Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perjuangan haru Ari Wibowo, manusia bersisik ular

Perjuangan haru Ari Wibowo, manusia bersisik ular Ari Wibowo bocah berkulit ular. ©2014 merdeka.com/efendi

Merdeka.com - Nasib Ari Wibowo, (16) tak seberuntung anak seusianya. Dia terlahir dengan kondisi tubuh yang memprihatinkan.

Sejak lahir, Ari mengalami penyakit yang menyerang bagian kulit di seluruh tubuhnya. Kulit Ari bersisik, merekah, dan merah. Orang-orang menyebutnya mirip kulit ular.

Setiap setengah jam, kulit Ari harus dibasahi air sebanyak tiga kali. Selanjutnya diolesi pelembap. Tujuannya, agak tak kaku sehingga dia bisa beraktivitas seperti orang sehat pada umumnya.

Punya kondisi yang berbeda dengan teman-temannya, tak membuat Ari menyerah. Dia tetap semangat menjalani hidup sambil berdoa kondisi ini bisa segera dia lewati sehingga tak dikucilkan di lingkungannya.

Ini cerita perjuangan mengharukan Ari, bocah 'kulit ular' hadapi kerasnya kehidupan:

Untuk biaya kelahiran Ari, keluarga jual TV butut dan kambing

Perekonomian keluarga sedang sulit saat Ari akan lahir ke dunia. Masnah, nenek Ari menceritakan, kisah pilu detik-detik jelang kelahiran Ari."Waktu mau lahir, ibunya sempat dirawat di bidan sini tapi setelah seminggu gak di situ, kabarnya digerebek gak ada izin praktik. Lalu kita bawa ke Rumah Sakit Muhammadiyah habis Rp 1,5 juta, kita jual kambing dan TV butut," kata Nenek Ari, Masnah (58).Masnah menyatakan, setelah dirawat di Rumah Sakit Muhammadiyah, Ari dirujuk untuk dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Hal itu karena kondisinya yang tak kunjung sehat seperti bayi pada umumnya."Terus Ari dioper ke Rumah Sakit Harapan Kita, diinkubator. Kondisinya waktu itu kaya daging merah, kayak ayam dikeset," terang dia.Lanjut dia, saat akan dibawa pulang pihak rumah sakit meminta uang tebusan jutaan. Pihak keluarga pun mencoba meminta keringanan saat itu."Waktu itu kita harus nebus RP 3 juta cuma dirawat sebulan. Kita dikasih keringanan seratus ribu saja," ujar dia.

Jadi penjaga warnet untuk beli salep kulit

Ari tak berdiam diri dengan keadaan. Dia tetap melakukan aktivitasnya seperti biasa.Saban hari, dia menjaga warnet tantenya. Ari memanfaatkan pekerjaannya untuk menuangkan hobi menggambarnya.Dari adiknya, Ari 'mencuri' ilmu bagaimana operasikan sebuah komputer. Tanpa bantuan sekolah formal, Ari ternyata mampu menguasainya."Belajar sama adek namanya Aris. Awalnya main game cacing-cacingan itu," kata Ari saat berbincang santai dengan merdeka.com, di kawasan Tangerang Selatan, Jumat (26/9).Meski jago mengopreasikan komputer, Ari tak doyan main game online. Dia memilih kegiatan yang lebih menantang di depan komputer, yakni membuat gambar."Suka menggambar juga dengan komputer. Bikin gambar dengan paint lewat komputer," terang dia.Hasil dari menjaga warnet dia gunakan untuk membeli jajan. Selain itu juga dipakai membeli salep pelembap."Duitnya buat jajan saja. Beli obat juga iya," pungkas dia.

Ingin jadi tentara penumpas penjajah

Meski lahir dengan kondisi tubuh memprihatinkan, Ari tetap punya semangat dan cita-cita. Dia ingin kelak menjadi tentara.Ari mengaku terkesan dengan jasa tentara dalam mengusir penjajah. "Cita-cita ingin jadi tentara. Itu karena melawan penjajah Belanda," kata Ari di Tangerang.Ari berharap kondisinya cepat pulih seperti manusia normal. Dengan begitu dia dapat mengejar citaa-citanya.

Tak diterima sekolah formal, Ari pilih pendidikan Islam

Ari Wibowo tak sempat mengenyam pendidikan formal. Tak ada sekolah yang mau menerima akibat kelainan pada kulitnya."Saya daftarin di salah satu SD di Pondok Pucung sama MI Baitus Salam Tegal Rotan. Mereka enggak ada yang mau nerima," kata Nenek Ari, Masnah.Masnah menyatakan, kepala sekolah salah satu SD di Pondok Pucung takut siswa lain kabur melihat Ari. Kepala Sekolah MI Baitus Salam Tegal Rotan juga menolak dengan alasan Ari tak mampu mengikuti pelajaran anak-anak normal."Kata kepala sekolah SD, entar gara-gara anak satu anak (Ari Wibowo) yang lain pindah. Kalau Kepala Sekolah MI Baitus Salam bilang entar ketinggalan pelajaran," terang dia.Lanjut dia, akibat penolakan itu, Masnah mencari alternatif agar Ari tetap mengenyam pendidikan. Ari pun diajarkan mengaji Al-Quran. "Saya akhirnya panggil guru ngaji setahun cuma saya bayar Rp 200 ribu per bulan. Sekarang ngaji TPA sendiri bayarnya dua puluh ribu sebulan," ujar dia.

