Penjelasan Polisi Soal Video Viral Emak-Emak Terobos Paspampres saat Demo
Merdeka.com - Beredar video di media sosial seorang ibu-ibu menerobos barisan atau penjagaan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Joko Widodo. Ibu-ibu tersebut diduga merupakan Serikat Pekerja Awak Mobil Tangki (SPAMT) yang memang sedang melakukan demo di depan Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat.
Dalam video yang berdurasi 1 menit 48 detik itu terlihat ibu-ibu yang sampai saat ini belum diketahui siapa namanya menggunakan penutup kepala (kerudung) pink, baju putih panjang dan celana abu-abu. Sempat diadang oleh Paspampres, tapi ibu-ibu tersebut berhasil menuju mobil yang ditumpangi oleh Jokowi.
Menanggapi peristiwa itu, Kapolres Metro Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan mengatakan, hal yang wajar jika ada seorang ibu-ibu yang mencoba mengadang mobil Presiden ke-7 (Joko Widodo) dan ingin bertemu.
-
Apa yang diminta oleh massa demo? Dalam aksinya, mereka mendesak DPR dan pemerintah untuk segera mengesahkan Revisi UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa.
-
Apa tujuan warga demo? Dilansir dari akun Instagram @merapi_uncover, mereka mengadakan arak-arakan itu dengan tujuan 'Mberot Jalan Rusak' di sepanjang Jalan Godean.
-
Siapa yang berdemo di DPR? Sejumlah kepala desa yang tergabung dalam Persatuan Perangkat Desa Indonesia (PPDI) berunjuk rasa di depan Gedung DPR, Jakarta, Kamis (23/7/2023).
-
Siapa yang ikut demo? Pada Minggu (17/3), warga di sepanjang Jalan Godean, tepatnya di Desa Sumberarum, Kecamatan Moyudan, Sleman, bersama satuan Jaga Warga mengadakan arak-arakan dengan membawa banner.
-
Siapa saja yang ikut demo? Aksi demo kali ini sangat besar, melibatkan tidak hanya mahasiswa tetapi juga para komika seperti Arie Kriting dan Mamat Alkatiri yang ikut turun berdemo.
-
Bagaimana polisi menanggapi demo buruh? Polisi saat ini sudah melakukan rekayasa lalu lintas. Adapun, exit tol Cikarang dialihkan ke exit tol lain seperti Bekasi Barat maupun Cibitung.
"Biasa kan presiden dicintai, dan berhenti langsung menyalami," kata Harry, Jakarta, Rabu (13/2) malam.
Sementara itu, Kasubaghumas Polres Metro Jakarta Pusat Kompol Purwadi mengaku, aksi yang dilakukan oleh ibu-ibu yang diduga dari SPAMT bukan sebuah aksi pengadangan terhadap mobil presiden.
"Bukan diadang, itu sama ibu-ibu Pertamina, maghriblah. Mereka lari, kita tidak sangka namanya juga ibu," ujar Purwadi.
Harry menambahkan, massa berdemo sedari siang dan sekira pukul 18.00 diminta membubarkan diri dan ternyata mereka pun menolak permintaan dari polisi.
"Jadi dari pagi memang tahapan sudah kita lakukan, ada dua kelompok masyarakat uang melakukan aksi disini sekitar pukul 12.00 WIB, memang ada dua kelompok masyarakat yang sebelumnya, kelompok satu lagi sudah diterima oleh pak presiden. satu lagi, sudah selesai. Kami himbau setelah diterima oleh bapak presiden kebaikan hati bapak presiden untuk ditemui," jelas Harry.
"Hasilnya silakan secara teknis, kami dari kepolisian lakukan tindakan bahwa ada aturan di UU, bahwa laksanakan aksi dibatasi pada pukul 18.00 WIB. Kita sudah berikan batas toleransi pada 21.45 WIB dan kami laksanakan tindakan tegas angkat mereka dibawa ke Polda," sambungnya.
Harry pun membantah terkait adanya kerusuhan yang terjadi di depan istana kepresidenan oleh massa yang diduga berasal dari Papua atau PT Freeport. Mereka pun dibawa ke Polda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan dan karena memang juga sudah melewati batas untuk berdemo.
"Tidak ada kerusuhan mereka (40 orang) diangkat juga soft tidak ada perlawanan apapun, mereka sudah sadari juga dan tidak ada perlawanan. Karena hasil kesepakatan setelah bertemu dengan bapak presiden sudah disepakati tadi teknis. Saya hanya fasilitasi kepada mereka dan juga bawa ke Polda, tidak ada kerusuhan," ujarnya.
"09.30 tadi (malam yang dari PT Freeport diangkut) sudah dikasih peringatan tiga kali (bubar), eh sama Kapolres akhirnya dianter Brimob anggota Dalmas ke mobil evakuasi," ucap Purwadi.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Massa akhirnya mundur secara perlahan dan membubarkan diri dari sekitar gedung DPR RI
Baca SelengkapnyaSituasi sempat panas karena pendemo merangsek maju berhadapan dengan polisi.
Baca SelengkapnyaHingga malam hari, massa demonstran tolak Revisi UU Pilkada masih bertahan di depan Gedung DPR.
Baca SelengkapnyaPolisi memukul mundur pendemo karena sesuai aturan batas waktu menyampaikan aspirasi pukul 18.00 Wib.
Baca SelengkapnyaRatusan massa membentangkan spanduk di gerbang lalu membakarnya
Baca SelengkapnyaPolda Metro Jaya memulangkan 16 pendemo yang ditangkap saat demo berujung ricuh di depan KPU dan DPR/MPR RI
Baca SelengkapnyaMereka memprotes dugaan kecurangan dalam proses Pemilu 2024 untuk memenangkan salah satu pasangan calon.
Baca SelengkapnyaPolitisi Gerindra, Habiburokhman menemui langsung pendemo yang memadati depan Gedung DPR MPR.
Baca SelengkapnyaMassa pendemo yang murka nekat merobohkan tembok dan pagar Gedung DPR saat berunjuk rasa menolak revisi UU Pilkada.
Baca SelengkapnyaDemo berlangsung ricuh hingga malam hari. Tembakan gas air mata membuat udara di sekitar lokasi demo membikin sesak dan perih di mata.
Baca SelengkapnyaPemanggilan itu dilakukan setelah viral vidro di media sosial terkait pembubaran diskusi dilakukan sekelompok orang diduga preman
Baca SelengkapnyaTotal sebanyak empat pagar DPR jebol oleh demonstran yang menolak pengesahan RUU Pilkada.
Baca Selengkapnya