Perang air, tradisi unik warga Gianyar rayakan tahun baru
Merdeka.com - Warga Desa Suwat, Gianyar di Bali memiliki tradisi unik dalam merayakan pergantian tahun. Mereka menggelar perang air dengan saling siram air di depan balai desa. Kegiatan ini diikuti ratusan warga dari yang muda hingga yang tua.
"Di penghujung tahun, sebelum tahun baru kita sudah menggelar pembersihan alam desa kita agar hal buruk yang terjadi selama setahun tidak terjadi kembali. Nah, sekarang di awal tahun giliran manusianya yang dibersihkan agar selama setahun ke depan kita melangkah hal bersih," ungkap Kadek Adi, salah seorang pemuda setempat dalam kondisi basah kuyub, Jumat (1/1).
Tradisi perang air selalu digelar setiap awal tahun. Seluruh warga yang mengenakan pakaian adat sudah berkumpul keluar rumah sambil membawa timba atau gayung air. Selain Prosesi ruwatan, dalam ritual ini warga juga memohon agar mata air yang disakralkan yang ada di desa ini terus menyembul sepanjang tahun 2016 dan tahun-tahun selanjutnya.
-
Mengapa masyarakat Tegal menggunakan Tari Sintren untuk meminta hujan? Banyak yang yakin, sintren dekat dengan unsur magis. Kesenian ini menjadi bagian dari ikhtiar kepada Tuhan saat terjadi bencana kekeringan.
-
Bagaimana Mata air Cicaneang digunakan warga? Biasanya, kolam hanya didatangi penduduk lokal untuk sekadar berendam maupun mencuci pakaian.
-
Kenapa warga Desa Treko menjaga kebersihan Mata Air Abadi? Mata air itu dijaga kemurniannya oleh warga.
-
Siapa yang memanfaatkan Mata Air Abadi di Desa Treko? Mata air tersebut dimanfaatkan warga sekitar untuk kebutuhan sehari-hari.
-
Gimana warga Banyumas dapat air? Air kemudian akan keluar dari lubang buatan dan bisa langsung diambil oleh warga untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
Diawali dengan prosesi ruwatan, sejumlah warga disiram air kembang oleh seorang pinandhita (pemimpin agama). Untuk kemudian, selanjutnya mereka dibagi menjadi dua kelompok dan saling siram air atau disebut Siat Yeh (perang air).
Acara perang air mengambil tepat depan Balai desa di Catus Pata (perbatasan) Desa Suwat. Suasana semakin meriah tatkala ada yang terpeleset dan justru akhirnya terkena serangan disiram air beramai-ramai. Bahkan sejumlah wartawan yang berani mendekatpun juga disiram dengan alasan untuk pembersihan diri (ruwatan). Tidak terkecuali para wisatawan yang datang menyaksikan tradisi unik di desa Suwat Gianyar, ini.
tradisi perang air di Gianyar ©2016 Merdeka.com
Panitia acara, Ngakan Sudibya menyebutkan, dalam ritual perang air ini, warga desa meruwat diri untuk melangkah di tahun baru 2016. "Dalam sejarahnya, mata air di desa kami ini, diyakini sebagai obat segala macam penyakit dan air konsumsi utama para bangsawan pada zaman kerajaan. Karenanya setiap awal tahun kita gelar ritual pembersihan ini," ungkapnya.
Dalam perang air itu, seluruh warga dari berbagai umur wajib terlibat. Bahkan tidak terkecuali bayi dan kakek atau nenek yang sudah tak mampu berjalan maka akan diberikan siraman atau sekedar di basuh. Hal ini katanya, dimaksudkan untuk membangkitkan rasa tanggung jawab bersama.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Uniknya, tradisi ini hanya satu-satunya di Indonesia. Bahkan etnis Tionghoa di daerah lain tidak ada pelaksanaan tradisi yang serupa.
Baca SelengkapnyaBagi masyarakat Jawa, malam pergantian tahun baru ini merupakan ajang perenungan diri.
Baca SelengkapnyaTradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Cihideung, Kabupaten Bandung Barat, ingin kembali menghidupkan ritual Irung-Irung dengan segala tantangan yang harus mereka hadapi
Baca SelengkapnyaSalah satu mata air sering dikunjungi pada setiap malam keramat penanggalan Jawa
Baca SelengkapnyaTak sekedar nguri-uri kebudayaan, tradisi ini juga jadi salah satu cara orang Sunda dalam menjaga mata air sebagai sumber kehidupan warga.
Baca SelengkapnyaKeberadaan Telaga Buret membuat sejumlah desa di Tulungagung tak pernah alami kekeringan.
Baca SelengkapnyaTradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Baca SelengkapnyaSebuah ritual doa kepada Tuhan sebagai ritual tolak bala yang dilaksanakan setiap bulan Sya'far atau setiap hari Rabu terakhir pada penanggalan Hijriah.
Baca SelengkapnyaTradisi Wiwitan rutin diadakan setiap tahun oleh para petani di Jogja. Acara itu dirangkai dengan berbagai kegiatan kesenian
Baca SelengkapnyaTradisi petik laut Lampon sudah dilakukan sejak tahun 1927 atau 96 tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSebuah ritual pembersihan laut oleh masyarakat pesisir ini hampir serupa dengan yang ada di Pulau Jawa.
Baca Selengkapnya