Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Penjual Kopi Dadakan dan Mobil Misterius saat Pergerakan Mahasiswa Bandung 1998

Penjual Kopi Dadakan dan Mobil Misterius saat Pergerakan Mahasiswa Bandung 1998 Aris saat berbincang dengan merdeka.com. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Masih teringat jelas dalam benak Aris (43), warga Kecamatan Garut Kota, Kabupaten Garut, saat masih menjadi mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Padjadjaran Bandung. Dia yang mulai berkuliah tahun 1997, merasakan langsung proses reformasi yang terjadi di Tanah Air, walau tidak sempat turun langsung ke Jakarta.

Bukan tanpa alasan Aris tidak bergabung dengan barisan Mahasiswa di Ibu Kota. Dia menceritakan, bahwa batalnya berangkat ke Jakarta karena kendaraan yang ditumpanginya bersama mahasiswa lainnya dari Bandung diadang aparat yang sudah berjaga di sekitar Padalarang. Alhasil, Aris dan kawan-kawan tetap melakukan aksi bersama ribuan mahasiswa se-Bandung Raya.

"Saat teradang kita langsung berkumpul di kampus Unpas pada saat itu. Bahkan almarhum kang Harry Roesli sempat hadir dan membakar semangat kami dengan nyanyian Jangan Menangis Indonesia," kata Aris kepada merdeka.com, Kamis (20/5).

Lirik lagu tersebut, diakui Aris sangat membakar semangat para mahasiswa yang hadir, lebih dari itu bahkan memunculkan kebencian yang luar biasa pada sistem yang dibangun oleh Orde Baru. Dia pun kemudian melakukan perjalanan ke kawasan Gedung Sate dan berkumpul di kawasan tersebut untuk menduduki gedung DPRD Provinsi Jawa Barat.

Jauh sebelum melakukan aksi tersebut, Aris merasa sempat ditandai oleh aparat, bahkan satu tim di antaranya sudah mengintai dan melakukan pemantauan dekat di depan rumahnya. Semuanya diduga dari seorang tukang kopi yang berusia 45 tahunan. Diduga, tukang kopi itu adalah seorang anggota intelijen yang sedang menyamar.

"Saat itu saya memang sedang terlibat aktif melakukan propaganda di Kota Bandung, karena tugas mahasiswa yang masih junior saat itu ya itu. Saya hampir setiap malam hari melakukan vandalisme di kawasan Kota Bandung, dan semua rencana itu kami lakukan di kampus, tepatnya di kantor senat," ungkapnya.

Saat aksi tersebut dilakukan, tiba-tiba muncul seorang tukang kopi di sekitar kampusnya. Pada saat itu, penjual kopi di sekitar kampus cukup sulit ditemukan. Tidak seperti seperti saat ini, kala itu minimarket dan warung-warung yang buka 24 masih belum ada.

Kehadiran tukang kopi tersebut menurutnya memberikan angin segar baginya dan juga bagi teman-teman sesama aktivis yang selalu melakukan gerakan di malam hari. Kebahagiaan itu ditambah dengan pesanan kopi tersebut bisa diantar ke kantor senat, karena pedagangnya yang menawarkan. Saat itu ia dan teman-temannya tidak merasa curiga.

Hari berjalan seperti biasa, hingga akhirnya di suatu hari ia pulang ke rumah diantarkan oleh temannya. Saat sampai di rumahnya, dia heran dengan kehadiran sebuah mobil yang sedang parkir di pinggir jalan, padahal saat itu di wilayahnya jarang sekali ada yang punya mobil.

"Kalau ada yang punya pasti parkirnya enggak mungkin di pinggir jalan," ucapnya.

Setelah beberapa waktu berlalu, ayahnya Aris menerima telepon dari rekannya yang bertugas di salah satu kesatuan. Saat itu rekan ayahnya menyampaikan bahwa anaknya masuk ke dalam daftar target operasi, dan meminta untuk tidak dulu melakukan hal-hal yang dianggap nyeleneh.

"Saya diingatkan ayah untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan itu, dan akhirnya ditahan di rumah dan tidak melakukan kegiatan di kampus, termasuk kuliah selama beberapa hari. Teman-teman sesama aktivis banyak yang nelepon, dan bahkan juga ada yang memarahi. Setelah beberapa hari, saya bisa kuliah lagi dan kembali ke kampus," jelasnya.

Saat kembali ke kampus, Aris mengaku sempat dicuekin oleh teman-temannya, namun akhirnya ia menjelaskan apa yang terjadi. Walau begitu, Aris tetap melakukan kegiatan yang sebelumnya ia lakukan dengan mencari akar permasalahan yang sempat dihadapi.

Saat itu, Aris mengaku ada rasa takut juga. Setelah ngobrol dengan teman-temannya, ia kemudian mencari tahu siapa yang membocorkan. "Kesimpulan yang sederhana, ada kemungkinan bocornya dari tukang kopi itu, karena dia kan bisa masuk ke kantor senat dan melihat. Setelah itu kita tidak membeli lagi kopi kepada dia karena kita curiga. Eh setelahnya dia hilang, dan kita semakin yakin kalau dia intelnya," ucapnya.

(mdk/cob)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Video Rekaman Suasana Kampus di Bandung Tahun 2009 Bikin Tenang, Netizen 'Enggak Ada Adu Outfit'
Video Rekaman Suasana Kampus di Bandung Tahun 2009 Bikin Tenang, Netizen 'Enggak Ada Adu Outfit'

Video jadul suasana perkuliahan di salah satu kampus di Bandung tahun 2009 menjadi sorotan.

Baca Selengkapnya
Jenderal Bintang 1 Ajak Istri Nostalgia ke Akpol Semarang, Ada Pose di Depan Foto Seangkatan 91
Jenderal Bintang 1 Ajak Istri Nostalgia ke Akpol Semarang, Ada Pose di Depan Foto Seangkatan 91

Dirregident Korlantas Polri Brigjen Pol Yusri Yunus napak tilas ke Akademi Kepolisian tempatnya ditempa dahulu selama menjadi Taruna.

Baca Selengkapnya
FOTO: Kopi Darat Formasi Indonesia Moeda, Mahasiswa di Jabar Konsolidasi Gerakan Nasional Generasi Muda untuk Pilpres 2024 Sekali Putaran
FOTO: Kopi Darat Formasi Indonesia Moeda, Mahasiswa di Jabar Konsolidasi Gerakan Nasional Generasi Muda untuk Pilpres 2024 Sekali Putaran

Kegiatan Kopi Darat Formasi Indonesia Moeda (FIM) dilaksanakan di Cafe Halaman, Kota Bandung pada, Senin (8/1/2024).

Baca Selengkapnya