Perbedaan Sesak Nafas Karena Asma atau Covid-19
Merdeka.com - Sesak nafas merupakan salah satu gejala yang muncul saat seseorang terinfeksi COVID-19. Namun, asma juga merupakan penyakit yang menyerang saluran pernafasan.
Apa perbedaan sesak nafas karena COVID-19 atau asma?
Yayasan Asma dan Alergi Amerika Serikat (Asthma and Allergy Foundation of America /AAFA) mengatakan memang terdapat beberapa gejala serupa di antara penyakit pernapasan ini.
-
Apa yang menyebabkan beberapa orang tidak terinfeksi Covid-19? Berdasarkan analisis aktivitas genetik dalam jaringan hidung dan darah orang yang tidak berhasil terinfeksi SARS-CoV-2, tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Bagaimana cara agar terhindar dari Covid-19? 'Pemerintah mengimbau lebih rajin bermasker terutama jika sakit dan di keramaian, lebih rajin cuci tangan, lengkapi vaksinasi segera sebanyak 4x GRATIS, jaga ventilasi udara indoor, hindari asap rokok,' ujar Ngabila.
-
Bagaimana tubuh orang tertentu dapat terhindar dari Covid-19? 'Ini adalah kesempatan yang sangat unik untuk melihat bagaimana respons kekebalan pada orang dewasa tanpa riwayat COVID-19 sebelumnya, dalam pengaturan di mana faktor-faktor seperti waktu infeksi dan komorbiditas dapat dikendalikan,' kata ahli biologi sistem kuantitatif Rik Lindeboom, yang kini berada di Netherlands Cancer Institute.
-
Kapan kasus Covid-19 meningkat? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Mengapa beberapa orang kebal terhadap Covid-19? Meskipun vaksin dan booster secara radikal mengurangi risiko kematian dan komplikasi berat dari COVID-19, mereka tidak banyak membantu menghentikan virus dari memasuki lapisan hidung dan sistem pernapasan.
-
Apa dampak pandemi Covid-19? Pandemi Covid-19 mengubah tatanan kesehatan dan ekonomi di Indonesia dan dunia. Penanganan khusus untuk menjaga keseimbangan dampak kesehatan akibat Covid-19 serta memulihkan ekonomi harus dijalankan.
Menurut bagan yang dibagikan AAFA melalui laman resminya, dikutip pada Rabu, lama gejala sesak nafas bagi pengidap asma bisa berlangsung dalam jangka waktu singkat hingga berjam-jam. Sementara, sesak nafas karena virus corona (ringan hingga sedang) mencapai 7-25 hari.
Sesak napas pada pengidap asma napas disertai dengan batuk dan mengi, sedangkan gejala COVID-19 tidak. Selanjutnya, mereka yang terinfeksi COVID-19 jarang diawali oleh sesak napas, melainkan lebih ke sakit kepala, meriang, tidak enak badan, demam, nyeri pada sendi, hingga kehilangan indera penciuman.
Data AAFA per 27 Januari 2021 tidak menunjukkan peningkatan risiko infeksi COVID-19 atau keparahan penyakit COVID-19 pada orang dengan asma.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) sebelumnya mencantumkan asma sedang hingga parah sebagai faktor risiko yang mungkin untuk penyakit COVID-19 yang parah. Tetapi, beberapa penelitian menunjukkan bahwa asma bukanlah faktor risiko.
Meski demikian, penderita asma harus berhati-hati ketika semua jenis penyakit pernapasan menyebar di lingkungan mereka. Musim flu telah tiba, dan penderita asma harus mendapatkan vaksinasi flu.
AAFA mengatakan bahwa penderita asma dimungkinkan untuk tertular virus corona dan flu pada saat yang bersamaan. Vaksinasi flu tersedia secara luas sekarang.
Setelah mendapatkan vaksinasi flu, dibutuhkan sekitar dua minggu bagi tubuh untuk membangun kekebalan terhadap flu. AAFA mengigatkan, vaksinasi flu tidak akan melindungi Anda dari COVID-19.
Meskipun penderita asma tidak memiliki risiko tertinggi untuk COVID-19, tetap penting untuk mengendalikan asma. Obat-obatan umum yang mungkin sudah dikonsumsi untuk asma dan kondisi terkait disebut tidak meningkatkan risiko terkena COVID-19.
Menurut AAFA, obat-obatan tersebut (sesuai resep dokter) penting untuk membantu mengendalikan asma. Justru, risikonya lebih besar mengalami serangan asma jika berhenti minum obat.
Namun, jika penderita harus menggunakan nebulizer, batasi jumlah orang di dalam ruangan atau gunakan sendiri di ruangan itu.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaPenularan varian JN.1 telah ditemukan di Jakarta dan Batam.
Baca SelengkapnyaCovid-19 varian JN.1 dilaporkan berkaitan erat dengan varian BA.2.86 dan dikhawatirkan dapat mempengaruhi pola penularan dan tingkat keparahan penyakit.
Baca SelengkapnyaMohammad Syahril, melanjutkan, varian Covid Eris termasuk ke dalam kelompok varian XBB, yang merupakan 'anakan' atau turunannya varian Omicron.
Baca SelengkapnyaPenelitian terbaru mengungkap penyebab sejumlah orang aman dari Covid-19 tanpa pernah terinfeksi.
Baca SelengkapnyaRatusan ribu anak tercatat menderita ISPA hingga Juli 2023.
Baca SelengkapnyaKasus ISPA mulai meningkat September lalu puncak di Oktober -November. Kembali turun sesudah bulan Maret.
Baca SelengkapnyaInformasi Jokowi terima dari Menkes, kasus Covid-19 masih dalam kondisi yang baik meski memang ada kenaikan.
Baca SelengkapnyaBudi juga menganjurkan masyarakat untuk kembali menggunakan masker saat mengakses tempat-tempat yang rawan.
Baca SelengkapnyaData Indeks Kualitas Udara (AQI) Air, DKI Jakarta menempati posisi teratas daftar kota dengan tingkat polusi terburuk pada Senin, 7 Agustus 2023.
Baca Selengkapnya