Perjuangan siswa SD di Pesisir Selatan seberangi sungai demi sekolah
Merdeka.com - Sejumlah pelajar dan warga di Nagari atau desa adat Limau Gadang Lumpo, Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, menggunakan utasan roler atau jembatan tarik untuk menyambung akses yang ditujunya. Aksi itu dilakukan karena adanya perbaikan jembatan permanen yang sedang dalam pengerjaan di daerah itu.
Wali Nagari Limau Gadang Lumpo, Nasrul menyebut, warga yang menggunakan roler baru dalam satu bulan terkahir ini mencapai panjang sekitar 100 meter dengan ketinggian 10 meter dari dasar arus sungai. Sebab, tidak akses yang bisa ditempuh selain jembatan roler tersebut.
"Baru digunakan sekitar sebulan ini, karena jembatan yang digunakan sedang dalam masa renovasi perbaikan. Untuk sementara warga harus jembatan roler sampai jembatan yang diperbaiki selesai," kata Nasrul, Jumat (8/12).
-
Siapa yang membantu siswa SD menyeberangi sungai? Dandim 1501/Ternate Letkol Arm Adietya Yuni Nurtono membenarkan ada anggotanya yang sukarela membantu siswa SD menyeberangi sungai karena jalur itu merupakan jalan pintas dibanding memutar sejauh 1,3 kilometer.
-
Apa yang digunakan anak-anak di Desa Gabus Serang untuk seberangi sungai? Mereka harus sebrangi Sungai Cidurian menggunakan rakit bambu lantaran tak ada fasilitas jembatan.
-
Bagaimana anak-anak Desa Gabus Serang seberangi sungai? Rakit ini hanya bisa menampung enam sampai tujuh orang, dengan resiko tinggi. Pasalnya rakit bambu hanya dibuat ala kadarnya, sebagai alat penyeberangan utama. Untuk menggerakannya, seorang operator menarik tali baja yang membentang dari masing-masing ujung Sungai Cidurian.
-
Kenapa anak-anak di Desa Gabus Serang harus seberangi sungai? Mereka harus sebrangi Sungai Cidurian menggunakan rakit bambu lantaran tak ada fasilitas jembatan.
-
Kenapa para remaja menceburkan diri ke sungai? Karyoto menyampaikan, ketujuh orang sengaja menceburkan diri karena dihantui ketakutan saat ada petugas yang sedang berpatroli.'Menurut informasi sekilas adalah bahwa ini adalah sah satu yang menjadi kemarin malam itu yang sudah diambil keterangan, memang mereka menceburkan diri ke sungai, karena adanya ketakutan, adanya patroli yang lewat atau menegur,' ucap dia.
-
Apa yang siswa SMP itu lakukan? 'Korban langsung melompat ke luar jendela, saat melompat korban sempat tersangkut di genteng lantai 2 Gedung SMPN 73, kkemudian jatuh ke lantai 1,' sambungnya.
Menurut Nasrul, terdapat sekitar 900 kepala keluarga setiap hari yang menempu utasan jembatan roler tersebut. Di antaranya, digunakan dua warga kampung di Nagari Limau Gadang, yakni Kampung Limau Gadang Tinggi dan Kambung Limau Gadang.
"Karena sedang direnovasi, kalau jembatan itu sudah selesai maka aktivitas siswa atau warga yang melintas nyaman dan aman. Kita harap ini tidak terjadi lama," tukasnya.
Pantauan merdeka.com saat dilokasi, jembatan roler yang menjadi akses warga setempat digunakan sejumlah pelajar di daerah itu. Pelajar yang menempu saat sejumlah pelajar dari siswa SD setempat, karena jarak sekolah mereka dibatasi batang sungai tersebut.
Ilham (13) salah seorang mengakui, saat melintasi jembatan itu merasa ketakutan. Sebab, dengan milihat kondisi jembatan roler tersebut berada pada jarak yang jauh dan ketigian dasar sungai yang terlihat dalam.
"Kalau mau jujur ya takut juga. Sebab, jaraknya jauh dan cukup tinggi jika jatuh,"sebut Ilham yang menyosong arus air dengan menggunakan roler.
Menurut Ilham tidak ada pilihan alternatif lain yang bisa menghubung kampug mereka dengan sekolah. Sebab, jarak kampung mereka di batasi sebarang sungai.
"Kalau menempu air, kami harus membuka sepatu. Terkdang, baju bisa basah saat sekolah," pungkasnya.
(mdk/gil)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap hari mereka menyeberang sungai itu tanpa didampingi orang tua
Baca SelengkapnyaProgram ini mengedukasi para pelajar dan mahasiswa secara aktif bagaimana menjaga kebersihan sungai dan lingkungannya.
Baca SelengkapnyaSetiap hari anak-anak di kampung ini harus bertaruh nyawa untuk menuju sekolah menggunakan rakit, lantaran tak ada akses jembatan.
Baca SelengkapnyaMelihat temannya yang sering terlambat masuk sekolah karena jalan kaki, sekelompok anak SMA ini iuran beli sepeda.
Baca SelengkapnyaBanjir rob hari ini merupakan banjir yang tertinggi dalam tiga hari terakhir. Ketinggian banjir rob kali ini mencapai satu meter.
Baca SelengkapnyaWarga Desa Sumberkare terpaksa menggunakan air sungai untuk berbagai kebutuhan.
Baca SelengkapnyaBahkan, para guru ini harus menggunakan perahu untuk menuju ke tempat sekolah tersebut.
Baca SelengkapnyaPerjalanan bertaruh nyawa itu terpaksa ditempuh para pelajar SD di dua desa karena akses menuju sekolah hanya melalui jembatan rusak tersebut.
Baca SelengkapnyaApa yang dilakukan siswa satu kelas di SMA Negeri 1 Karanganyar, Kebumen, Jawa Tengah, ini sungguh luar biasa.
Baca SelengkapnyaKopda Mario Gino hampir setiap hari membantu siswa SD menyeberangi sungai agar anak-anak itu bisa sampai ke sekolah.
Baca SelengkapnyaMeski dilakukan sederhana, mereka tampak merayakannya dengan penuh kebahagiaan dan keceriaan.
Baca Selengkapnya