Penyintas dan Tenaga Medis jadi Pahlawan Sesungguhnya saat Pandemi Covid-19
Merdeka.com - Para penyintas Covid-19 dan tenaga medis menjadi pahlawan sesungguhnya di tengah Pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Termasuk mereka yang merangkul penyintas dengan tangan terbuka.
Demikian dikatakan pekerja sosial senior asal Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung yang mengabdi sebagai relawan di Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Jakarta Wina dan Milly dalam keterangan tertulis Kementerian Sosial (Kemensos).
Di tengah pandemi Covid-19, stigma sosial erat kaitannya dengan penyintas. Orang-orang yang bisa memberikan ruang lingkup sehingga mereka bisa berfungsi sosial secara normal layak disebut sebagai pahlawan.
-
Bagaimana Stigma mempengaruhi? Stigma memiliki dampak yang luas, memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik, serta mendorong ketidaksetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.
-
Kenapa Stigma terjadi? Stigma sering kali timbul dari ketidakpahaman terhadap perbedaan dan ketakutan terhadap apa yang dianggap tidak dikenal atau tidak sesuai dengan norma sosial.
-
Kenapa kesenjangan terjadi di masyarakat? Kesenjangan dalam masyarakat bisa terjadi akibat berbagai faktor, seperti ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan.
-
Kenapa diskriminasi sosial terjadi? Dari segi psikologi, seseorang yang melakukan sikap diskriminasi, mungkin dipengaruhi oleh faktor sejarah atau masa lalu. Bisa jadi, orang yang melakukan diskriminasi, pernah mendapatkan perlakuan yang berbeda dan tidak adil oleh orang lain.
-
Siapa yang terdampak kesenjangan? Dampaknya dapat dirasakan oleh individu dan kelompok yang kurang beruntung, seperti penurunan kualitas hidup, ketidakadilan, perasaan terpinggirkan, dan kesulitan untuk meraih kesempatan yang sama dengan kelompok yang lebih beruntung.
-
Apa arti dari diskriminasi sosial? Pengertian diskriminasi sosial adalah suatu sikap membedakan secaa sengaja terhadap orang atau golongan yang berhubungan latar belakang tertentu. Selain itu, diskriminasi sosial juga dapat dipahami sebagai praktik memperlakukan seseorang secara berbeda dan tidak adil.
Stigma sosial menjadi tantangan terbesar dalam memberikan Layanan Dukungan Psikososial (LDP) di masa pandemi Covid-19. Stigma sosial disebabkan oleh ketidaktahuan dan ketidakpahaman seseorang terlepas dari level pendidikan maupun profesinya
Hingga saat ini, Wina dan Milly bersama 414 pekerja sosial lainnya terus memberikan dukungan psikososial bagi masyarakat terdampak Covid-19.
"Ada motivasi tersendiri saat mendaftarkan diri sebagai relawan di Wisma Atlet. Mulanya di luar ekspektasi namun ketika sudah bergabung, saya bersyukur bisa mendapatkan pengalaman luar biasa yang mungkin tidak bisa didapatkan oleh orang lain," ujar dia.
Dalam memberikan dukungan psikososial, pekerja sosial di RSDC Wisma Atlet juga menghadapi berbagai tantangan di lapangan. Kemampuan pekerja sosial juga diasah saat berhubungan langsung dengan penyintas. Ketika melalui proses memecahkan suatu masalah, hal itu menjadi sebuah pola yang biasa dan rutin dijalankan.
"Rasa takut dan was-was dalam menjaga imunitas tubuh juga sering dirasakan, namun profesionalitas dalam bekerja membuat kami dapat menyelesaikan tugas dengan baik," katanya.
Pekerja sosial lainnya, Milly, memiliki pandangan berbeda terkait pahlawan di tengah pandemi Covid-19.
Ia mengemukakan kata 'pahlawan' pantas disematkan bagi tenaga medis karena paling utama dalam menyelamatkan pasien-pasien Covid-19 dan berjuang langsung di titik episentrum penanganan.
Apalagi, secara statistik, banyak korban meninggal akibat Covid-19 berasal dari tenaga medis. Selain itu, tim pendukung tenaga medis, seperti tim logistik, relawan nonmedis, edukator masyarakat, Satgas Penanganan Covid-19 di tingkat nasional maupun daerah, juga patut disebut sebagai pahlawan.
"Tanpa dukungan mereka, penanganan dampak Covid-19 tidak akan berjalan maksimal," ujar dia.
Sesuai arahan Menteri Sosial RI Juliari P. Batubara, pekerja sosial diharapkan dapat bekerja sama dengan semua unsur dalam komunitas guna mengadvokasi pentingnya penanaman nilai sosial di masyarakat.
Kehadiran pekerja sosial seyogyanya membantu meringankan warga dari dampak pandemi Covid-19 dari sisi psikososial dengan mengembangkan pemberdayaan serta relasi berkelanjutan antara orang dengan lingkungan sosialnya.
Secara umum, di awal penugasan, Milly dan Wina hanya melakukan LDP terhadap tenaga medis dan nonmedis. Namun, seiring berjalannya waktu, LDP juga dirasa perlu diberikan kepada pasien kelompok rentan (anak-anak, remaja, dan lansia), keluarga pasien dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal pasien.
Berkolaborasi dengan tim psikolog dan keperawatan, pekerja sosial RSDC Wisma Atlet melakukan berbagai kegiatan terprogram dan terstruktur guna meringankan beban psikososial akibat pandemi Covid-19 antara lain visitasi (sharing session), rekreasional (fun games) dan relaksasi (self-healing).
Ia menjelaskan kegiatan-kegiatan tersebut berfungsi sebagai ruang komunikasi untuk menyampaikan segala keluh-kesah sekaligus sarana hiburan.
Sebab, kata dia, tenaga medis dan nonmedis serta pasien mungkin merasa jenuh dan stres selama bekerja maupun menjalani karantina. Seperti diberitakan Antara.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Stigma dapat muncul dalam berbagai bentuk, baik secara personal maupun institusional.
Baca SelengkapnyaBeban psikologis yang ditanggung oleh orangtua dari anak penderita kanker tidak bisa dianggap remeh dan perlu untuk ditangani secara tepat.
Baca SelengkapnyaKata-kata ucapan selamat Hari Perawat Internasional memiliki makna yang sangat penting untuk menghargai para tenaga medis.
Baca SelengkapnyaKemenkes membuat pelatihan-pelatihan agar semakin banyak puskesmas yang dapat menangani masalah-masalah mental.
Baca SelengkapnyaDPR menyoroti pemecatan 249 nakes Non-ASN di Manggarai dan gagalnya 500-an bidan pendidik gagal jadi P3K
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), kasus penyakit katastropik mengalami peningkatan sebanyak 23,3 juta kasus di 2022.
Baca SelengkapnyaPenyakit pes pernah melanda Jawa pada awal abad ke-20, dr Cipto Mangunkusumo adalah pahlawan karena mengobati pribumi yang terjangkit penyakit pes.
Baca SelengkapnyaSkrining tersebut dilanjutkan dengan diagnosis mendalam oleh psikiater.
Baca Selengkapnya