Penjelasan BMKG soal cuaca panas yang melanda Jakarta
Merdeka.com - Cuaca panas terasa di Jakarta dalam sepekan terakhir. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat suhu udara berkisar di angka 34-37 derajat Celsius.
Humas BMKG Hary Djatmiko mengatakan suhu tersebut masih berada dalam kondisi normal. Menurutnya, penyebab suhu udara meningkat karena matahari tepat berada di garis khatulistiwa.
Ternyata, suhu tinggi tidak hanya terjadi di DKI Jakarta, tetapi juga di bagian Pulau Jawa lainnya, Bali hingga Nusa Tenggara.
-
Apa penyebab suhu tinggi di Indonesia? 'Suhu tinggi yang jelas-jelas dipengaruhi oleh perubahan iklim telah mengancam kesehatan miliaran orang di seluruh dunia selama tiga bulan terakhir. Tidak ada wilayah, negara, atau kota yang aman dari bahaya mematikan yang ditimbulkan oleh pembakaran bahan bakar fosil,' ujar Andrew Pershing, Wakil Presiden Bidang Sains di Climate Central dalam keterangannya, seperti dilansir dari Antara, Jumat (20/9).
-
Kenapa suhu di Indonesia meningkat? Dan di beberapa waktu terakhir ini, suhu udara maksimum di Indonesia berada dalam kisaran 34-36 derajat Celcius. Hal ini menunjukkan bahwa suhu udara di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
-
Kenapa matahari semakin panas? Kenapa matahari semakin panas? Jawaban: Karena matahari buka cabang dimana-mana.
-
Apa penyebab panas di Jakarta? Secara umum suhu panas maksimum pada siang hari tersebut disebabkan karena gerak semu matahari dengan jarak terdekat di equator sebagaimana dilaporkan sebelumnya oleh tim meteorologi BMKG.
-
Kenapa matahari makin panas? Kenapa matahari makin panas? Jawaban: Karena matahari buka cabang di mana-mana.
-
Bagaimana BMKG menjelaskan cuaca panas di Jawa-Nusa Tenggara? Mengutip dari Instagram InfoBMKG, menjelaskan beberapa hal mengapa kondisi cuaca yang panas kembali terjadi. Padahal semestinya musim hujan.
"Kondisinya normal, manakala matahari berada di sekitar khatulistiwa bisa di sebelah selatan, tepat di khatulistiwa, maupun di selatan khatulistiwa," ujar Humas BMKG Hary Djatmiko saat dihubungi oleh Liputan6.com, Selasa (9/10).
Gerak semu matahari ini mengakibatkan radiasi matahari yang masuk cukup maksimal sehingga menimbulkan cuaca panas. Hary menyebut kondisi ini bersifat fluktuatif lantaran Indonesia sedang mengalami musim pancaroba dari kemarau ke hujan.
"Sudah mulai ada tanda-tanda pembentukan awan di wilayah Banten, tapi enggak merata," ungkap Hary.
Cuaca panas ini sangat bergantung pada kelembapan udara. Hal ini karena kelembapan udara akan memengaruhi terbentuknya awan hujan.
"Seiring dengan pembentukan awan hujan yang merata, sekitar pertengahan atau akhir Bulan Oktober," tandasnya.
Sumber : Liputan6.com
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penyebab suhu panas melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya pada siang tadi.
Baca SelengkapnyaSuhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu 37,8°C pada 23 April lalu.
Baca SelengkapnyaBeberapa hari terakhir Jakarta dan sekitarnya dilanda hujan lebat
Baca SelengkapnyaKetua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani mengungkapkan tiga penyebab suhu udara terasa panas belakangan ini.
Baca SelengkapnyaBMKG mendeteksi sejumlah kota besar di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Barat dilanda suhu panas
Baca SelengkapnyaSuhu maksimum tercatat terjadi di Nusa Tenggara Timur (NTT) mencapai 37,1 Derajat Celcius.
Baca SelengkapnyaAkibat dinamika atmosfer serta dampak El Nino dan Dipole Mode Positif suhu udara di Jakarta kembali meningkat.
Baca SelengkapnyaCaption cuaca panas lucu bisa dijadikan sarana hiburan yang menyenangkan dan dibagikan di media sosial.
Baca SelengkapnyaBeberapa negara di Asia seperti Thailand dan Filipina mengalami suhu panas ekstrem
Baca SelengkapnyaKondisi ini biasa terjadi karena pengaruh fenomena cuaca global dan regional.
Baca SelengkapnyaKondisi suhu panas sudah mulai melanda Sumatera Utara, Aceh, Jawa Timur, dan Bali
Baca SelengkapnyaBerdasarkan karakteristik dan indikator statistik pengamatan suhu, fenomena cuaca panas ini tidak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.
Baca Selengkapnya