Penjelasan ilmiah kenapa gempa di NTB sampai ratusan kali
Merdeka.com - Setelah gempa bumi dengan kekuatan cukup besar, tak lama kemudian terasa getaran kembali. Itulah yang dinamakan gempa susulan. Gempa ini tak hanya terasa sekali, melainkan ratusan kali dengan kekuatan yang lebih kecil dari sebelumnya.
Menurut Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, gempa susulan adalah bentuk stabilisasi setelah gempa besar terjadi. Setelah gempa, akan muncul bidang yang patah. Bidang yang patah ini memiliki skala yang besar dan ada batuan-batuan dari lipatan yang tidak stabil. Sehingga stabilisasi terjadi untuk kembali ke kondisi normal. Jadi, gempa susulan ini karena adanya proses stabilisasi.
Daryono menjelaskan, gempa susulan (aftershocks) merupakan gempa yang terjadi di sekitar episenter gempa utama (mainshocks), tetapi memiliki magnitudo yang lebih kecil. Dia juga mencontohkan dengan tiga tipe aktivitas gempa menurut Kiyoo Mogi, ahli gempa dari Jepang:
-
Bagaimana gempa bumi memicu letusan? Gempa ini terjadi ketika terjadi pergeseran lempeng tektonik di bawah permukaan bumi. Akibat pergerakan ini, magma yang tersimpan di dalam bumi dapat naik ke permukaan dan menyebabkan gunung meletus.
-
Apa yang terjadi ketika gempa? Gempa bumi adalah apa yang terjadi ketika dua lempengan tiba-tiba bergeser. Permukaan tempat yang tergeser itu disebut bidang patahan
-
Kenapa gempa Batang terjadi? Bisa jadi gempa yang terjadi di Batang berkaitan erat dengan keberadaan Patahan Weleri.
-
Dimana gempa terjadi? Sebuah video yang diunggah oleh akun Instagram @batang.update memperlihatkan seorang anak dan ibu yang mencoba berlindung dari gempa Batang berkekuatan Magnitudo 4,4 pada 7 Juli kemarin.
-
Bagaimana gempa Bali terjadi? Hasil analisa BMKG menunjukkan gempa bumi yang terjadi jenis dangkal akibat aktivitas sesar aktif di darat. Jenis itu diketahui setelah memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya.
Gempa susulan setelah gempa utama
Gempa ini dicirikan munculnya gempa utama yang diikuti sejumlah gempa susulan dengan magnitudo dan frekuensi kejadian yang terus mengecil. Gempa kecil ini sering terasa setelah gempa utama dengan kekuatan yang besar.
Gempa kecil dahulu, lalu gempa besar
Gempa tipe kedua ini muncul serangkaian gempa kecil sebagai pendahuluan (foreshocks), kemudian terjadi gempa utama dengan kekuatan besar. Selanjutnya diakhiri serangkaian gempa susulan dengan magnitudo dan frekuensi kejadian yang terus mengecil.
Hanya gempa kecil namun terus-menerus
Gempa ini biasanya muncul banyak gempa kecil dengan frekuensi kejadian sangat tinggi, berlangsung dalam kurun waktu tertentu di kawasan sangat lokal, tanpa ada gempa kuat yang menonjol sebagai gempa utama. Gempa ini, menurut Mogi, merupakan gempa Swarm.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Gempa susulan terjadi pascagempa yang mengguncang sejumlah kawasan di Jawa Timur, Jumat (22/3).
Baca SelengkapnyaDari catatan Badan Meterorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika kelas II Pasuruan, gempa bumi susulan Bawean sudah mencapai 229 kali.
Baca SelengkapnyaMenurut Rahma, gempa megathrust memiliki ciri khusus yang siklusnya berulang.
Baca SelengkapnyaRentetan gempa Tuban sejak Jumat pagi dipicu sesar aktif di Laut Jawa.
Baca SelengkapnyaGempa dengan magnitudo 4,8 mengguncang Sumedang, Jawa Barat, pada Minggu (31/12).
Baca SelengkapnyaGempa tersebut bahkan dirasakan masyarakat di Malang, Semarang hingga Yogyakarta.
Baca SelengkapnyaMengingat potensi bahaya yang ditimbulkannya, penting bagi negara-negara yang berada di zona rawan megathrust untuk mempersiapkan diri dengan baik.
Baca SelengkapnyaGempa yang berkekuatan lebih dari magnitudo 5 dari siang hingga sore ini berada di sebelah barat Pulau Bawean.
Baca SelengkapnyaContohnya pernah terjadi pada tahun 2000 di Pulau Sumatera hingga tahun 2007 dengan range 7,9 Skala Ritcher (SR) sampai dengan paling besar 9,2 SR.
Baca SelengkapnyaMerdeka.com merangkum informasi tentang apa itu gempa megathrust, penyebab, dan dampaknya yang perlu diketahui.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat selama periode tersebut lebih dari 35 kali gempa dangkal yang berpusat di daratan Sumatera Barat dengan rata-rata berkekuatan 3 magnitudo.
Baca SelengkapnyaBMKG masih belum bisa memastikan aktivitas sesar yang menyebabkan gempa di Sumedang.
Baca Selengkapnya