Perjuangan Masita, ibu difabel ingin anaknya bersekolah tinggi
Merdeka.com - Fisik Masita (41) memang tak sempurna. Tapi kasih sayangnya sebagai ibu tak kurang sedikitpun. Perempuan ini terlahir sebagai penyandang disabilitas. Dua kaki dan tangan kanannya jauh dari sempurna.
Namun, Masita tetap bisa menjadi seorang ibu. Setelah menikah dengan Djasman, pria yang juga penyandang cacat, mereka dikaruniai seorang putra normal yang diberi nama Fajar Ramadhan.
Saat Fajar berusia 3 tahun, ayahnya meninggal dunia. Sebenarnya, keluarga Djasman ingin merawat balita yatim itu, namun Masita tegas menolak.
-
Bagaimana ibu menunjukkan kasih sayang kepada anaknya? 'Cintaku padamu bisa membentang di dunia ini berkali-kali lipat. Bahkan ketika dunia tidak berpihak padamu, cintaku padamu akan tetap terbentang luas.'
-
Bagaimana cara ibu menunjukkan rasa sayang? Kata maaf seorang ibu kepada anakanya sangat penting dalam hubungan ibu dan anak. Kata maaf ini bukan sekadar bentuk penyesalan, tapi juga menggambarkan rasa sayang, hormat, jujur, dan tanggung jawab seorang ibu pada anaknya.
-
Kata apa yang menggambarkan kasih ibu? Hanya memberi, tak harap kembali. Bagai sang surya, menyinari dunia.
-
Apa yang membuat ibu istimewa? Ibu yang sangat mencintaimu mendengar apa yang kamu katakan bahkan memahami apa yang belum engkau katakan.
-
Bagaimana cara ibu menunjukkan rasa cintanya kepada anaknya? Ibu sebisa mungkin akan aku balas pengorbananmu. Kalau ada yang mengganggumu jangan segan bilang kepadaku
-
Bagaimana SalingJaga Ibu Berdaya membantu ibu? Terlepas dari itu, bersama content creator sekaligus momfluencer Dwi Handayani dan Dhannisa Cho, serta dipandu oleh psychotherapist dari Sanggar Jiwa Tumbuh, para ibu diajak untuk melakukan body psychotherapy, social dreaming, dan support circle sebagai proses menjaga kesehatan mental serta memproses berbagai emosi yang muncul dalam perjalanan menjadi seorang ibu.
Masita bertekad merawat sendiri Fajar dibantu ayahnya, Sopian (73). Mereka tinggal di rumah sederhana milik keluarga di Jalan Sempurna, Dusun Melati I, Sambirejo Timur, Tembung, Percut Sei Tuan, Deliserdang, Sumatera Utara.
Untuk kebutuhan sehari-hari, Masita dan ayahnya terus berjuang. Perempuan ini terkadang harus membantu tetangga membelikan sayur-mayur. Setiap pagi Masita pergi ke pasar.
Sepulangnya, setelah mengantarkan pesanan tetangga, dia diberi upah. Ada yang membayarnya dengan uang, ada pula yang memberikan beras.
Kehidupan terus berjalan. Fajar kecil harus sekolah. Masita bersikukuh anaknya harus berpendidikan tinggi. Dia tak ingin bocah itu seperti dirinya yang tidak pernah mengecap bangku sekolah.
Masita dan ayahnya kemudian medaftarkan Fajar ke SD Negeri 104204 Sambirejo Timur. "Sekarang SD kan masih gratis, nanti SMP pasti perlu uang. Tapi Fajar harus sekolah," ucap Masita dengan pengucapan yang juga tidak sempurna.
Sejak hari pertama Fajar masuk sekolah, Masita selalu setia mengantar-jemputnya dengan becak mini. Bocah itu diletakkannya di tengah kendaraan beroda tiga itu, sementara sang ibu mengayuh dengan tangan dan kaki kanannya yang kecil.
Rutinitas ini dikerjakan Masita dengan ikhlas setiap hari, sampai Fajar duduk di kelas 4 SD. "Kelas 1 sampai kelas 3 saya antar-jemput terus. Sejak kelas 4 tidak lagi, dia kan sudah mulai besar," jelasnya.
Sekarang Fajar duduk di kelas 5. Tubuhnya bahkan sudah lebih tinggi dari Masita. Tapi, bocah ini mengaku tidak sedikit pun malu pada keberadaan ibunya. Dia justru mengaku sangat sayang pada orang yang mengasihinya itu.
"Sekarang ibu sering kugendong. Kemarin waktu banjir, kugendong," ucapnya sembari mempraktikkannya.
Dia pun berjanji tidak akan meninggalkan ibunya di masa depan. Termasuk jika cita-citanya, yang juga harapan Masita, tercapai nanti. "Aku mau jadi polisi," ucapnya.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ia berpegang pada prinsip bahwa para difabel harus memiliki hak yang sama dengan manusia lainnya
Baca SelengkapnyaIbu Sulistiawati sedang menuruti keinginan anaknya yang bernama Cinta untuk melihat mobil di jalanan.
Baca SelengkapnyaKeterbatasan fisik tak jadi alasan untuk tetap jadi polwan, siswi Sepolwan asal Bangka Belitung ini curi perhatian.
Baca SelengkapnyaSeorang remaja di Garut, Jawa Barat, rela memilih putus sekolah demi merawat ibunya yang mengalami gangguan jiwa.
Baca SelengkapnyaPerjuangan keras harus ia lalui untuk bisa masuk di salah satu kampus terbaik di Indonesia itu.
Baca SelengkapnyaNur Fatia tinggal melangkah satu tahapan lagi untuk mewujudkan cita-citanya menjadi polisi wanita (polwan).
Baca SelengkapnyaUngkapan cinta ibu untuk anak adalah kata-kata yang menggambarkan perasaan sayang, kasih, dan harapan seorang ibu kepada anaknya.
Baca SelengkapnyaSri Setyaningsih pernah menyesal lahir ke dunia dengan kondisi tubuh tidak sempurna. Ia kemudian bangkit dan berhasil mengajak ratusan difabel hasilkan cuan.
Baca SelengkapnyaKasih sayang seorang ibu pada anaknya sungguh besar luar biasa, bahkan tak bisa dibandingkan dengan apapun.
Baca SelengkapnyaPria asal Trenggalek ini pernah bekerja dengan gaji Rp10 ribu per hari
Baca SelengkapnyaOrang tua selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Kisah satu ini contohnya.
Baca SelengkapnyaSosoknya benar-benar sabar menjalani kehidupan. Syarif pun tetap semangat mengajar ngaji anak-anak di kampungnya, meski kondisi tubuhnya kekurangan.
Baca Selengkapnya