Permintaan maaf Bu Ani di Instagram dinilai terlambat

Merdeka.com - Ibu Negara Indonesia, Kristiani Herawati Yudhoyono atau akrab dipanggil Bu Ani merupakan satu-satunya Ibu Negara yang sangat aktif berinteraksi di media sosial, yaitu Instagram.
Keaktifan Bu Ani bahkan disorot oleh media Amerika Serikat, Wall Street Journal. Dalam tulisan yang berjudul "On Social Media, Indonesia's First Lady Gets Up Close and Personal", media terkemuka AS itu mengungkapkan bahwa Ibu Negara telah menjadi sensasi di media sosial di mana aktivitas onlinenya menjadi topik pembicaraan masyarakat luas.
Sejak akrab dengan Instagram April tahun lalu, istri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu berhasil menjaring follower hingga lebih dari 300 ribu. Setiap postingan Bu Ani pun selalu dikomentari banyak pengikutnya, baik positif maupun negatif.
Tak jarang Bu Ani membalas komentar followernya cukup berlebihan sehingga malah makin menjadikannya bulan-bulanan. Namun, hal itu seakan disejukkan dengan permintaan maaf Ibu Negara lewat sebuah postingan yang diberi Judul Bunga Kacapiring (Gardenia jasminoides).
Menurut pengamat komunikasi dari Universitas Indonesia Devie Rahmawati, konten pernyataan Bu Ani di Instagram sebenarnya biasa dan normal saja bila disampaikan dalam konteks (situasi), channel dan culture yang tepat, semisal dalam pertemuan informal terbatas para ibu-ibu pejabat.
Topik pilihan: Presiden SBY | Ani Yudhoyono
"Namun sayangnya, pernyataan tersebut disampaikan di media sosial, sebuah ruang publik yang sangat luas, meskipun secara fisik terlihat sangat pribadi, sehingga setiap pernyataan akan diterima oleh berbagai kalangan dengan latar belakang budaya yang berbeda," ujarnya kepada merdeka.com, Kamis (23/).
Menurut Devie, setiap orang, tidak terkecuali pejabat seperti Bu Ani, harus memahami betul medan komunikasi dari media sosial. Bila tidak, tambahnya, konten yang sebenarnya positif, namun tidak sesuai dengan konteks dan salurannya, dapat membuat seseorang seperti melakukan 'bunuh diri' komunikasi.
Hal lain, yang Bu Ani belum pahami, katanya, media sosial yang merupakan anak kandung dari konsep Direct Respon Marketing, menuntut kecepatan dan ketepatan dalam berkomunikasi.
"Keterlambatan respons terhadap reaksi netizen, menunjukkan bahwa Bu Ani, sekali lagi tidak memahami dunia yang sedang diarungi oleh beliau. Dunia media sosial, ialah dunia percakapan, yang menuntut ketersegeraan," tuturnya.
Bila ini dikaitkan dengan pencitraan, menurut Devie, asumsi ini kemudian menjadi salah satu imajinasi yang timbul di benak banyak orang dalam merespons keterlambatan reaksi Bu Ani.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya