Perintahkan tembak mati bandar narkoba, Budi Waseso siap tanggung dosa anak buah
Merdeka.com - Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Budi Waseso menyebut hukum di Indonesia kurang tegas dalam hal masalah narkotika. Itu sebabnya, Indonesia menjadi negara jujugan bagi 11 negara penyuplai obat-obat terlarang.
Negara-negara aktif penyuplai narkotika, termasuk Malaysia dan Singapura yang menjadi transit tersebut, kata Buwas sapaan akrab Budi Waseso ada yang langsung masuk ke Indonesia.
"Tetapi ada yang transit dulu di dua negara, yaitu Malaysia dan Singapura," katanya di kantor Bea dan Cukai Wilayah Jawa Timur di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Kamis (11/1).
-
Dimana kasus narkoba jaringan internasional ini dibongkar? Ditresnarkoba Polda Metro Jaya berhasil membongkar kasus peredaran narkoba jaringan internasional yang beroperasi di Malaysia-Riau-Jakarta.
-
Dimana buronan ditangkap? Direktur Reskrimum Polda Jambi Komisaris Besar Polisi Andri Ananta di Jambi, Jumat, mengatakan tim Resmob Jatanras Polda Jambi menangkap DPO berinisial ARS (20) itu di Jakarta pada Kamis (28/3) malam.
-
Siapa saja yang menjadi tersangka? Chandrika Chika dan lima orang rekannya telah resmi dijadikan tersangka dalam kasus penyalahgunaan narkoba.
-
Siapa yang ditetapkan tersangka dalam korupsi Bansos Jokowi? Pada kasus ini, satu orang telah ditetapkan menjadi tersangka yakni Direktur Utama Mitra Energi Persada sekaligus Tim Penasihat PT Primalayan Teknologi Persada tahun 2020, Ivo Wongkaren, alias IW.
-
Siapa yang diduga sebagai sumber kebocoran data PDN? 'Kpd Yth @meutya_hafid pimpinan Komisi 1 DPR, kami mendapatkan data telak nan luar biasa bahwa kebocoran PDN diduga kuat berasal dari orang dalam sejak 11 Oktober 2022. Nama'y: Dicky Prasetya Atmaja. Dia bekerja di LintasArta. Dialah saksi mahkota, kok bisa? Thread! (``,)' tulisnya.
-
Siapa yang terlibat dalam penipuan ini? Ia dituduh sebagai kaki tangan Barbara, namun tampaknya sangat bersedia untuk bersaksi melawan istrinya itu dengan imbalan hukuman yang lebih ringan.
Sayang, Buwas tidak menyebut nama-nama 11 negara (di luar Malaysia dan Singapura) yang dimaksud. Dia hanya menegaskan, bahwa suplay narkotika yang dilakukan di Malaysia sangat kecil.
Dia menjelaskan, narkotika jarang di Malaysia karena hukuman bagi pengedar narkotika sangat berat dan tegas: hukuman mati. Berbeda dengan Indonesia yang dinilainya masih kurang tegas. Akibatnya, para pengedar narkoba, terutama sabu-sabu, masih 'bergentayangan'.
"Contoh kasus Fredi Budiman. Setelah tiga kali divonis, baru menjalani hukuman mati. Seharusnya setelah proses inkra, langsung eksekusi dan tidak perlu diumumkan," tegasnya.
Sebab ketika diumumkan, dia menambahkan, akhirnya yang dibahas masalah hak asasi, keluarga, dan sebagainya. "Tetapi tidak membahas kejahatannya,"keluhnya.
"Oleh sebab itu, cara lain untuk membuat jera adalah menembak mati para pengedar. Sebab, pengedar narkoba sudah termasuk kejahatan luar biasa."
Para pelaku, tandas Buwas, diibaratkan seperti orang gila. Sehingga, untuk menumpasnya harus dengan cara-cara 'gila'. "Saya perintahkan anak buah saya untuk tembak mati. Kalau takut dosa, saya yang akan bertanggung jawab pada Tuhan," tegasnya.
Buwas juga menceritakan kedatangannya ke Surabaya ini dalam rangka meninjau kasus tembak mati dua bandar narkoba di wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya beberapa hari lalu.
Buwas mengaku, sebenarnya dia sudah mengetahui jaringan internasional asal Malaysia yang menjadi pemasoknya dua tersangka. Hanya saja, keberadaanya sulit ditemukan karena ada yang membocorkan.
"Kita tahu pemasoknya. Sampai sekarang masih melakukan suplai, tali sulit kita temukan. Karena ada mata-mata dari sini. Kita tunggu saja apesnya," ucapnya.
Seperti diketahui, pekan lalu, tim gabungan dari BNN, Bea dan Cukai, serta TNI mengembangkan kasus tembak mati dua pengedar narkoba di Pelabuhan Tanjung Perak dengan barang bukti 7 kg sabu-sabu dikemas dalam popok bayi. Hasilnya, empat pelaku berhasil ditangkap.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Informasi Sosok Syahduddi tak menutup kemungkinan akan mendalami jaringan lain dari Murtala.Big Bos Jaringan Narkoba Murtala di Malaysia sudah Dipegang Polisi
Baca SelengkapnyaMurtala telah mengirimkan DP ke jaringanya di Malaysia sebesar Rp7,5 miliar
Baca SelengkapnyaKetiga pelaku mengedarkan narkoba berasal dari jaringan peredaran sabu-sabu dari Malaysia.
Baca SelengkapnyaBarang bukti tersebut terdiri dari 50 kilogram yang berasal dari Malaysia dan 107 kilogram dari Myanmar.
Baca SelengkapnyaUntuk 1 kilogram sabu yang diedarkan imbalannya Rp20-30 juta
Baca SelengkapnyaEmpat orang, dua perempuan dan dua laki-laki diamankan, sedangkan satu DPO warga negara asing
Baca SelengkapnyaTertangkapnya Murtala menjadi tugas besar bagi aparat untuk mengungkap jaringan lain.
Baca SelengkapnyaPolisi juga masih mendalami motif Murtala kembali mengedarkan narkotika jenis sabu karena kebutuhan ekonomi.
Baca SelengkapnyaBeragam modus penyelundupan narkoba jaringan internasional berhasil dibongkar
Baca SelengkapnyaPenangkapan dilakukan di dua lokasi berbeda, dimana salah satu tersangka ada pegawai Lapas.
Baca SelengkapnyaTim gabungan mendatangi rumah pelaku di Jalan Beringin Raya, Lorong Kayu Ara, Kecamatan Ilir Timur III Palembang
Baca SelengkapnyaNarkoba ini merupakan hasil penindakan kasus peredaran narkotika jaringan internasional Malaysia-Thailand-Aceh-Indonesia dalam kurun tiga bulan terakhir.
Baca Selengkapnya