Persaingan pengemis di Istiqlal, ancam saling bunuh
Merdeka.com - Persaingan mencari rezeki dan pengaruh memang tak pernah memandang profesi. Termasuk di dalam dunia pengemis sekalipun. Pengemis senior menjadi penguasa wilayah. Bumbu persaingan pun diwarnai ancaman pembunuhan.
Seperti dituturkan Atika (40), pengemis yang merasa terganggu oleh ulah rekan seprofesinya, yang disebutnya Mama Zahra. Atika menganggap Mama Zahra, bermulut besar dan suka mengaku sebagai orang terlama di Masjid Istiqlal.
"Saya nih yang paling lama. Tanya sama yang lainnya. Saya dari 2003 sudah di sini," kata Atika saat berbincang dengan merdeka.com di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (17/7).
-
Siapa saja pengemis kaya raya di Indonesia? Berikut ini 5 pengemis yang ternyata kaya raya: Legiman di Pati, Jawa Tengah Pada tahun 2019, seorang pengemis bernama Legiman terciduk Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Dalam razia itu terungkap Legiman memiliki tabungan mencapai Rp900 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki tanah senilai Rp275 juta dan rumah senilai Rp250 juta. Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari. Sri Keryati di Jakarta Pusat. Dia kedapatan memiliki jumlah emas dan uang hingga Rp23 juta. Sri terjaring petugas dinas sosial saat tengah mengemis di JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) Kramat Sentiong, Jakarta Pusat. Dari PMKS (penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) itu, petugas mendapatkan sejumlah emas, uang kertas sebesar Rp22.750.000 dan uang receh sebanyak Rp313.900. Sehingga totalnya berjumlah Rp23.063.900. Muklis di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan menjaring pengemis bernama Muklis yang memiliki harta yang banyak. Muklis terjaring di Flyover Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Saat digeledah, Muklis kedapatan memiliki uang Rp90 juta. Uang itu dikumpulkan dari hasil mengemis selama 6 tahun. Uang tersebut dalam bentuk pecahan Rp100 ribu mencapai Rp80 juta. Uang pecahan Rp50 ribu total Rp10 juta. Uang pecahan Rp20 ribu, dan uang receh kecil sebanyak Rp250 ribu. Luthfi Haryono di Gorontalo Pengemis di Gorontalo, bernama Luthfi Haryono membuat heboh jagat media sosial. Luthfi juga berkedok sumbangan masjid dengan membawa proposal ilegal ke setiap rumah dan warung. Waktu ditangkap Luthfi kedapatan bawa uang Rp43 juta dan emas. Sri Siswari Wahyuningsih di Semarang, Jawa Tengah Siswari diketahui memiliki deposito sebesar Rp140 juta dan rekening tabungan sebesar Rp16 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki surat BPKB kendaraan roda dua. Pengemis terlihat sangat lusuh itu mempunyai tiga anak yang saat ini duduk di bangku kuliah. Bahkan ketiga anaknya kuliah di kampus ternama Kota Semarang. Anaknya yang pertama berinisial HMS kuliah di Universitas Perbankan (Unisbank) di Jalan Tri Lomba Juang, Kota Semarang. Kemudian anak kedua berinisial SMS kuliah di jurusan Bahasa Inggris, Universitas Sultan Agung (Unisula), Jalan Raya Kaligawe, Kota Semarang.
-
Bagaimana cara pengemis kaya raya ini mendapatkan uang? Dalam sehari, dia mendapat Rp500.000 hingga Rp1 juta per hari.
-
Siapa yang terdampak kesenjangan? Dampaknya dapat dirasakan oleh individu dan kelompok yang kurang beruntung, seperti penurunan kualitas hidup, ketidakadilan, perasaan terpinggirkan, dan kesulitan untuk meraih kesempatan yang sama dengan kelompok yang lebih beruntung.
-
Kenapa kesenjangan terjadi di masyarakat? Kesenjangan dalam masyarakat bisa terjadi akibat berbagai faktor, seperti ekonomi, sosial, pendidikan, dan kesehatan.
-
Apa saja harta yang dimiliki pengemis kaya? Dalam razia itu terungkap Legiman memiliki tabungan mencapai Rp900 juta. Tak hanya itu, dia juga memiliki tanah senilai Rp275 juta dan rumah senilai Rp250 juta.
-
Apa itu keperjakaan? Keperjakaan bukanlah kondisi medis, melainkan suatu konsep sosial dan budaya. Seorang pria dianggap perjaka jika ia belum pernah melakukan hubungan seksual.
Atika pun menceritakan kalau saingannya itu kerap mengambil jatah pengemis lain, hingga mencuri barang-barang di masjid.
"Dia berantem sama office boy, berebutan botol aqua sekardus, dia bawa lari tuh. Kalau ada yang kasih Rp 100.000 dia enggak mau bagi-bagi, padahal itu kan buat semua," ucap Atika berapi-api.
Wanita asal Citayam, Depok itu, mengaku pernah mencakar muka Mama Zahra, setelah ada seseorang mengaku mau membunuhnya karena disuruh Mama Zahra.
"Dia kasih orang gila uang Rp 100.000 buat bunuh saya. Orang gilanya ngaku sama saya, untung enggak jadi bunuh saya. Saya samperin dia, saya cakar mukanya sampai beset-beset," cerita Atika sambil marah-marah.
Selain Atika, Devi, pengemis yang baru mangkal beberapa bulan terakhir di Masjid Istiqlal pun mengaku pernah ditipu oleh Mama Zahra.
"Dia bilang katanya anak dia dapat Rp 250.000 sumbangan anak yatim. Padahal dia anaknya bukan yatim. Saya juga mau saya temui pengurus minta tapi enggak dapat," tutur wanita yang ditinggal mati suaminya ini.
Di sore itu, keduanya memang bergosip sambil sesekali memerintahkan anaknya untuk tidak meleng mencari rezeki. Mereka adalah sebagian kecil dari banyaknya pengemis musiman di bulan Ramadan ini. Masjid Istqlal mereka anggap sebagai tempat mencari rezeki terbaik di bulan suci Ramadan.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belakangan muncul fenomena mengemis di media sosial hingga menghebohkan jagat dunia maya.
Baca SelengkapnyaLelahnya fisik seolah hilang, setelah hasil mengamen mereka belanjakan untuk makan.
Baca SelengkapnyaPemkab Bekasi rutin melakukan razia kepada para pengemis dan anak jalanan
Baca SelengkapnyaEuphoria pasar ramadan nyatanya tak dirasakan oleh warga pribumi saja. Ternyata, takjil kini sudah merambah skala internasional.
Baca SelengkapnyaPengemis tampak menolak uang Rp2 ribu dari pengendara mobil lantaran nominal yang diminta tak sesuai dengan apa yang diinginkannya.
Baca SelengkapnyaKejadian yang berlangsung di sebuah minimarket di Jalan Medan Binjai KM 12 itu lantas menuai berbagai reaksi dari netizen.
Baca SelengkapnyaRupanya, ada hukum hingga bahaya mengenai orang pelit yang dibahas di dalam agama Islam.
Baca SelengkapnyaSeorang pria tewas seusai terlibat perkelahian di Pasar Baru Bekasi, Jalan Ir H Juanda, Bekasi Timur, Kota Bekasi, Rabu (27/12) pagi.
Baca Selengkapnya