Penjelasan Dokter Forensik Terkait Balita Tanpa Kepala hingga Temuan Kulit Reptil
Merdeka.com - Kasus hilangnya balita AYG (4) hingga ditemukan tewas tanpa kepala, menyeret dua tersangka pengasuh PAUD di Samarinda karena dianggap lalai. Dokter forensik hari ini menjelaskan hasil pemeriksaan jasad korban. Dia tidak bisa memastikan sebab kepala korban terlepas dari badannya, namun dokter menemukan kulit reptil di jasad korban.
Dokter forensik RSUD Abdul Wahab Syachranie Samarinda menerima jasad balita tanpa kepala, Minggu (8/12) lalu. Hingga akhirnya melalui tes DNA, dipastikan jasad tidak utuh itu adalah balita AYG yang hilang selama 16 hari.
"Kami lakukan visum. Tidak menemukan luka-luka, tidak dapat dinilai dan tanda-tanda kekerasan tidak dapat dinilai. Pemeriksaan 8 Desember 2019 jam 2 siang, mulai dari tulang leher pertama bagian paling atas sampai ruas-ruas tulang itu utuh, dan terlihat tidak ada patah tulang atau bekas tulang yang dipatahkan," kata Dokter Forensik RSUD AW Syachranie Kristina Uli, Sp.F.M dalam penjelasan resmi di Polresta Samarinda, Kamis (23/1).
-
Siapa yang menemukan kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
-
Di mana kerangka bayi itu ditemukan? Penggalian berakhir tahun ini Tekin, mengatakan dua kerangka itu adalah milik seorang bayi dan seorang anak yang berusia sekitar 6-7 tahun yang ditemukan 2 pekan lalu di area yang sama selama proses penggalian berlangsung.
-
Apa yang ditemukan bersama kerangka bayi? Selama penggalian pada 2024, telah ditemukan kerangka anak di lapisan yang diperkirakan berusia 7.600 tahun dan cincin perak yang diduga digunakan untuk bayi.
-
Bagaimana mayat itu ditemukan? 'Awalnya saksi melintas di jalan tersebut, saksi menemukan bungkusan kasur yang menghalangi jalan,' kata Kapolresta Tangerang Kombes Pol Baktiar Joko Mujiono di Tangerang.
-
Bagaimana kondisi kepala korban saat ditemukan? Kondisi korban sudah terbujur kaku. Di kepalanya tertancap kayu.
-
Siapa yang menemukan mayat itu? 'Awalnya saksi melintas di jalan tersebut, saksi menemukan bungkusan kasur yang menghalangi jalan,' kata Kapolresta Tangerang Kombes Pol Baktiar Joko Mujiono di Tangerang.
Kristina menerangkan, sejak awal surat permintaan Kepolisian, hanya permintaan visum luar. Mengingat kasus berkembang pada hari itu, penyidik sempat melontarkan pertanyaan perlu tidaknya dilakukan autopsi. "Saya bilang tidak perlu," ujar Kristina.
"Karena prinsipnya, autopsi itu membuka rongga kepala, rongga dada dan rongga perut. Pas saya periksa rongga kepala tidak ada. Rongga dada, rongga perut dalam keadaan terbuka. Jadi bisa dinilai," tambah Kristina.
Kristina menerangkan, dia tidak melihat adanya rongga dada, jantung dan paru, juga limpa dan ginjal. "Yang tersisa itu hanya hepar atau hati, hanya tinggal bungkusnya saja. Saya pegang pun langsung mencair," ungkap Kristina.
"Proses pembusukan itu kan, organ-organ dalam itu mulai melunak kemudian mencair. Demikian juga rongga perut. Usus-usus itu terlihat, dan memang keadaannya sudah sangat lunak," sebut Kristina.
Ditanya apakah dengan kondisi begitu, tidak perlu dilakukan autopsi saat itu? "Kemarin itu kita sudah laksanakan pemeriksaan jenazah. Dari proses pemeriksaan luar sampai pemeriksaan dalam. Memang karena keadaan jenazah sudah seperti itu, kita menganggap itu sudah pemeriksaan jenazah yang menyeluruh, lengkap. Jadi, tidak perlu (diautopsi) menurut saya," tegasnya.
Kristina kembali ditanya soal penyebab terlepasnya kepala dari leher balita malang itu, di mana saat ini kepala itu tidak kunjung ditemukan. "Yang saya jelaskan, hanya yang datang ke saya. Bagian jenazah yang diantar ke kamar jenazah. Memang dari mulai tulang leher paling atas, memang kan ada engsel untuk ke tulang kepala. Ada bagian melekat, tapi bentuknya engsel," terang Kristina.
"Memang waktu saya periksa itu mulus, licin tidak ada patahan. Kalau kepalanya ke mana saya kan tidak ke TKP, saya tidak bisa menduga-duga. Jadi, kalau saya lihat (dari tulang leher) tidak ada (tanda hilangnya kepala dari pangkal leher) akibat senjata tajam," sebut Kristina.
