Penjelasan Ahli Soal Penyebab Banjir di Kalimantan Selatan
Merdeka.com - Akademisi Institut Pertanian Bogor (IPB) dari Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (GFM-FMIPA), Perdinand mengungkapkan bahwa banjir di Kalimantan Selatan disebabkan oleh faktor alam dan non alam. Salah satunya yaitu curah hujan yang tinggi.
Perdinand mengatakan, curah hujan yang normal 50 mm per hari di Indonesia. Maka jika curah hujan mencapai 174 mm per hari, hal itu tentunya akan menyebabkan bencana.
“kalau hujan derasnya sekitar 50 mm, maka jika curah hujannya 3 kalinya atau 150 mm itu disebut ekstrem dan sudah suspected kejadian-kejadian yang berakibat, misalnya banjir, longsor dan lainnya,” kata Perdinand dalam Focus Group Discussion (FGD) Banjir Kalimantan Selatan, Selasa (2/2).
-
Bagaimana BMKG memprediksi banjir di Bali? 'Peringatan dini cuaca wilayah Bali yang dibagikan oleh Kantor BBMKG Wilayah III pada Kamis (4/3) pada pukul 05.00 WITA dan 08.00 WITA menginformasikan wilayah Badung dan Denpasar berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang hinga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang,' ujarnya.
-
Apa penyebab utama banjir? Banjir terjadi karena berbagai penyebab utama, termasuk hujan lebat, pencairan salju, badai, dan kenaikan permukaan air laut.
-
Mengapa banjir terjadi di Pekalongan? Dilansir dari akun Instagram @pekalonganinfo, sepanjang hari Minggu (3/3), Desa Sidomulo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan terus diguyur hujan deras. Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Dimana banjir terjadi? Sejumlah kereta api jarak jauh dari Jakarta tujuan Surabaya mengalami keterlambatan hingga dua sampai tiga jam dari jadwal yang seharusnya, akibat banjir di wilayah Daerah Operasi (Daop) 4 Semarang.
Selain itu, kata Perdinand, bukan hanya bicara curah hujan saja namun juga bicara lokasi, durasi, hingga luasan cakupan hujan. Berdasarkan data yang dihimpun BMKG, hujan dengan intensitas tinggi itu memang merata hampir di seluruh wilayah Kalimantan Selatan.
“Kita ambil data dari Stasiun Meteorologi Syamsudin Noor, di sini tercatat pada 14 Feb bahkan sampai 255,3 mm per hari. Artinya secara akumulatif, ini luas biasa. Banjir kan akumulatif air, sehingga mungkin melebihi kapasitas tampung,” ujarnya.
“Tata guna lahan itu juga berdampak pada kejadian banjir tapi kita juga tidak bisa mengatakan curah hujan tidak berdampak pada banjir,” imbuhnya.
Perdinand kemudian menjelaskan terkait perubahan albedo permukaan. Sebagai informasi, albedo merupakan sebuah besaran yang menggambarkan perbandingan antara sinar Matahari yang tiba di permukaan bumi dan yang dipantulkan kembali ke angkasa dengan terjadi perubahan panjang gelombang. Sehingga, kata dia, perubahan albedo permukaan akan menunjukkan kemampuan daya resap air dan daya pantul dari sinar matahari.
“Ini yang mempengaruhi berapa banyak sebetulnya air yang bisa ditampung di suatu lokasi. Oleh karena itu, kita perlu penelitian bagaimana mengevaluasi kontribusi faktor-faktor iklim dan non iklim,” ujarnya.
Dia juga memaparkan data dari Stasiun Iklim Banjarbaru tahun 1973-2015 yang mana curah hujan rata-ratanya 35 mm per hari. Seperti yang diketahui, BMKG mencatat curah hujan di Kalsel per tanggal 10 Januari mencapai 174 mm per hari.
