Perempuan Ditangkap di Klaten Terkait Kelompok Teroris Sibolga
Merdeka.com - Polisi memastikan seorang perempuan diamankan Densus 88 Antiteror Mabes Polri di Klaten, Jawa Tengah, Kamis (14/3), terkait dengan penangkapan terduga teroris di Sibolga, Sumatera Utara. Wanita tersebut berinisial YD berusia 38 tahun dan ditangkap di rumah orang tuanya, Dukuh Desan Wetan RT 5 RW 2 Desa Joton, Kecamatan Jogonalan.
"Yang kami dapat informasi dari rekan-rekan Densus 88, bahwasanya ada keterlibatan yang bersangkutan dengan kegiatan kelompok terorisme yang kemarin terjadi ledakan di wilayah Sibolga, Sumatera Utara," kata Kapolres Klaten AKBP Aries Andhi kepada wartawan, Jumat (15/3).
Aries mengatakan, Polres Klaten hanya dimintai bantuan untuk pengamanan saat penangkapan dan olah tempat kejadian perkara (TKP). Usai kegiatan di TKP, YD kemudian dibawa ke Polres Klaten untuk diperiksa kesehatannya. Pada malam harinya, YD dibawa oleh Densus 88 ke Jakarta.
-
Apa yang ditemukan Densus 88 saat penangkapan terduga teroris? 'Kita temukan barang barang yang terkait propaganda saja seperti penggunaan logo logo, foto-foto, kemudian kata-kata. Logo ISIS misalnya, logo-logo yang merujuk pada tanda tertentu yang biasa digunakan kelompok teror, salah satu misalnya bendera bendera itu ya,' kata dia di GBK, Jumat (6/9).
-
Apa yang dicuri polisi tersebut? Mengambil kesempatan dalam kesempitan, seorang polisi di Jerman mencuri 180 kilogram keju dari truk yang terbalik karena kecelakaan.
-
Handphone apa yang dicuri? Sebanyak 58 unit handphone berbagai merek raib dibawa pelaku.
-
Barang bukti apa yang ditemukan? Saat penangkapan bersama teman-temannya, polisi berhasil mengamankan barang bukti berupa pods vape yang berisi cairan ganja.
-
Apa saja barang bukti yang disita dalam kasus narkoba ini? Dari pengungkapan kasus tersebut, Ditresnarkoba Polda Metro Jaya berhasil menyita sejumlah barang bukti narkoba, seperti 117 kg sabi-sabu dan 90.000 butir pil ekstasi.
-
Siapa pelaku pencurian handphone? Pelaku berinisial MS (39), dua kakinya ditembak sebanyak 3 kali.
"Jadi posisi kami dari Polres Klaten hanya memberikan bantuan petugas dan kegiatan di lapangan. Selanjutnya proses penyelidikan dan penyidikan akan dilakukan oleh Densus 88 Antiteror," katanya.
Aries mengaku tak bisa menyampaikan peran YD dalam kelompok Sibolga. Namun ia yakin Densus 88 sudah mempunyai dua alat bukti yang kuat untuk penangkapan tersebut. Hanya saja, Aries mendapatkan informasi dari Densus 88, jika YD ada keterkaitan dengan kelompok yang meledakkan diri di Sibolga.
Ada beberapa barang bukti yang dibawa oleh polisi di antaranya handphone dan sim card saat penggerebekan. Namun polisi tidak menemukan barang bukti lainnya di rumah terduga saat penggerebekan.
Dia menambahkan, kedatangan kedua orang tua YD hendak menjemput keponakannya untuk berlibur ke Jakarta. YD bahkan datang 10 hari sebelum penangkapan.
"Menurut keterangan ibunya, yang bersangkutan ini mau menjemput keponakannya untuk berlibur ke Jakarta," pungkasnya.
