Peringati Yaa Qowiyyu, ribuan warga rebutan 4 ton kue apem
Merdeka.com - Sedikitnya 4 ton kue apem diperebutkan warga, saat digelar ritual saparan Yaa Qowiyyu, Jumat (20/12). Ribuan warga dari berbagai kota memperebutkan kue yang terbuat dari tepung beras, yang disebar di samping makam Ki Ageng Gribig, Jatinom, Klaten Jawa Tengah.
Meski hujan, ribuan pengunjung tetap memadati area Sendang Plampeyan. Mereka sekadar ingin mengalap berkah dari apem Yaa Qowiyyu. Mereka masih mempercayai dengan memakan kue apem, bisa mendatangkan berkah dalam kehidupannya.
Pantauan merdeka.com, ribuan warga sudah memadati area digelarnya ritual Yaa Qowiyyu sejak pagi. Usai salat Jumat ritual yang telah berlangsung secara turun temurun sejak zaman Ki Ageng Gribig itu, diawali dengan mengarak 2 gunungan apem jaler (pria) dan estri (putri). Kedua gunungan tersebut sebelumnya disemayamkan selama semalam di kompleks Masjid Besar Jatinom. Selanjutnya keduanya diarak menuju oro-oro kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig.
-
Siapa yang terlibat dalam tradisi ini? Setelah itu, tuan rumah akan mengundang tetangga untuk mengikuti acara kepungan dengan menyantap tumpeng tawon.
-
Bagaimana tradisi Ulur-Ulur dilakukan? Dalam Ritual Ulur-Ulur, masyarakat melakukan upacara berupa memberikan sesaji kepada para leluhurnya.
-
Apa yang terjadi di hajatan? Dua orang pria terlibat keributan di tengah acara hajatan.Terungkap, keduanya ternyata berada di bawah pengaruh alkohol. Seketika, aparat bergerak meringkus hingga mengguyur pelaku dengan air kolam.
-
Dimana tradisi Ulur-Ulur dilakukan? Prosesi upacara dilakukan di Telaga Buret, Dusun Buret, Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat.
-
Siapa yang terlibat dalam kerusuhan ini? Pada saat itu Maroko adalah protektorat Prancis, dan komisaris Prancis untuk Oujda, René Brunel, menyalahkan kekerasan yang terjadi pada orang-orang Yahudi karena meninggalkan Oujda dan bersimpati dengan gerakan Zionis.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
Usai didoakan oleh ulama, puluhan ribu warga menyerbu 2 gunungan apem tersebut. Tak sampai 10 menit kedua gunungan ludes diperebutkan warga. Untuk mengantisipasi warga yang belum memperoleh apem, panitia menyebar seberat sekitar 4 ton atau sebanyak 38 ribu biji, yang dilakukan dari 2 menara yang sudah dipersiapkan ditengah oro-oro.
"Saya dapat 3 ini. Saya percaya nanti akan mendapatkan keberuntungan dan rezeki selama setahun ke depan," ungkap Rohadi (46) warga Karanganyar.
Sementara itu Camat Jatinom, Anang Widjatmoko mengatakan tradisi Yaa Qowiyyu di Jatinom sudah dilakukan secara turun temurun setiap hari jumat pada bulan sapar.
"Tradisi Yaa Qowiyyu yang artinya 'mohon kekuatan kepada Tuhan' ini sudah berlangsung secara turun temurun sejak zaman Kyai Ageng Gribig. Beliau itu masih mempunyai garis keturunan ke-5 dari Kerajaan Mataram. Desa Jatinom sendiri adalah awal mula tempat bertapanya Kyai Ageng Gribig yang pada saat itu masih berupa hutan jati," paparnya.
Lebih lanjut Anang mengemukakan, Kyai Ageng Gribig, pada waktu ziarah ke Mekkah tepat pada tanggal 15 bulan Sapar, mendapat apem yg masih hangat. Apem tersebut dibawa pulang ke Jatinom untuk. Dibagikan kepada anak cucunya. Dan ternyata apem masih tetap hangat. Tapi berhubung apem buah tangan itu tidak mencukupi untuk anak cucunya maka istrinya membuat apem lagi agar dapat merata pembagiannya. Kemudian Kyai Ageng Gribig memerintahkan kepada warganya agar setiap bulan Sapar menyedekahkan hartanya.
"Itulah sejarahnya, hingga sekarang menjadi tradisi di wilayah kami," pungkasnya. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tradisi ini dilakukan turun-temurun karena dianggap membawa keberkahan
Baca SelengkapnyaWarga percaya bahwa tupeng raksasa tersebut mengandung keberkahan dan kebaikan di dalamnya.
Baca SelengkapnyaTradisi itu berasal dari seorang tokoh syiar Islam di Klaten bernama Ki Ageng Gribig.
Baca SelengkapnyaTradisi penyebaran penganan yang terbuat dari tepung beras tersebut bermula dari Kyahi Ageng Gribig .
Baca SelengkapnyaKue itu merupakan sarana penyebar dakwah di Dusun Wonolelo, Sleman. Sebagian dari mereka percaya makanan itu bisa membuat awet muda.
Baca SelengkapnyaDengan adanya kirab tersebut para pedagang berharap pasar bakal semakin ramai pengunjung.
Baca SelengkapnyaGanjar menyampaikan tradisi Yaa Qowiyyu juga bertujuan untuk menjalin silaturahmi antar tokoh setempat dan masyarakat.
Baca SelengkapnyaDalam waktu singkat, isi gunungan tumpeng habis diserbu masyarakat yang tampak sangat antusias.
Baca SelengkapnyaPawai obor merupakan salah satu tradisi untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan.
Baca SelengkapnyaSemua warga tampak semringah mengarak gunungan ketupat keliling kampung
Baca SelengkapnyaMenjelang perayaan Tahun Baru Imlek yang jatuh pada 10 februari mendatang, permintaan kue keranjang meningkat hingga 20 persen.
Baca SelengkapnyaSalah satu tradisi yang masih terus terselenggara yakni tradisi Penyebaran Apem Yaa Qawiyyu yang sarat dengan kearifan lokal.
Baca Selengkapnya