Perempuan ini pilih jadi tukang ojek demi mencukupi kebutuhan anak
Merdeka.com - Tak pernah terlintas di benak Desi (28), warga Jalan Dukuh Pinggir, Stasiun Karet, Kecamatan Tanah Abang untuk menjadi tukang ojek. Ibu dua anak ini memilih pekerjaan itu demi kedua anaknya yang masih kecil.
Ketika ditemui di kediamannya, sebuah hunian petak berukuran 2x3 meter, Desi bercerita jika menjadi tukang ojek bukanlah hanya pekerjaan laki-laki. Dia menjadi tukang ojek demi kedua anaknya yang masih kecil itu.
"Saya ngojek dari tiga bulan lalu. Habis kerja di toko tidak cukup untuk kebutuhan anak-anak saya setiap hari," ujar Desi yang sudah ditinggal oleh suaminya yang telah meninggal tiga tahun lalu, Selasa (21/4).
-
Kenapa anak ini harus kerja? Di usianya masih masih belia, RA yang duduk di kelas 6 Sekolah Dasar (SD) ini harus merasakan kerasnya hidup. Ia harus menjadi tulang punggung keluarga dan merawat orang tuanya.
-
Dimana dia berjualan? Saat ini ia rutin mangkal di Jalan Bulak Rantai, Kampung Tengah, Kecamatan Kramat jati, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
-
Mengapa Mela memutuskan untuk berjualan kerupuk? Kondisi yang belum stabil secara ekonomi itu mendorong Mela untuk mencoba mencari pemasukan tambahan. Ia lantas berjualan kerupuk yang diberi bumbu dan dijual di koperasi sekolah.
-
Kenapa pria ini tidak mau bekerja? Ia menjelaskan kepada para pengikutnya bahwa bangun pagi dan langsung beraktivitas akan membuat istrinya merasa cemas dan tertekan, sehingga ia memilih untuk tidak melakukannya.
-
Kenapa penjual onde-onde ini memilih jualan onde-onde? Ia mengaku memilih berjualan ini, karena keuntungannya lebih menggiurkan. Meski sebelumnya penghasilan besar secara tetap selalu ia kantongi rutin tiap bulan.Namun, berjualan onde-onde goreng membuat pria ini bisa bekerja maksimal dan ingin fokus menekuni usaha tersebut. Ia pun tak masalah untuk meninggalkan penghasilan besar setiap bulannya.
-
Kenapa Bapak Joko memilih bekerja di pabrik? Lahan milik Joko di belakang rumahnya kini sudah tidak dimanfaatkan untuk bertani karena berbagai alasan yang cukup merugikan. Maka dari itu, ia memilih untuk bekerja di pabrik agar keluarga dan anak-anaknya bisa hidup dengan nyaman dan menempuh pendidikan yang layak.
Awalnya, Desi bercerita dia menjadi seorang karyawan toko. Kepergian Wahyu, suaminya membuat berpikir untuk melanjutkan hidup bersama kedua buah hatinya. Namun, gaji tujuh ratus ribu sebulan sama sekali tak bisa menghidupi kedua anaknya. Berkat dorongan kedua orang tua dan saudaranya, Desi membulatkan tekad menjadi tukang ojek.
"Awalnya saya bingung. Saya mau kerja apa. Selama ini kan suami yang cari nafkah. Tapi saya tidak putus asa. Saya kemudian bekerja di toko pakaian. Namun rasanya saya tidak bisa bertahan hidup dengan gaji tujuh ratus ribu perbulan untuk hidup kami bertiga. Berkat masukan orang tua dan saudara akhirnya saya pilih jadi tukang ojek," terang Desi.
Tiga bulan sudah Desi melakoni profesinya sebagai tukang ojek. Di bawah rimbun kayu Stasiun Karet, Desi menunggu dengan setia para penumpang yang memakai jasanya. Dia bekerja dari pukul 6.00 WIB sampai pukul 12.00 WIB setelah mengurus dan mengantar anaknya ke sekolah.
"Saya ngojek dari pagi jam enam. Setelah urus dan antar anak ke sekolah saya ke pangkalan dan tunggu penumpang. Saya kerja sampai jam dua belas. Setelah itu saya pulang istirahat dan urus anak saya," tuturnya.
Dalam doa, Desi punya keinginan agar kedua buah hatinya bisa mencapai pendidikan yang tinggi. Baginya pendidikan anaknya mesti lebih baik dari orangtuanya yang cuma SMP. Itu pun tak sampai lulus.
"Saya pengen mereka sekolah tinggi. Jangan seperti saya yang hanya SMP tapi cuma tidak kelar," ujarnya.
Menjadi tukang ojek bukan sekadar memenuhi kebutuhan hidup menurutnya. Baginya, keselamatan penumpang jauh lebih tinggi. Beruntung sampai hari ini, aku Desi, penumpang-penumpangnya merasa nyaman saat diantar olehnya.
"Alhamdulilah, semua penumpang sejauh ini mengaku nyaman dan senang diantarin oleh saya. Saya juga selalu hati-hati," pungkas dia.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang rela jadi tukang pijat demi anak sekolah.
Baca SelengkapnyaKata-kata pepatah yang berbunyi “kehidupan seperti roda sedang berputar” menggambarkan kehidupan Yati.
Baca SelengkapnyaDriver ojol wanita bawa anak ini sukses mencuri perhatian Menteri BUMN Erick Thohir.
Baca SelengkapnyaBegini cerita janda cantik sopir truk wanita yang rela banting tulang kerja di tambang demi nafkahi anaknya.
Baca SelengkapnyaMenjadi ibu pekerja bukan pilihan mudah bagi seorang perempuan.
Baca SelengkapnyaEkawati merupakan salah satu dari semakin banyak perempuan Indonesia yang mencari pekerjaan informal di luar rumah.
Baca SelengkapnyaIdia harus rela kehilangan kesempatan untuk bersekolah lantaran kondisi keuangan keluarganya yang pas-pasan.
Baca SelengkapnyaDia rela banting tulang 20 jam sehari agar sang adik dapat melanjutkan pendidikan.
Baca Selengkapnya