'Pengeboman & Segala Aksi Terorisme Itu Bukan Islam'
Merdeka.com - Radikalisme berbuntut aksi terorisme menjadi wabah menakutkan. Ironisnya aksi para teroris selalu menjadikan agama sebagai pembenaran. Padahal tak ada satu pun agama mengajarkan kekerasan, apalagi sampai melakukan pembunuhan.
"Jadi pengeboman dan segala aksi terorisme itu bukan Islam. Mereka selama ini 'membajak' Islam untuk pembenaran aksinya," ujar Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Syaiful Bakhri dalam keterangannya, Kamis (24/10).
Di Indonesia, lanjut Wakil Ketua Majelis Hukum dan HAM PP Muhammadiyah 2010-2015 ini, seluruh masyarakat dan negara terus memerangi radikalisme sebagai musuh ideologi. Tidak hanya umat Islam, seluruh penganut agama yang ada di Indonesia juga melakukan hal serupa.
-
Bagaimana cara mencegah terorisme di Indonesia? Di Hari Peringatan dan Penghargaan Korban terorisme ini, Anda bisa membagikan cara mencegah radikalisme di media sosial. Hal ini penting dilakukan agar tindakan terorisme bisa diminimalisir atau dihilangkan.
-
Mengapa kejahatan massal terjadi? Bukti adanya kekejaman di dunia tidak secara langsung membuktikan bahwa manusia jahat secara inheren. Sebaliknya, psikologi sosial sering kali mengabaikan konteks sosial yang lebih luas. Menurut para peneliti, sifat otoritarian yang menghasilkan kekejaman massal biasanya muncul dalam masyarakat yang kompleks.
-
Kenapa agama bisa jadi faktor pencegah bunuh diri? Identitas keagamaan memiliki dampak yang signifikan terhadap risiko bunuh diri seseorang. Dilansir dari Psychology Today penelitian terbaru yang dilakukan Hart dkk (2024), mengungkap bahwa agama, ketakutan akan kematian, dan perilaku bunuh diri memiliki hubungan yang kompleks dan terkadang bertentangan.
-
Kenapa terorisme jadi ancaman besar untuk Indonesia Emas 2045? Sebagai negara kepulauan dengan keberagaman budaya dan agama, Indonesia memiliki potensi besar menjadi negara maju dan sejahtera. Namun, ancaman manifes dan laten tidak bisa dielakkan, seperti bibit intoleransi dan radikalisme pada aksi terorisme.
-
Bagaimana norma agama mengatur perilaku? Misalnya, dalam agama Islam, norma agama mengatur ibadah, hubungan sosial, dan perilaku ekonomi.
-
Gimana mencegah kenakalan remaja dengan agama? Memberikan pendidikan moral dan agama sejak dini. Hal ini bisa membantu remaja untuk memiliki nilai-nilai yang baik, menghormati orang lain, dan bertanggung jawab atas perbuatannya.
"Itu bukan ajaran Islam, tapi ajaran pemeluk yang tidak paham Islam dan tersesat," tukas Syaiful.
Ia mengungkapkan, teror yang selama ini terjadi lebih pada ketidakadilan, apakah itu hukum, politik, kemanusiaan, ekonomi, sosial budaya. Itulah yang dinilai bisa membangkitkan setiap orang melakukan tindakan teror.
"Ini amat sulit dideteksi, paling mungkin pemerintah memperbaiki berbagai ketidakadilan yang ada. Saya yakin kalau keadilan sosial itu sudah terwujud, otomatis radikalisme dan terorisme akan sangat berkurang," ungkapnya.
Syaiful menegaskan, semakin dimusuhi, mereka (teroris) akan semakin kuat. Cara ideal untuk menangani mereka dengan mengurai akar masalahnya.
"Misalnya, tersangka penusukan enggak bisa dituntut hukum semata, tapi harus dicari akarnya kenapa ia melakukan itu. Dalam otak mereka Pak Wiranto atau negara itu musuh mereka. Itulah yang terjadi sehingga kalau hanya penegakkan hukum, masalah itu tidak selesai dan tidak ada yang menang atau kalah," ungkapnya.
Intinya, kata Syaiful, melawan radikalisme dan terorisme tidak hanya dengan kerasnya penegakkan hukum, tetapi bisa berhasil bila dilawan dengan kemuliaan dan kehebatan Pancasila sebagai ideologi tunggal Bangsa Indonesia.
"Bagaimana memberikan pemahaman Pancasila. Jangan sekadar mengatakan aku Pancasila, aku NKRI. Bohong kalau hanya perkataan, tetapi harus dengan pemahaman. Sama dengan agama, mengajak orang beriman tidak mudah dan butuh waktu yang lama dan terus menerus," pungkasnya.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca SelengkapnyaAgama harus mejadi perekat, maka tempat ibadah bukan menjadi tempat pemecah belah.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaSalah satu praktik yang masih ditemui saat ini adalah terorisme yang berbasis ideologi agama dan kekerasan.
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaUntuk mengatasi permasalahan di negara ini bukan sebuah sistem baru, tapi persatuan dan kesatuan.
Baca SelengkapnyaDengan perilaku toleransi tinggi, Indonesia diyakini kebal dengan serangan paham radikal terorisme ingin pecah belah NKRI.
Baca SelengkapnyaMitos kejatuhan cicak sering kali dianggap memiliki makna atau petunjuk tertentu.
Baca SelengkapnyaPentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia
Baca Selengkapnya