Penjelasan BMKG Soal Perubahan Data Gempa yang Berubah
Merdeka.com - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prof Dwikorita Karnawati menjelaskan terkait data magnitudo gempa yang kerap berubah saat pihaknya menyajikan data. Dia bilang, bahwa BMKG memprioritaskan terlebih dahulu adanya gempa baru disusul akurasi magnitudo.
"Tugas kita memberikan informasi sedini mungkin agar dapat segera dilakukan penyelamatan, jadi Jepang, Indonesia, India, Australia policy adalah kecepatan nomor satu, bukan akurasi," katanya dalam konferensi pers virtual, Jumat (14/5).
Menurutnya, BMKG berbeda dengan negara yang tidak memiliki kewajiban atau tanggung jawab memberikan informasi yang cepat. Misalnya seperti di Amerika dan Jerman.
-
Dimana negara rawan gempa berada? Statista mengumpulkan data antara tahun 1990 hingga 2022, untuk menilai bagian dunia mana yang paling rawan gempa.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Kenapa BMKG minta warga waspada? Akibat prediksi itu masyarakat diminta untuk meningkatkan kewaspadaannya.
-
Dimana gempa bumi terjadi? Gempa tersebut persisnya berada di wilayah lautan Samudera Hindia, dengan kedalaman 10 kilometer, titik koordinat 105,9 BT dan 7,61 LS, berjarak sekitar 85,7 km barat daya Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
"USGS (United States Geological Survey) itu mengeluarkan informasi pada menit ke 15, Jerman juga mengeluarkan informasi ke menit 20," katanya.
Negara itu, lanjut Dwikorita, berbeda dengan Indonesia dan Jepang yang dituntut memberikan informasi pada menit ke 3. Dia menjelaskan, di Jepang pada menit ke 3 jumlah data yang masuk baru sebagian. Karena pada umumnya seluruh data bisa masuk dan dihitung secara stabil pada menit ke 15 seperti yang dilakukan USGS ataupun Jerman.
"Namun karena untuk kepentingan keselamatan, harus dikeluarkan lebih dahulu sehingga policy kami yang penting ada skenario terburuk, sehingga kami keluarkan dulu pada menit ketiga," ucapnya.
"Stabil itu pada menit ke 15, jadi bukan di ralat, di update. Karena katakan pada menit ketiga katakan terkumpul 20an sensor pada menit ketiga, tapi kalau menunggu ke 15 ratusan sensor sudah masuk," jelasnya.
Menurutnya, kecepatan lebih penting. Kata dia, bila BMKG menunggu data stabil hingga menit ke 15 dikhawatirkan korban sudah terlalu banyak.
"Di USGS tidak memberikan peringatan dini tsunami, Jerman juga tidak memberikan peringatan dini tsunami, tapi Jepang, Indonesia, Australia dan India mereka harus memberikan peringatan dini tsunami," jelasnya.
"Kalau magnitudo dihitung stabil pada menit ke 15, tsunami bisa datang pada menit ke 2, jadi tidak ada gunanya istilah peringatan dini kalau menunggu stabil pada menit ke 15," tambah dia.
Dwikorita menambahkan, perbaruan data magnitudo gempa yang dilakukan BMKG biasanya lebih rendah. Sehingga, angkanya menurun, bukan justru makin tinggi.
"Meskipun di Jepang updatenya dari 7,1 di update 30 menit kemudian menjadi 9, itu terjadi di Jepang. Tapi kami berupaya update itu selalu selisihnya maksimum 0,7 atau paling buruk tidak lebih dari 1 dan harus lebih rendah, karena mengkhawatirkan kalau updatenya lompat seperti di Jepang dari 7 menjadi 9," tuturnya.
"Tetapi meskipun dari 7 ke 9, di Jepang meksi menit ke-3 sudah diumumkan, tsunami sudah diumumkan masyarakat ribuan orang sudah berhasil banyak diselamatkan daripada menunggu akurasi magnitudo 9 pada menit ke 30, tsunami pasti sudah terlambat, dia datang, sudah banyak korban jiwa," pungkasnya.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Makna kalimat tinggal menunggu waktu muncul lantaran Selat Sunda dan Mentawai-Siberut memang dalam kondisi geografis yang dapat memicu gempa besar.
Baca SelengkapnyaBerikut penjelasan lengkap dari BMKG tentang prakiraan cuaca yang meleset di HP.
Baca SelengkapnyaBMKG mengimbau warga tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Baca SelengkapnyaKomisi V DPR menggelar rapat bersama jajaran BMKG dan Basarnas, Kamis (14/3).
Baca Selengkapnyagetaran yang terjadi akibat gempa sangat mungkin mengakibatkan lereng-lereng menjadi retak-retak
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat sebanyak 26 kali gempa susulan pasca-gempa bermagnitudo 5,0 di Kabupaten Bandung, Jawa Barat
Baca SelengkapnyaBerita tsunami terjadi di Kota Batam dan Tanjungpinang pada Selasa (17/9) hanya isu dan membohongi masyarakat
Baca SelengkapnyaPlatform ini juga kian mendekatkan BMKG dengan masyarakat yang membutuhkan informasi BMKG.
Baca SelengkapnyaGerhana Matahari Cincin adalah fenomena langka dan sangat jarang terjadi di periode dan lokasi yang sama lebih dari 10 tahun.
Baca SelengkapnyaCerita Plt BMKG Dwikorita Karnawati pernah dipanggil polisi karena sampaikan berita peringatan gempa.
Baca SelengkapnyaGempa tersebut terletak di laut berjarak 65 kilometer Selatan Kota Pacitan, Jawa Timur pada kedalaman 50 kilometer.
Baca SelengkapnyaGempa pertama magnitudo 2,6 dan kedua magnitudo 2,5.
Baca Selengkapnya