Peredaran uang palsu jelang pilkada di Cilacap meningkat, kades ditangkap
Merdeka.com - Jelang Pilkada serentak 2018, peredaran uang palsu (upal) dikhawatirkan makin meluas di Kabupaten Cilacap. Peredaran upal diwaspadai agar tak dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab untuk money politics.
Kekhawatiran ini muncul sebab Polres Cilacap, pada awal tahun 2018 mendapati 2 kasus peredaran upal di wilayah Jeruk Legi Wetan dan Majenang. Satu kasus melibatkan Kepala Desa yang membeli upal dari warga Tasikmalaya di Kecamatan Wangon Kabupaten Banyumas. Satu lainnya melibatkan tukang ojek yang membeli upal di Salem Kabupaten Brebes.
Kapolres Cilacap, AKBP Djoko Julianto mengatakan upal, sudah mulai banyak beredar di wilayah Cilacap. Pihaknya tengah mengantisipasi peredaran upal berkaitan dengan persiapan Pilkada.
-
Dimana uang palsu diedarkan? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Kenapa uang palsu di Garut diedarkan? Polisi menangkap dua pelaku atas dugaan membuat dan mengedarkan uang palsu,“ katanya, dikutip dari ANTARA, Senin (14/8).
-
Uang palsu apa yang diedarkan? Disampaikan Kepala Polsek Leles, AKP Agus Kustanto, keduanya mengedarkan uang imitasi dengan pecahan Rp10 sampai Rp100 ribu.
-
Kenapa DPR RI ingatkan soal uang palsu? 'Untuk itu, kita harus mewaspadai hal tersebut. Apalagi motifnya semakin canggih. Ada uang yang dimutilasi, ada juga uang yang dicat ulang sehingga menyerupai pecahan uang tertentu. Khususnya pada pecahan uang rupiah baru yang sampai saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa membedakan dengan baik,' ucap Puteri.
-
Siapa yang edarkan uang palsu di Garut? Petugas kepolisian dari Polsek Leles menangkap ibu dan anak yang diduga mengedarkan uang palsu di wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat.
-
Kenapa uang mengancam Pemilu 2024? 'Banyak sekali sekarang, paling serius dalam integritas negeri ini adalah uang, ancaman ini akan terjadi, dan akan terjadi pada Pemilu 2024,' jelas Alfitra dalam acara sosialisasi aplikasi Sietik DKPP RI di Hotel Yuan Garden, Senin (18/12).
Djoko juga menegaskan, jajaran polres Cilacap akan terus berupaya terus berkoordinasi agar upal jangan disalahgunakan oleh masyarakat untuk money politik.
"Jangan sampai masyarakat tertipu oleh upal ini," kata Djoko di Mapolres Banyumas kemarin.
Saat ini, Polres Cilacap pun terus mengembangkan temuan peredaran upal baik ke pemilik dan pembuat. Kediaman penjual yang diduga berada di Tasikmalaya Jawa Barat juga telah didatangi namun didapati tanpa penghuni. Informasi sementara dari penyelidikan, diduga sudah ada Rp 50 juta sampai Rp 100 juta upal yang telah diproduksi.
"Kita terus selidiki. Kita juga akan koordinasi dengan Panwaslu dan KPU mewaspadai upal juga money politic," ujarnya.
Dari temuan dua kasus upal tersebut, Polres Cilacap berhasil menyita upal senilai Rp 5 juta. Upal tersebut terdiri dari pecahan Rp 100 ribu dan Rp 50 ribu. Tiga tersangka pengedar upal telah diamankan yakni Muslimin, kepala Desa Jeruk Legi Wetan dan Mijo serta Ismawan warga Majenang yang sehari-hari bekerja sebagai tukang ojek.
"Ketiganya membeli upal dengan perbandingan 1 uang asli ditukar dengan 2 uang palsu," kata Djoko.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Polres Pekalongan mengungkap kasus penipuan dengan modus penggandaan uang bermotif politik. Korbannya seorang caleg dari Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaPelaksanaan pilkades berada di bawah ancaman serangan fajar.
Baca SelengkapnyaBawaslu mengatakan politik uang dan netralitas ASN menjadi kerawanan Pilkada 2024
Baca SelengkapnyaKepala desa biasanya memiliki hubungan dengan petahana sehingga dapat mendobrak atau mengurangi suara politisi tersebut.
Baca SelengkapnyaBawaslu provinsi sudah membahasnya dengan KPID dan KPU.
Baca SelengkapnyaMenurutnya, ancaman tersebut semakin serius dan berpotensi mengganggu integritas dan keadilan dalam proses pemilu, terutama menjelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaTersangka HBR (49) merupakan Ketua Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Wonogiri Kota.
Baca SelengkapnyaUang perahu ini akan banyak ditemukan menjelang pemilu.
Baca SelengkapnyaKPU Jayapura bakal memanggil terlebih dahulu PPD di Distrik Waibhu untuk diklarifikasi.
Baca SelengkapnyaFokus utama kepolisian yakni memberikan pesan dan imbauan kepada komunitas kebugaran atau tempat fitnes.
Baca SelengkapnyaBawaslu DKI Jakarta mengingatkan warga yang kedapatan terlibat politik uang baik menerima maupun memberi bisa dikenakan sanksi pidana
Baca SelengkapnyaCak Imin mengungkapkan bahwa dalam Pilkada 2024, biaya politik uang mencapai Rp300 ribu untuk setiap suara. Apakah hal ini mengancam kualitas demokrasi kita?
Baca Selengkapnya