“Dulu Kalsel pernah dilanda banjir besar, nah padahal di sini tercatat curah hujannya di 35 mm per hari dan sudah ada di persentil 95 persen. Kalau sudah 95 artinya hanya 5 persen peluangnya. Jadi dalam 100 tahun, dia hanya 5 kali kemungkinannya dalam 1 hari. Nah gimana kalau curah hujannya sampai seperti sekarang? Jelas suspected (bencana),” terangnya.
Selain itu, Perdinand juga menjelaskan bahwa secara geologis, wilayah Kalimantan Selatan memang berpotensi memiliki genangan air yang luas karena terdapat banyak rawa, sungai, atau kali.
“Secara teoritical Pulau kalimantan itu memang wilayah yang relatif aman dari bencana geologi, namun dari sisi geologi, Pulau Kalimantan itu sudah tua, jadi ada banyak wilayah dataran rendah seperti rawa, nah ini membuat potensi genangannya luas,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kiki juga membenarkan bahwa banjir di Kalimantan Selatan juga disebabkan oleh curah hujan intensitas tinggi.
Dia mengatakan bahwa BMKG sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini potensi cuaca ekstrem di Kalimantan secara berkala. Baik di skala Mingguan, 2 Harian, hingga dalam hitungan jam. Berdasarkan data BMKG, intensitas hujan ringan hingga ekstrem tercatat di wilayah Kota Banjarbaru, Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Tanah Laut.
“Banjir di Kalsel dipicu oleh hujan intensitas ringan hingga ekstrem yang terjadi sejak 10 Januari. Bahkan mencapai 174 mm per hari. Nah tanggal 8-14 Januari lalu, BMKG sudah mengatakan bahwa ada potensi cuaca ekstrem mingguan di Kalsel. Tanggal 11 dan 12 bahkan telah dikeluarkan 12 peringatan dini hujan lebat,” kata Kiki
Kiki mengatakan, Kelembaban udara Kalsel berada di lapisan 850 mb, 700 mb, dan 500 mb. Hal itu menandakan kandungan uap air yang memadai untuk pertumbuhan awan-awan konvektif yang berpotensi menimbulkan hujan sedang hingga lebat yang dapat disertai angin kencang.
Hingga hari ini dan esok hari, BMKG mencatat bahwa Kalimantan Selatan akan dilanda hujan yang disertai kilat/ petir dan angin kencang. Bukan hanya Kalimantan Selatan saja namun ada beberapa wilayah, yakni Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, DKI Jakarta, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Papua Barat, dan Kepulauan Riau.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prediksi hujan tersebut akan terjadi diberbagai daerah diantaranya Sumatera Barat, Bengkulu hingga Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaCuaca ekstrem terjadi di wilayah Bali beberapa hari terakhir. Dampaknya, sejumlah tempat mengalami banjir usai hujan mengguyur sejak pagi tadi hingga sore.
Baca SelengkapnyaSebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami cuaca ekstrem, berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang.
Baca SelengkapnyaHari ini, sebagian besar daerah di Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang disertai dengan petir dan angin kencang
Baca SelengkapnyaKarena itu, semua pihak diminta mewaspadai potensi yang dapat menyertainya.
Baca SelengkapnyaBMKG memperkirakan wilayah Jakarta dan Kepulauan Seribu diguyur hujan dari siang hingga malam hari.
Baca SelengkapnyaHujan badai yang dimaksud yaitu hujan disertai angin kencang serta kilat dan petir.
Baca SelengkapnyaPemerintah mengatakan modifikasi cuaca perlu ditingkatkan untuk memastikan pembangunan infrastruktur di Ibu Kota Nusantara (IKN)
Baca SelengkapnyaBMKG memprediksi cuaca ekstrem, terutama hujan dengan intensitas tinggi, terjadi di beberapa wilayah Jawa Barat selama sepekan ke depan.
Baca SelengkapnyaAda pula peringatan mengenai hujan yang disertai dampak seperti banjir
Baca SelengkapnyaSelain hujan lebat, BMKG juga memprakirakan hujan yang disertai kilat dan petir
Baca SelengkapnyaBNPB menyebut terdapat sekitar 39 kejadian bencana alam yang terjadi selama periode 4-10 Maret 2024.
Baca Selengkapnya