Lalu bagaimana tentang kondisi jasad yang sudah tercabik? Menurut Kristina, secara teori, pembusukan terjadi dari dalam jasad, didukung dengan keadaan luar. Baik itu lingkungan, kelembaban air, dan lainnya.
"Secara teori memang kalau untuk dalam air, lebih lama alami pembusukan ketimbang di udara. Tapi di saat jenazah itu itu terangkat, ada permukaan terkena udara, terkena sinar matahari, pembusukan terjadi lebih cepat," jelas Kristina.
"Jaringan lunak (jasad balita Yusuf) sudah busuk. Pada jasad juga ada kulit satwa reptil, ada pasir, daun, ranting. Secara kasat mata, kulit satwa itu reptil," ungkapnya lagi.
Merdeka.com, melihat langsung kondisi jasad balita malang itu di kamar jenazah Minggu (8/12) malam. Terlihat, tulang pangkal leher nyaris rata. Diduga ada tindakan paksa yang bisa mematahkan leher itu, hingga tulang leher itu nyaris rata.
"Sebenarnya rata itu maksudnya jaringan sudah busuk, tidak ada jaringannya. Jadi untuk rata tepinya, tidak, kan tidak beraturan. Saya lihat tulang leher juga tidak ada yang patah. Misal, tulang leher pertama ketujuh sampai ke belakang lagi, tidak ada yang patah," jelasnya.
Lalu, apakah mungkin ada tindakan yang bisa melepaskan paksa kepala dari tulang lehernya? "Kalau itu saya tidak tahu ya. Tapi, memang itu keadaan yang kita periksa saja, tidak berandai-andai. Kami tidak sampai ke sana (mencari tahu sebab atau tindakan yang mengakibatkan kepala lepas)," ungkap Kristina.
Masih dijelaskan Kristina, dia tidak bisa menyimpulkan kematian balita itu, akibat dimakan satwa reptil. "Saya tidak bisa mengatakan itu (meninggal karena dimakan reptil). Yang saya lihat, hanya jasad yang saya terima pada tanggal 8 Desember itu saja," beber Kristina.
"Soal tanda kondisi jasad tercabik hewan, menurut saya yang pasti itu keadaannya sudah membusuk. Kalau belum membusuk, kita bisa lakukan pemeriksaan mikroskopik. Apakah kejadiannya memang anthe mortem, atau intravita atau tidak," tambahnya lagi.
"Nah, (jasad) yang kemarin itu, keadaan membusuk itu tidak bisa. Pasti jaringannya sudah hancur. Karena memang pembusukannya sudah lanjut. Kecuali kondisinya mungkin baru 2-3 hari," ungkapnya lagi.
Lalu, bagaimana ketika keluarga meminta jasad diautopsi? Terlebih jasad sudah dimakamkan hampir 2 bulan ini. "Kalau dari saya sendiri, saya tidak akan melakukan autopsi kembali. Karena memang itu sudah memeriksa ke rongga dada dan rongga perut. Tapi, apabila memang keluarga masih belum puas, mungkin bisa ke dokter forensik yang lain," sebut Kristina.
"Bagaimanapun, itu kan hak orang tua, atas permintaan Kepolisian. Soal bisa tidaknya kemudian dilakukan autopsi untuk tentukan sebab kematian, tidak bisa kalau menurut saya. Karena untuk jasad tenggelam, yang kita butuhkan salah satu organ penting kan, paru-paru. Paru itu kemarin tidak ada, dan jantung," demikian Kristina.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cerita ahli forensik Indonesia pernah ungkap kasus pembunuhan dari hasil otopsi.
Baca SelengkapnyaPolisi menemukan fakta baru dari hasil sementara autopsi ayah dan balita ditemukan tewas membusuk di Koja, Jakarta Utara.
Baca SelengkapnyaJasad perempuan berusia sekitar 35 tahun itu ditemukan saksi di dalam karung di dermaga kapal di Jalan Tuna Muara Baru.
Baca SelengkapnyaKorban awalnya ditemukan seorang pencari ikan di sungai di Desa Japanan.
Baca SelengkapnyaSetelah dibawa ke rumah sakit dan diperiksa, kondisi orok bayi begitu mengenaskan. Selain tak bernyawa, beberapa bagian tubuhnya mengalami luka parah.
Baca SelengkapnyaPerempuan Dewasa dan Anak Kecil Ditemukan Tewas Mengambang di Sungai Citarum
Baca SelengkapnyaPolisi mulai mengusut dugaan malapraktik yang dilakukan RS Kartika Husada Bekasi terhadap pasien anak A.
Baca SelengkapnyaPolisi baru mendapatkan laporan peristiwa itu pada 25 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaSetelah diautopsi, jenazah itu diduga merupakan korban pembunuhan.
Baca SelengkapnyaKompol Andika menuturkan bahwa penyidik sudah meminta keterangan dua orang saksi.
Baca SelengkapnyaSang ibu, RY telah ditahan, tapi polisi menemukan kendala saat memeriksanya.
Baca SelengkapnyaDiduga orangtuanya melakukan penganiayaan hingga tewas terhadap anaknya inisial AF (3)
Baca Selengkapnya