Sebelumnya, Densus 88 Antiteror Mabes Polri menangkap seorang perempuan berinisial YW (35) di rumah orang tuanya Dukuh Desan Wetan RT 5 RW 2 Desa Joton, Jogonalan, Klaten, Kamis (14/3) sore. Penangkapan YW membuat warga terkejut. Hal itu karena YW yang lahir di desa tersebut tak pernah menunjukkan perilaku yang aneh. Demikian juga orangtua dan keluarga serta kerabat yang ada.
Wakijo, Kadus 1 Desa Joton yang rumahnya tak jauh dari tempat tinggal YW mengaku kenal dengan wanita yang sekarang tinggal di Jakarta tersebut. Saat masih remaja perilaku YW tidak ada yang aneh. Dia dan kedua orang tua maupun anggota keluarga lainnya berhubungan baik dengan tetangga.
"Mbak Yuli (YW) itu asli kelahiran sini (Desa Joton). Saya sendiri terkejut, karena keluarga mereka dari dulu tidak ada afiliasi ke situ. Keagamaannya ya landai-landai saja, tidak ada yang aneh," ujar Wakijo saat ditemui wartawan, Jumat (15/3).
Wakijo menduga, setelah pindah domisili, YW menjadi berubah. Lingkungan atau pergaulan YW, lanjut dia, sangat mempengaruhi kondisinya saat ini. YW menurut dia, pindah dari Desa Joton, sekitar 15 tahun lalu, atau selepas lulus SMA.
"Lho kok jadi seperti ini, saya kaget sekali. Setelah pindah kita sudah tidak tahu pergaulannya sama siapa," katanya.
Lebih lanjut Wakijo mengungkapkan, semenjak pergi dari rumah, dirinya jarang melihat wanita 35 tahun tersebut pulang. Padahal di desa tersebut, YW masih mempunyai seorang ibu kandung dan kerabat lainnya. Saat pulang pun, YW yang dikabarkan sudah memiliki suami dan anak, justru terlihat sendiri.
Wakijo mengatakan, YW sudah tidak ber-KTP Klaten karena sudah berpindah ke Jakarta. Namun sejak kecil, YW tinggal dan sekolah di Klaten.
"SD ya di Tambakan 1, SMP dan SMA juga disini," katanya.
"Sebenarnya warga tidak resah, cuma terkejut. Terkejutnya kok warga saya, tetangga saya, teman saya seperti itu. Padahal dulu nggak seperti itu, sangat prihatin kita. Apalagi ibunya yang sudah seperti itu, hidup sendiri sama anak yang terakhir," katanya lagi.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selama penggeledahan berlangsung, Mba Ita tak pernah tampak. Meskipun mobil dinasnya terparkir di halaman.
Baca SelengkapnyaTeror yang diterima seperti mengirimkan kotoran dan perkataan kotor.
Baca SelengkapnyaRamadhan menyampaikan penyidik tidak akan memeriksa Kapolda Kaltara Irjen Pol Daniel Adityajaya karena tak ada kaitannya.
Baca SelengkapnyaSekretaris Daerah Kota Semarang Iswar Aminuddin mengaku belum ada komunikasi dengan wali kota pascapenggeledahan KPK.
Baca SelengkapnyaDi Kota Palu, dikabarkan Densus 88 Antiteror mengamankan tiga orang terduga teroris.
Baca SelengkapnyaPenghuni kontrakan dikenal sebagai pedagang bubur sumsum.
Baca SelengkapnyaKPK sempat mencari keberadaan Bupati Sidoarjo, Ahmad Muhdlor Ali, tapi tidak ditemukan. Sehingga yang dibawa hanya Kasubag Umum dan Kepegawaian BPPD.
Baca SelengkapnyaKetiga jenis barang tersebut merupakan hasil pengeledahan di rumah kontrakan terduga teroris di Kota Batu.
Baca SelengkapnyaBelum diketahui pasti kasus yang tengah disidik KPK sehingga kantor pemerintahan itu digeledah.
Baca Selengkapnya