Perjuangan Diah Anggraeni, Jadi TKW Ingin Ubah Nasib Keluarga Justru Disekap Majikan
Merdeka.com - Keluarga tidak pernah mengetahui keberadaan Diah Anggraeni, tenaga kerja wanita (TKW) sejak keberangkatannya mencari kerja tahun 2006 ke Amman, Jordania. Keluarga tidak pernah mengetahui teman atau agen penyalur yang memberangkatkannya.
Dulu, Diah hanya pamit akan mencari pekerjaan guna mengubah nasib keluarganya agar lebih baik. Diah adalah anak pertama dari sembilan bersaudara.
Saat berangkat meninggalkan rumah, ayah dan suaminya belum lama secara berturut-turut meninggal dunia karena sakit diabetes. Diah dikaruniai satu anak perempuan yang saat ini sudah memasuki usia remaja.
-
Apa bantuan yang dikabarkan dibagikan ke TKI? Beredar informasi di media sosial mengatasnamakan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), akan memberikan bantuan sosial (bansos) tahun 2023-2024 uang sebesar Rp150 juta kepada setiap Pekerja Migran Indonesia.
-
Siapa yang menginformasikan kejadian tersebut? Dari informasi yang dibagikan oleh sang adik, Olivia Zalianty, Marcella mengalami kejadian tidak menyenangkan ketika sedang menjalani latihan untuk pementasan Malahayati.
-
Bagaimana Pemprov DKI membantu pendatang baru mendapatkan pekerjaan? Pemprov DKI menyediakan 10 pelatihan, misalnya pelatihan tata boga, bahasa Inggris, bahasa Jepang, dan menyetir.
-
Apa yang dilakukan Kemensos di Tulungagung? Kementerian Sosial berkolaborasi memberikan pelayanan operasi katarak bagi PPKS lanjut usia (lansia) di Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur, menggandeng Pemkab Tulungagung, RSUD Dr. Iskak, YPP, SCTV, Indosiar serta Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI).
-
Siapa yang memberikan pembekalan kepada Diah Permatasari? Diah mengaku tak pernah terbayang bahwa ia akan menjadi salah satu peserta yang mengikuti pembekalan sebagai istri peserta PPSA dan mendapatkan arahan langsung dari Gubernur Lemhannas.
-
Dimana PKL itu direlokasi? PKL itu sebelumnya berdagang di trotoar rumah sakit.
"Tidak tahu (teman dan agennya). Pamit kerja. Aku arep ngubah nasib (aya akan mengubah nasib), melihat keadaan seperti itu. Bapaknya meninggal, setelah 40 harinya berangkat," kata Prapti Utami (53), ibu dari Diah Anggraeni di rumahnya, Jalan RE Martadinata Gang 6 RT 15 RW 02 Kelurahan Kotalama, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Selasa (12/2).
Salah satu adik kandung Diah, Windi Asriati (27), menceritakan saat kakaknya meninggalkan rumah, usianya baru belasan tahun, duduk di kelas 2 SMP. Windi anak keenam dari 9 bersaudara tidak pernah mengetahui terkait dokumen keberangkatan dan lain-lainnya.
"Saya nggak nggeh. Dia berangkatnya bagaimana, dengan siapa, prosedurnya bagaimana. Saya nggak tahu, setahuku dia berangkat kerja jauh. Gitu saja. Ibu juga cuma cerita, kerja jauh. Pingin bangun rumah. Gitu saja," katanya.
Diah hanya lulus Sekolah Dasar (SD) dan sebelumnya pernah bekerja sebagai penjaga toko barang pecah belah di pasar. Di mata Windi, kepergian kakaknya itu karena baktinya kepada orang tua.
"Karena orangnya bakti pada orang tua. Waktu dulu hanya faktor ekonomi gitu saja," tegasnya.
"Suaminya sudah meninggal. Makanya dia berangkat setelah suaminya meninggal, dan bapaknya meninggal. Anaknya baru satu, masih kecil, itu juga yang mungkin jadi pertimbangannya," urainya menambahkan.
Windi juga memastikan, foto-foto dari KBRI yang tampil di sejumlah media online adalah kakaknya yang sudah 12 tahun hilang kontak. Foto itu juga sudah diterimanya lewat pemberitahuan melalui kelurahan dan Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) di Kota Malang.
"Benar itu. Foto resmi yang dishare dari Kementrian. Bener itu," tegasnya.
Diah bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT) dan tidak mendapatkan gaji dari majikannya. Korban juga mendapat perlakuan kurang manusiawi, salah satunya penyekapan dan hanya bisa mandi sebulan sekali.
Saat ini, Diah berada di KBRI Jordania untuk menyiapkan proses kepulangan ke Indonesia. Keluarga mengaku lega setelah mendapat kabar Diah selamat pada Desember 2018 lalu.
"Cuman tahu keadaannya seperti apa. Dikabari lewat Kelurahan dan P4TKI, belum pernah lewat telepon langsung," tegas Windi.
Keluarga Berharap Diah Segera Pulang
Keluarga berharap Diah Anggraeni bisa segera dipulangkan ke Kota Malang, ke tempat tinggalnya setelah 12 tahun tanpa kabar.
