Penyalahgunaan Senjata Api Polri di Sumut, Mulai Tembak Istri hingga Adik Ipar
Merdeka.com - Aksi penembakan seperti yang dilakukan personel Polres Serdang Bedagai (Sergai), Aiptu Pariadi, bukan kali pertama terjadi di Sumut. Beberapa kejadian penyalahgunaan senjata api serupa juga pernah terjadi di daerah ini.
Pariadi menembak mati istrinya, Fitri Handayani, di rumah mereka di Dusun VI Desa Lidah Tanah, Kecamatan Perbaungan, Sergai, Sabtu (5/10) sekitar 23.00 Wib. Beberapa saat kemudian dia bunuh diri dengan cara menembak kepalanya sendiri.
Sebelumnya, penyalahgunaan senjata api telah berulang kali diberitakan. Salah satunya terjadi pada Rabu 4 April 2018. Saat itu, mantan Kasat Reskrim Polresta Medan dan Wakapolres Lombok Tengah, Kompol Fahrizal, menembak mati adik iparnya, Jumingan, di rumah orang tua, Jalan Tirtosari Gang Keluarga, Medan. Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Medan, Kamis (7/2) lalu, menyatakan jebolan Akpol ini terbukti melakukan pembunuhan, namun dia tidak dapat dimintai pertanggungjawaban. Dia dimasukkan ke rumah sakit jiwa.
-
Dimana penembakan terjadi? Tragedi itu terjadi di halaman parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) sekira pukul 00.15 WIB.
-
Di mana peristiwa penembakan terjadi? Dalam video tersebut tampak empat pemuda berjalan di antara reruntuhan di daerah Al-Sika di Khan Younis, Jalur Gaza selatan pada awal Februari lalu. Daerah ini hancur akibat pengeboman dan operasi militer Israel.
-
Dimana kejadian pembunuhan terjadi? Tindak penganiayaan itu terjadi di tepi Jalan Talang Sekuang Desa Muara Panco Timur, Kecamatan Renah Pembarap, Kabupaten Merangin, Jambi, Jumat (15/12) sekitar pukul 10.30 WIB.
-
Kapan kejadian penembakan terjadi? Tragedi itu terjadi di halaman parkiran Mapolres Solok Selatan pada Jumat (22/11) sekira pukul 00.15 WIB.
-
Di mana kejadian pembunuhan terjadi? Warga Taroada, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros Sulawesi Selatan digegerkan dengan penemuan mayat bapak dan anak dalam kondisi bersimbah darah, Kamis (6/12).
Pada Rabu siang, 29 April 2015, penembakan yang diikuti dengan aksi bunuh diri juga terjadi di Perbaungan, Sergai. Dua personel Polisi Air Polres Sergai, Briptu Suprianto Sigiro dan Brigadir Dedi Sofyan tewas dalam insiden berdarah di kediaman Dedi di Jalan Karya, Gang Sempit, Lingkungan VI, Kelurahan Tualang, Rabu (29/4) siang. Sugiro menembak kepala, punggung, dan betis kanan Dedi dengan senjata SS1-V2. Dia kemudian menembak kepalanya sendiri. Kejadian itu disebutkan dipicu persoalan utang-piutang.
Pada Selasa sore, 15 September 2015, senjata api organik digunakan untuk tindak kriminal. Seorang personel Satuan Sabhara Polres Bireun, Briptu Dian Kadir, warga Jalan Desa Bandar Bireun, Kota Juang, Bireun, diamankan bersama sepucuk senjata SS1 V2. Dia ditangkap setelah menembak seorang nasabah yang baru keluar dari BRI Unit Kedai Durian, Deli Tua, Deli Serdang, Sumut. Penembakan ini diduga bermotif perampokan.
Jauh hari sebelumnya, Selasa 14 Februari 2012, Briptu Ikhsan Fuadi, personel Sabhara Polda Sumut, menembak temannya, Briptu Leonardus Sitanggang, hingga tewas. Peristiwa itu terjadi di mes bintara lajang kamar C12 di Asrama Direktorat Samapta Polda Sumut, Medan. Penembakan itu disebutkan terjadi saat Ikhsan mengangkat senjata SS V2 yang baru diletakkannya di lantai.
Pada Selasa 26 Juli 2011, Bripka Dolly Fransiskus Napitupulu (36) tewas setelah menembak kepalanya sendiri di rumah mertuanya di Jalan Iskandar Muda, Medan. Aksi bunuh diri itu dikabarkan terjadi setelah personel Direktorat Reskrimum Polda Sumut ini bertengkar dengan istrinya.
Disinggung soal beberapa kejadian penggunaan senjata api yang tidak sesuai peruntukannya ini, Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol Tatan Dirsan Atmaja mengatakan, seluruh personel sudah diingatkan untuk mengikuti prosedur penggunaan senjata api. "Kita telah mengingatkan anggota kita untuk tetap mengikuti prosedur menggunakan senjata api. Baik itu dari tahap awal, anggota mengajukan peminjaman sampai tahap dia menggunakan. Harus sesuai SOP, dari tahap awal pengajuan penggunaan senjata api baik itu persyaratan dan sebagainya. Kemudian sampai dengan penggunaannya. Tetap akan kami ingatkan seperti itu," katanya.
Menurut Tatan, kejadian selama ini tidak terlepas dari human error. "Namanya juga manusia mungkin sedang capek, sedang letih, sedang lelah. Namanya batas kekuatan psikis manusia itu kan kadang-kadang terbatas. Jangan mudah terpancing emosi seperti itu kita telah mengingat kan dan tugas kami itu," tutupnya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bukan hanya sekali, berikut deretan kasus polisi tembak polisi yang terjadi di tengah masyarakat Indonesia.
Baca SelengkapnyaInsiden perwira polisi menembak rekannya sendiri terjadi di Mapolres Solok Selatan, Sumatera Barat.
Baca SelengkapnyaPelaku harus ditindak tegas karena kasus tersebut telah mencederai institusi Korps Bhayangkara.
Baca SelengkapnyaPolisi itu kini diperiksa Propam Polda Sulawesi Tenggara.
Baca SelengkapnyaDalam beberapa tahun terakhir, sudah banyak kejadian naas tersebut yang merusak citra Kepolisian Tanah Air.
Baca SelengkapnyaMenurut Nasir, kasus tersebut juga menjadi peringatan bagi institusi kepolisian untuk berbenah diri.
Baca SelengkapnyaSenjata api rakitan ilegal tersebut merupakan milik tersangka IG yang kemudian dibawa oleh tersangka IMS ke Rusun Polri Cikeas.
Baca SelengkapnyaTradisi seperti yang dilakukan Mukadam menuai banyak kritikan.
Baca SelengkapnyaDua peristiwa maut terjadi dalam sepekan ini, yaitu polisi tembak polisi di Solok Selatan dan polisi tembak pelajar di Semarang.
Baca SelengkapnyaPolitisi Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini mengatakan, senjata api itu seharusnya digunakan oleh aparat bila dalam kondisi terdesak dan darurat
Baca SelengkapnyaPada saat kejadian, AKP Dadang memakai pistol jenis HS untuk menghabisi nyawa AKP Ryanto.
Baca SelengkapnyaAG tercatat sudah sembilan kali melakukan perampasan sepeda motor dan melukai korbannya.
Baca Selengkapnya