Pernah terseret kasus Bulog, Akbar enggan disamakan dengan Setnov
Merdeka.com - Status tersangka dalam kasus dugaan korupsi yang disandang Ketum Partai Golkar bukanlah hal baru dalam tubuh partai berlambang pohon beringin tersebut. Pada tahun 2002 Ketum Golkar kala itu Akbar Tandjung pun pernah tersandung kasus penyelewengan dana non bujeter Bulog senilai Rp 40 miliar.
Hal inilah yang membuat jajaran petinggi Partai Golkar tak begitu ambil pusing dengan status tersangka yang ditetapkan KPK kepada Setya Novanto. Sebab kala itu, meski telah diputus bersalah dengan hukuman pidana 3 tahun penjara namun bisa membawa Partai Golkar memenangkan pemilu tahu 2004. Meski pada akhirnya, Akbar diputus tidak bersalah pada tingkat kasasi.
Akbar Tandjung pun enggan disamakan dengan kasus Setya Novanto. Mulai dari jenis kasus hingga dampak terhadap pemilu legislatif tahun 2004. Sebab lanjut dia, dilihat dari proses hukum yang dijalani yang berdampak pada elektabilitas Partai Golkar.
-
Apa itu Sengketa Pemilu? Sengketa Pemilu adalah konsekuensi yang mungkin terjadi dalam sistem penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu). Walaupun sistem sudah dirancang sebaik mungkin, kemungkinan pelanggaran yang bisa mencederai kualitas Pemilu masih bisa terjadi.
-
Siapa Ketua Umum Partai Golkar? Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto bersilaturahmi dengan pimpinan ormas Hasta Karya atau pendiri, ormas yang didirikan, dan organisasi sayap partai berlambang pohon beringin, Minggu (6/8/2023).
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
-
Siapa yang dikritik Golkar soal maju Pilgub DKI? Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menyindir, Anies Baswedan yang tengah mempertimbangkan maju kembali di Pemilihan Gubernur Jakarta.
-
Bagaimana Golkar berperan? Pertemuan KTT ke-26 ASEAN-RRT menyepakati pentingnya penguatan kerjasama regional untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan mewujudkan cita-cita Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, terutama dengan adanya upgrading ASEAN-China Free Trade Agreement (FTA) 3.0 dan implementasi penuh Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
-
Siapa yang menjadi tersangka kasus korupsi? Harvey Moeis menjadi tersangka dalam kasus korupsi Tata Niaga Komoditas Timah Wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT Timah Tbk periode 2015-2022.
"Kalau dilihat dari segi kasusnya, tentu berbeda. Sangat berbeda. Apalagi dikaitkan dengan volume dana yang diduga terjadi suatu tindak pidana korupsi yaitu Rp 5,9 triliun biaya APBN untuk e-KTP dan Rp 2,3 triliun kerugian negara," ujar Akbar di kediamannya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Minggu (23/7).
Lebih lanjut mantan ketum Partai Golkar itu berdalih kasusnya tersebut merupakan penyelewengan yang dilakukan oleh Yayasan yang ditunjuk pemerintah. Saat itu pemerintah mengucurkan dana kepada yayasan tersebut untuk membagikan sembako kepada masyarakat. Namun dalam prosesnya terjadi penyelewengan.
"Jadi kan beda sekali. Dan di situ secara pribadi saya tidak ada kaitannya soal Rp 40 miliar, itu karena yang melaksanakan pembagian sembako adalah yayasan. Jadi ya sangat berbeda lah," ungkap Akbar.
Akbar pun meminta semua pihak untuk menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah dan mendengar aspirasi dari publik akan kasus tersebut.
Sementara itu, Akbar mengaku merasa khawatir kasus yang menimpa Setnov bakal memengaruhi Partai Golkar saat Pemilu tahun 2019. Sebab kala dia tersandung kasus penyelewengan Partai Golkar tetap bisa meraih suara terbanyak. Namun dalam kasus yang menimpa Setnov, baru saja ditetapkan sebagai tersangka, elektabilitas partai sudah mulai turun.
"Kalau kita lihat semakin lama surveinya semakin turun, apa kita biarkan? Saya termasuk yang tidak membiarkan. Kita harus mengambil langkah-langkah supaya tren menurun itu tidak terus berjalan," kata Akbar.
Akbar menegaskan pernyataannya tersebut bukanlah sebagai perbandingan antara dirinya dengan Setnov. Sebab dua kasus yang dihadapi Setnov berbeda dengan kasus yang menimpanya kala itu.
"Saya tidak membandingkan dengan zaman saya, cuma kasus dan peristiwanya berbeda. Kalau soal itu (perbandingan kasus korupsi) saya bisa jawab, dan saya enggak mau membandingkan ya (soal prestasi kepemimpinan)," tutup Akbar.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Partai Beringin tua kembali panas. Kini, giliran Airlangga Hartarto memutuskan untuk mundur dari kursi ketua umum Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaBahlil mengakui dekat dengan pemerintah agar bisa mendapat relasi maupun akse
Baca SelengkapnyaKetua KPK menilai putusan sela yang membebaskan Gazalba Saleh menunjukkan kekacauan dalam sistem peradilan.
Baca SelengkapnyaUntuk kesekian kalinya, Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) kalah dalam menghadapi gugatan praperadilan dari sejumlah tersangka atas kasus korupsi.
Baca SelengkapnyaAirlangga menjelaskan naiknya suara Golkar bukan karena bansos
Baca Selengkapnya"Partai yang naik pesat suaranya adalah Golkar, nanti bisa direspons," kata Hakim MK.
Baca SelengkapnyaSikap JK dinilai senior Golkar terkait munaslub tidak konsisten kepada Airlangga dan Setya Novanto.
Baca SelengkapnyaPeristiwa tersebut, dilakukan Presiden Jokowi jauh sebelum Pemilu 2024 berlangsung
Baca SelengkapnyaDinamika Partai Golkar sering terjadi pergantian pimpinan partai baik dalam konteks murni munas maupun melalui munaslub.
Baca SelengkapnyaBahlil menyinggung, Ketum Golkar tidak melulu harus menjadi calon presiden.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) buka suara terkait pernyataan mantan Ketua KPK Agus Rahardjo yang diminta di untuk memberhentikan kasus e-KTP.
Baca Selengkapnya