"Aku ora ngopeni duwete, pokoke wonge mulih ae wis seneng. Wonge jedul kene seneng aku (Saya tidak memikirkan uangnya, pokok orangnya pulang saja sudah senang. Orangnya sampai rumah, sudah senang)," katanya.
"Kulo sakniki pokoke wangsul, pun (Sekarang pokoknya pulang, sudah)," tambah Prapti Utami (53), ibu dari Diah Anggraeni menegaskan.
Diah menjadi korban penyekapan dan 12 tahun gajinya tidak dibayar oleh majikannya. Korban berhasil lolos dan meminta perlindungan di KBRI di Jordania, Desember 2018 lalu.
"Mbak Diah mungkin dapat kesempatan keluar dari rumah, tetapi kita tidak tahu pastinya. Tetapi dari KBRI kabarnya memang begitu. Persisnya tidak tahu, pokoknya laporan ke KBRI, pingin pulang ke Indonesia," kata Windi.
Berdasarkan keterangan yang diperoleh Windi dari KBRI, kakaknya masih punya sisa bayaran di majikannya USD 9.000. Selain itu, memiliki tangungan izin tinggal (Kitas) dari 2014 yang belum dibayarkan oleh majikan kepada Pemerintah Jordania.
"Sisa bayaran kalau sudah dibayar majikannya baru bisa pulang. Kendalanya itu saja. Izin tinggalnya dari 2014 sampai sekarang belum dibayar sama majikannya," katanya.
Keluarga selama ini mendapatkan perkembangan informasi tentang Diah dari kelurahan setempat. Petugas kelurahan akan memberikan kabar setelah mendapat perkembangan terbaru dari Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) di Kota Malang.
"Kalau misalkan itu bisa dilunasi, bisa pulang. InsyaAllah bulan ini pulang. Kondisinya sekarang di KBRI dan seluruh proses pemulangan dibantu KBRI. Alhamdulillah selamat, sehat," jelasnya.
Selain itu, keluarga berikhtiar mendatangi banyak 'orang pinter' atau dukun agar Diah Anggraeni segera pulang. Bahkah foto-foto Diah sudah banyak diberikan ke mereka.
"Foto telas, kulo damel ngolek-ngolek (Foto habis, saya pakai cari-cari doa). Kalau mencarikan sambil bawa foto, sampai ke Sumenep Madura. Dicari-carikan agar bisa pulang," kata Prapti.
Prapti sendiri dalam kondisi kurang sehat karena baru sakit. "Saya mikir, anakku di mana, tidak ada kabarnya. Nggak ngerti. Mikirnya masih bekerja," tegasnya.
Keluarga terus berupaya mencari keberadaan Diah bahkan sejak tiga tahun pergi ke luar negeri.
"Dicari tetapi secara supranatural, ke orang pintar, gitu saja. Tidak tahu kalau ke luar negeri. Pamitnya kerja gitu saja, untuk mengubah nasib. Langsung hilang komunikasi. Sekitar setelah 3 tahun, mencari ke orang pinter. Saya dibilang suruh ke sana, saya ke sana. Usahanya nyari-nyari, selebihnya diserahkan kepada Yang di Atas," katanya.
Keluarga optimis Diah masih berada di suatu tempat, kendati belum diketahui kabarnya.
"Kita pihak keluarga, tidak pernah berpikir (sudah meninggal). Insya Allah di sana, karena kita termasuk orang percaya itu, Insya Allah walau berada di manapun selamat. Allhamdulillah ternyata Yang Di Atas mendengar doa kita. Jadi dikasih jalan itu tadi," ungkap Windi.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ekspresi sedih dan bingung terlihat jelas di wajah perempuan berjilbab kuning itu.
Baca SelengkapnyaSeorang TKI asal Nusa Tenggara Timur (NTT) bernasib malang saat bekerja di Malaysia.
Baca SelengkapnyaKapolri perintahkan anggotanya untuk membebaskan ibu yang disekap dan dijadikan budak seks di Dubai.
Baca SelengkapnyaPemkab Kediri jamin warganya aman dari kasus perdangan orang.
Baca SelengkapnyaLaporannya tak kunjung ditindaklanjuti, Herawati mengadu ke Kapolri melalui media sosial. Ternyata cara ini membuat sang pelaku tertangkap.
Baca SelengkapnyaKasus PMI Non Prosedural ini kerap terjadi karena iming-iming keberangkatan yang mudah, tidak membutuhkan pelatihan dan kompetensi bidang.
Baca SelengkapnyaMereka diduga berangkat dengan cara ilegal dan menjadi korban perdagangan manusia.
Baca SelengkapnyaBeberapa waktu lalu dunia maya dihebohkan dengan aksi pengemis wanita yang meminta uang dengan bernyanyi 'A Kasihan A'.
Baca SelengkapnyaSetelah korban bekerja sebulan, ia menerima upah yang tak sesuai dengan kesepakatan awal.
Baca SelengkapnyaCerita korban TPPO Disekap Berbulan-Bulan dan Kerja Tanpa Digaji
Baca SelengkapnyaRombongan polisi menemui pemulung dan memberikan bantuan tali asih untuk modal usaha.
Baca SelengkapnyaBerikut momen TKW Indonesia pulang ke Tanah Air diantar langsung oleh bosnya.
Baca Selengkapnya