Penjual es teler keliling sukses sekolahkan 3 anak hingga sarjana
Merdeka.com - Bagi Didi, pendidikan adalah nomor satu. Dia tak ingin anak-anaknya bernasib seperti dirinya hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SMP. Setiap hari Didi rela bekerja keras dan banting tulang berjualan es teler keliling agar anaknya bisa sekolah tinggi. Kala itu dia bercita-cita anaknya bisa sekolah sampai sarjana.
Didi memegang prinsip, man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Ya, Didi yakin akan hal itu.
Doa dan keinginan Didi didengar Tuhan. Dengan sertai doa dan usaha, Didi mampu menyekolahkan ketiga anaknya sampai sarjana. Sebagai penjual es keliling, tak membuat Didi minder. Dia yakin dari usaha kecilnya bisa menyekolahkan anaknya hingga sarjana.
-
Kenapa anak perlu belajar menabung? Menabung bisa mulai diajarkan pada anak dengan memberi mereka celengan. Ajari anak pentingnya menabung untuk memenuhi sejumlah hal yang mereka inginkan.
-
Bagaimana cara bocah ini menabung? Ia mengatakan bahwa setiap harinya pergi ke Bank untuk menabung. “Setiap hari Rp100 ribu,“ kata bocah ini.
-
Kenapa bocah ini menabung? Ia mengaku sudah berjualan jagung rebus sejak 2 tahun yang lalu. Meski masih anak-anak, Ia tak lantas menghamburkan uang hasil jualan jagung rebus tersebut. Bahkan, Ia menabungnya sedikit demi sedikit sejak tahun lalu.
-
Apa contoh sikap berbakti ke orang tua? Sebagai anak agar senantiasa lemah lembut ketika berbicara kepada orang tua. Hindari perkataan bernada tinggi, apalagi kata-kata kasar atau dengan cara berteriak-teriak.
-
Bagaimana orang tua menunjukkan perjuangan mereka untuk anak? Dalam setiap langkah yang orang tua ambil, baik itu dalam mencari nafkah, memberikan pendidikan, atau memberikan dukungan emosional, orang tua selalu berfokus pada kepentingan di atas diri mereka sendiri.
-
Apa yang diungkapkan oleh kata-kata berjuang demi anak? Kata-kata berjuang demi anak ini menggambarkan usaha yang terbaik dari orang tua untuk buah hati. Kata-kata berjuang demi anak ini menggambarkan usaha yang terbaik dari orang tua untuk buah hati.
"Sejak awal saya berjualan es teler yaitu tahun 1975, saya sudah memikirkan biaya pendidikan anak dengan nabung, nabung dan nabung. Pendidikan itu penting bagi saya" ujar Didi saat berbicang dengan merdeka.com, Kamis (5/2).
Setiap hari Didi menjajakan dagangannya dengan berkeliling. Terkadang dia mangkal di Pasar Elang Pademangan, Jakarta Utara. Keuntungan dari jual es teler tak seberapa, tapi Didi rajin menabung.
"Alhamdulillah barokah, hasil es teler bisa membiayai semua anak saya sampai jadi seperti sekarang, saat ini mereka hidup bahagia dengan keluarganya masing-masing dan 6 cucu saya," ujarnya.
Didi sudah 40 tahun berjualan es teler. Satu porsi es teler harganya Rp 6.000. Jika akhir pekan, Didi mampu mengantongi Rp 500.000. Pendapatan itu belum termasuk modal usaha. Namun jika sepi, Didi terkadang hanya mengantongi Rp 250.000.
Berkat rajin menabung, Didi sekarang sudah punya dua rumah di daerah Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. "Sekarang saya dagang untuk mengisi waktu luang saja, untuk enjoy saja, alhamdulillah tiap hari saya bisa nabung minimal RP 100.000, usaha tidak ada yang sia-sia kan?" ujarnya.
Perjuangan Didi bisa menjadi contoh. Apapun pekerjaannya asalkan ditekuni bisa sukses.
(mdk/has)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketekunan dan kerja kerasnya membuktikan bahwa dengan tekad yang kuat, impian sebesar apapun dapat tercapai, tanpa memandang dari mana seseorang berasal.
Baca SelengkapnyaPelajaran ini awalnya diberikan sang ibu karena nilai sang anak turun.
Baca SelengkapnyaSiapa sangka, sosoknya pun berhasil menapaki karier militer hingga jenderal bintang tiga dan kini bakal melenggang jadi kepala daerah.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Di tengah teman-temannya yang berlomba membeli jajanan, siswa ini harus duduk sendirian menikmati bekal nasi yang dibawanya.
Baca SelengkapnyaSeorang pemulung asal Palembang harus hidup di jalan padahal memiliki keluarga yang kaya raya.
Baca SelengkapnyaDi momen pertemuan ini, sang ibu membawa jarik seolah akan menggendong anaknya yang saat itu hilang saat ia duduk di kelas 3 atau 4.
Baca SelengkapnyaDiakuinya, sang putra tak mau bekerja hingga masih meminta uang.
Baca SelengkapnyaMomen seorang Kolonel TNI AD temui prajurit baru yang berhasil lolos pendidikan setelah 9 kali gagal.
Baca SelengkapnyaRela merantau, ia setiap harinya harus menjual dagangan baksonya.
Baca Selengkapnya