Penyebab Kematian Covid-19 Masih Tinggi Meski Kasus Positif Turun
Merdeka.com - Kasus kematian Covid-19 di Indonesia pada 22 Agustus 2021 tercatat sebanyak 126.372 orang. Penambahan kasus kematian Covid-19 harian dalam sepekan terakhir masih di atas 1.000 orang.
Padahal, data penambahan kasus positif Covid-19 harian menurun signifikan. Dari sebelumnya di atas 50.000, kini menjadi 10.000-an kasus positif Covid-19 per hari.
Epidemiolog Universitas Airlangga, Windhu Purnomo mengatakan, ada dua penyebab masih tingginya kematian Covid-19. Pertama, pasien positif Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri terlambat mendapatkan penanganan. Kondisi ini terjadi akibat masyarakat tidak mengenali tanda bahaya dan tidak memiliki alat transportasi untuk menuju rumah sakit.
-
Bagaimana penanganan Covid-19 di Indonesia? Jokowi memilih menggunakan strategi gas dan rem sejak awal untuk menangani pandemi Covid-19. Gas dan rem yang dimaksudkan Jokowi diimplementasikan dalam tiga strategi yakni penanganan kedaruratan kesehatan, jaring pengaman sosial, dan pemulihan ekonomi. Inilah yang kemudian menjadi ujung tombak dalam penanganan Covid-19 di Indonesia.
-
Siapa yang mengumumkan kasus Covid-19 pertama di Indonesia? Presiden Jokowi mengumumkan hal ini pada 2 Maret 2020, sebagai kasus Covid-19 pertama di Indonesia.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
"Banyak masyarakat yang tidak mengenali tanda bahaya dan dia tidak mau diisolasi di tempat isolasi terpusat," katanya saat dihubungi merdeka.com, Senin (23/8).
Kedua, masyarakat tidak melindungi orang lanjut usia dan orang yang memiliki komorbid (penyakit penyerta). Padahal, sebagian besar pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia merupakan lansia dan orang memiliki komorbid.
Windhu meminta masyarakat mulai membangun kesadaran melindungi lansia dan orang dengan komorbid. Upaya ini penting untuk menekan angka kematian Covid-19.
"Ini harus dilindungi, jangan seperti sekarang. Mal sudah dibuka, terus yang datang kadang-kadang orang tua ikut datang ke mal. Itu artinya, masyarakat itu tidak melindungi lansia. Kalau punya orang tua, punya komorbid, itu harus kita jaga. Jangan jalan-jalan, makan di restoran, piknik dan lain sebagainya," pesannya.
Pakar Kesehatan Masyarakat, Hasbullah Thabrany menambahkan, kematian Covid-19 yang terlihat saat ini merupakan dampak dari tingginya penambahan kasus positif beberapa pekan lalu.
"Coba kita trace balik ke belakang, di mana jumlah kasus masih puluhan ribu pada seminggu dua minggu lalu. Nah sisa-sisa orang itu yang masih dirawat, itu lah yang menyebabkan angka kematian tinggi dan disatukan yang ada sekarang," jelasnya.
Meski demikian, diakui Hasbullah, kematian akibat Covid-19 masih terjadi di lingkungan masyarakat. Kematian yang terjadi akibat pelayanan kesehatan belum optimal dan masyarakat belum seluruhnya percaya terhadap Covid-19.
"Bisa jadi karena kasusnya yang terlambat karena masih banyak orang tidak percaya. Jadi menganggap enteng ini flu biasa, membiarkan sampai berat baru ke rumah sakit, tidak mampu lagi," tutupnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaTjandra Yoga Aditama mengatakan, tren peningkatan laju kasus Covid-19 di Indonesia dan sejumlah negara lain masih perlu diwaspadai.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaTjandra mengatakan, data WHO menunjukkan, ada kenaikan 255 persen perawatan Covid-19 di rumah sakit Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Omicron EG.5 mendominasi di tengah kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaKemenkes RI sudah mengirimkan vaksin Inavac ke Dinkes Sumsel.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kasus Covid-19 terlihat di Depok, Jawa Barat, dan sejumlah wilayah lainnya.
Baca SelengkapnyaMasyarakat juga diminta segera melengkapi vaksinasi Covid-19, khususnya pada kelompok berisiko.
Baca SelengkapnyaTerjadi lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia menjelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca Selengkapnya