyelidiki kasus ini untuk mengungkap para pelaku.
Baca SelengkapnyaMembanting korban ke lantai hingga tak sadarkan diri
Baca SelengkapnyaPengeroyokan yang berujung pada kematian ini pun sudah dilaporkan pihak orang tua ke Polsek Lodoyo Timur.
Baca SelengkapnyaPengasuh ponpes mengaku tak tahu menahu mengapa muncul narasi AKA dibanting. Pihaknya juga sudah menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya pada orangtua korban.
Baca SelengkapnyaDokter mengindikasikan korban mengalami pendarahan di perut akibat benturan dan trauma.
Baca SelengkapnyaDi sisi lain, pihak ponpes membantah korban tewas karena dianiaya
Baca SelengkapnyaKasus ini sebelumnya terungkap bermula dari pelaporan pihak keluarga korban di Polsek Glenmore wilayah hukum Polresta Banyuwangi.
Baca SelengkapnyaHP kemudian membawa korban ke sungai di Desa Tanah Merah yang berdekatan dengan pondok pesantren.
Baca SelengkapnyaAksi brutal yang dilakukan MGS yang juga kakak pemilik handphone, disayangkan oleh Pimpinan ponpes, Qosdi Ridwanullah.
Baca Selengkapnya