Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Perjuangan hidup ibu-ibu buruh gendong Pasar Beringharjo Yogya

Perjuangan hidup ibu-ibu buruh gendong Pasar Beringharjo Yogya ibu-ibu tangguh di pasar Beringharjo. ©2015 Merdeka.com/kresna

Merdeka.com - Pagi-pagi buta Paila (46) sudah bangun. Dipacunya sepeda motor menuju terminal Kulonprogo. Setelah menitipkan motornya, dia kemudian langsung naik bus ke terminal Giwangan Yogyakarta, lalu menyambung perjalanan ke Pasar Beringharjo dengan bus lagi.

Jam baru menunjukan pukul 06.30 WIB, dia langsung bergegas ke lantai dua pasar Beringharjo. Selendang sebagai alat kerjanya sudah dikalungkan pada lehernya. Sampai di lantai dua, dia pun mulai mengangkut barang-barang dagangan pembeli dan juga penjual yang membutuhkan bantuan.

"Begini ini sehari-hari. Lha cuma buruh gendong begini paling sehari mentok dapat Rp 50 ribu," kata Paila yang akrab juga dipanggil Menuk saat ditemui merdeka.com, Selasa (22/12).

Orang lain juga bertanya?

Paila adalah seorang ibu dari dua anak. Anak pertamanya Karmin (20) sudah menikah sedangkan anak keduanya Gonang (16) putus sekolah dan kini bekerja sebagai buruh serabutan.

Di hari ibu yang jatuh pada hari ini, 22 Desember, Paila tidak merasakan ada yang istimewa baginya. Dia tetap harus bekerja untuk mencari sesuap nasi.

"Saya malah nggak tahu kalau ini hari ibu. Ya, tahunya hari Selasa, wayahe (saatnya) kerja ya kerja," ungkapnya.

Setelah tahu jika hari ini adalah hari ibu, dia merasa tidak perlu diperlakukan spesial. Sebab baginya, apa yang dilakukan ibu pada anaknya adalah kewajiban.

"Lha nggak usah, saya itu yang penting anak saya bisa dapat kerja enak, jangan jadi buruh gendong seperti saya. Biar cukup saya saja yang susah, anak saya jangan," tuturnya.

Hal serupa juga diungkapkan oleh Wartimen (66) warga Sorolaten, Godean yang juga buruh gendong di pasar Beringharjo. Di hari ibu ini dia sama sekali tidak berharap apa-apa untuk dirinya. Dia justru berharap kedua anaknya yang sudah menikah bisa hidup dengan layak.

"Anak saya itu SD saja nggak lulus, ya kerjanya juga jadi buruh. Kalau boleh berharap, pengennya anak saya hidupnya enak, kerjanya enak," katanya.

Meski hidup pas-pasan dari hasil sebagai buruh gendong, dia tidak pernah mengeluh pada anaknya. Sebagai ibu, baginya sudah merupakan kewajiban untuk membahagiakan anaknya.

"Dulu waktu anak saya masih kecil-kecil saya sudah jadi buruh gendong. Tapi nggak mau anak saya tahu kalau saya kerjanya capek begini. Tahunya mereka bisa tercukup. Tapi pas SD malah milih berhenti sekolah, terus kerja bangunan. Nggak tegel sama orangtuanya kerja begini," terangnya. (mdk/cob)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Pahit Getir Kehidupan Masyarakat di Kampung, Cari Uang Rp50 Ribu Jadi Kuli Panggul Kayu
Pahit Getir Kehidupan Masyarakat di Kampung, Cari Uang Rp50 Ribu Jadi Kuli Panggul Kayu

Dua pria yang sudah tak muda ini harus mengangkat kayu puluhan kilo setiap hari hanya untuk mendapatkan bayaran Rp50 ribu.

Baca Selengkapnya
Demi Memenuhi Kebutuhan Ekonomi, Pria Ini Rela Bekerja di Bawah Tanah Bikin Pawon
Demi Memenuhi Kebutuhan Ekonomi, Pria Ini Rela Bekerja di Bawah Tanah Bikin Pawon

Sebuah video memperlihatkan beberapa pria yang rela bekerja di bawah tanah membuat pawon demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

Baca Selengkapnya
Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit
Kisah Kehidupan Warga di Desa Terpencil di Wonogiri, Cari Rumput Harus Jalan Naik Turun Bukit

Mayoritas warga di sana merupakan petani yang menggarap lahan tadah hujan. Kalau musim kemarau lahan itu dibiarkan kosong.

Baca Selengkapnya
Viral Kisah Wanita Tetap Bertahan Bekerja dengan Gaji di Bawah UMR, Alasannya Bikin Haru
Viral Kisah Wanita Tetap Bertahan Bekerja dengan Gaji di Bawah UMR, Alasannya Bikin Haru

Ia mengungkapkan alasannya tetap bertahan di pekerjaan tersebut.

Baca Selengkapnya
Sedih, Kisah Sosok Wanita Buka Warung di Tengah Hutan 24 Jam
Sedih, Kisah Sosok Wanita Buka Warung di Tengah Hutan 24 Jam

Seorang wanita paruh baya pilih berjualan di tengah hutan dan gunung selama 24 jam sehari untuk penuhi kebutuhan keluarganya.

Baca Selengkapnya
Selamatkan Gerobak saat Hujan Lebat, Aksi Pedagang Keliling Ini Banjir Simpati
Selamatkan Gerobak saat Hujan Lebat, Aksi Pedagang Keliling Ini Banjir Simpati

Akun Instagram @suarasemangat menunjukkan bagaimana para pedagang rela basah kuyup demi menyelamatkan dagangannya

Baca Selengkapnya
⁠Demi Biaya Pendidikan Anak di Bangku Kuliah, Wanita Penjaga Warung Rela Menjadi Tukang Pijat
⁠Demi Biaya Pendidikan Anak di Bangku Kuliah, Wanita Penjaga Warung Rela Menjadi Tukang Pijat

Sebuah video memperlihatkan seorang perempuan yang rela jadi tukang pijat demi anak sekolah.

Baca Selengkapnya
Demi Memenuhi Kebutuhan Keluarga, Para Nelayan Ini Rela Kehujanan di Kapal dan Terombang-ambing di Tengah Laut
Demi Memenuhi Kebutuhan Keluarga, Para Nelayan Ini Rela Kehujanan di Kapal dan Terombang-ambing di Tengah Laut

Potret kehidupan nelayan di tengah laut saat mencari ikan. Terombang-ambing saat hujan badai.

Baca Selengkapnya
Curhat Buruh di Yogyakarta saat May Day: Susah dengan Gaji Kecil Bisa Beli Rumah
Curhat Buruh di Yogyakarta saat May Day: Susah dengan Gaji Kecil Bisa Beli Rumah

Sejumlah serikat buruh di Yogyakarta memperingati Hari Buruh atau May Day

Baca Selengkapnya
Demi Biaya Pendidikan Anak, Janda ini Nekat Buka Warung di Tengah Hutan Jati Selama 12 Tahun
Demi Biaya Pendidikan Anak, Janda ini Nekat Buka Warung di Tengah Hutan Jati Selama 12 Tahun

Dia begitu berani berjualan di warung miliknya yang terletak di tengah hutan belantara.

Baca Selengkapnya
Hidup dari Uang Recehan di Putaran Jalan
Hidup dari Uang Recehan di Putaran Jalan

Keberadaan Pak Ogah dan banyaknya kendaraan yang berputar balik, dinilai menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan ibu kota.

Baca Selengkapnya