Jago baca Alquran dan melukis

Meski tak diterima sekolah di institusi pendidikan formal, Ari tak berhenti mencari ilmu. Ari kini mengikuti pendidikan agama di kampungnya."Ari sudah bisa baca Al Quran, sekarang tingkat Jus Amma ngaji di Majelis Taklim Nurul Anwar ini. Saya kasian awalnya mau sekolah ditolak jadi di sini saya persilakan buat mengaji," kata guru ngaji Ari, Fatimah.Fatimah menyatakan awalnya santrinya takut dengan keadaan Ari. Namun, lambat-laun mereka terbiasa dengan keadaan Ari tersebut. "Kalau awal-awal pada berhenti takut (santri lain). Alhamdulillah lama-kelamaan gak ada yang takut, sudah enam tahunan ngajinya," terangdia.Neneknya menambahkan, Ari juga punya bakat menggambar. Karena itu, keluarga berharap Ari dapat bersekolah di bidang seni lukis. "Dia kan bisa gambar, gambar pakai pensil bagus. Pengennya disekolahin lukis, keahliannya kayaknya itu," harap Masnah.

(mdk/ded)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Muka Bonyok Penuh Luka dan Perban, Bintara Polri ini Gigih Ikut Tes Perwira, Hasilnya di Luar Dugaan
Muka Bonyok Penuh Luka dan Perban, Bintara Polri ini Gigih Ikut Tes Perwira, Hasilnya di Luar Dugaan

Salut! Kisah seorang Bintara Polri tetap gigih untuk ikut Tes Perwira meski babak belur usai kecelakaan di perjalanan. Berikut selengkapnya.

Baca Selengkapnya
Hidup dalam Keterbatasan, Bripka Ari Tidak Pernah Absen saat Tugas, Sampai Dapat Penghargaan Setiap Tahun
Hidup dalam Keterbatasan, Bripka Ari Tidak Pernah Absen saat Tugas, Sampai Dapat Penghargaan Setiap Tahun

Sebuah video memperlihatkan Polisi berpangkat Bripka yang difabel tapi tetap rajin bekerja.

Baca Selengkapnya
Kisah Nabi Ayub dan Berbagai Ujiannya, Ajarkan Kesabaran dan Ketabahan Hati
Kisah Nabi Ayub dan Berbagai Ujiannya, Ajarkan Kesabaran dan Ketabahan Hati

Nabi Ayub mendapatkan banyak ujian namun tetap sabar dan tabah.

Baca Selengkapnya
Hanya Punya Satu Tangan, Perjuangan Driver Ojol Ini Bikin Bule Tersentuh
Hanya Punya Satu Tangan, Perjuangan Driver Ojol Ini Bikin Bule Tersentuh

Kisah driver ojek online difabel viral di media sosial. Kisahnya yang pantang menyerah buat terkesan salah satu bule.

Baca Selengkapnya
Ibu Rumah Tangga Lulusan Kedokteran Hewan Ini Pilih Dagang Kue Lumpur Bakar, Kini Sukses Punya 9 Cabang
Ibu Rumah Tangga Lulusan Kedokteran Hewan Ini Pilih Dagang Kue Lumpur Bakar, Kini Sukses Punya 9 Cabang

Dengan melibatkan yang maha kuasa, kesulitan dalam menjalankan usahanya bisa teratasi.

Baca Selengkapnya
Kegigihan Ayat Suci jadi Anggota Polisi, Dua Kali Gagal kini Tes Pakai Sepatu Jebol jadi Sorotan Komandan
Kegigihan Ayat Suci jadi Anggota Polisi, Dua Kali Gagal kini Tes Pakai Sepatu Jebol jadi Sorotan Komandan

Tak ada kata menyerah di kamus hidup sosok pemuda asal Aceh Barat berikut ini.

Baca Selengkapnya
Tak jadi Halangan Raih Cita-Cita, Remaja Disabilitas jadi Siswa Seba Polri Ikuti Latihan Penuh Percaya Diri
Tak jadi Halangan Raih Cita-Cita, Remaja Disabilitas jadi Siswa Seba Polri Ikuti Latihan Penuh Percaya Diri

Kisah inspiratif siswa Bintara Polri disabilitas tetap semangat menempuh pendidikan di tengah keterbatasan fisik.

Baca Selengkapnya
Kisah Haru Pak Aris, Pak Ogah di Yogyakarta yang Hidup Sebatang Kara dengan Keterbatasan Tubuh
Kisah Haru Pak Aris, Pak Ogah di Yogyakarta yang Hidup Sebatang Kara dengan Keterbatasan Tubuh

Kisah haru Pak Aris, pak ogah di Yogyakarta yang hidup sebatang kara dengan keterbatasan tubuh atau disabilitas.

Baca Selengkapnya
Tiga Kali Gagal, Cerita Letda Hiras Anak Petani Lulusan Terbaik Pa PK di TNI AD 'Dari Kampung, Ortu Sampai Berlinang Air Mata'
Tiga Kali Gagal, Cerita Letda Hiras Anak Petani Lulusan Terbaik Pa PK di TNI AD 'Dari Kampung, Ortu Sampai Berlinang Air Mata'

Tak ada perjuangan dan kerja keras yang terbuang percuma. Sosok perwira TNI muda yang satu ini buktinya.

Baca Selengkapnya
Kembalinya Tawa Sukarno, Dulu Minder Kaki Diamputasi Kini Bangkit Sabet Medali
Kembalinya Tawa Sukarno, Dulu Minder Kaki Diamputasi Kini Bangkit Sabet Medali

Di tengah keterbatasan, sosok Sukarno begitu menginspirasi di Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII Solo 2024.

Baca Selengkapnya
Belajar dari Syarif, Guru Ngaji Difabel di Lebak yang Semangat Berbagi Ilmu Agama di Tengah Keterbatasan
Belajar dari Syarif, Guru Ngaji Difabel di Lebak yang Semangat Berbagi Ilmu Agama di Tengah Keterbatasan

Sosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.

Baca Selengkapnya