Persempit kesenjangan sosial agar bibit radikalisme tak tumbuh subur
Merdeka.com - Kepala Unit Kerja Presiden (UKP) Pembinaan Ideologi Pancasila (PIP) Yudi Latief berharap para mantan narapidana terorisme (napiter) dapat diterima di tengah masyarakat. Selain itu mereka juga harus diberi ruang beraktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Kesenjangan sosial yang terlalu lebar harus dipersempit agar bibit radikalisme yang ibarat ranting-ranting kering mudah terbakar tidak mudah tersulut api," kata Yudi dalam keterangannya, Rabu (7/3).
Tidak hanya pemerintah, Yudi pun meminta para pengusaha bisa membantu mempersempit kesenjangan itu. Menurutnya, isu kesenjangan sosial jika dibiarkan terlalu lebar akan banyak menimbulkan konflik.
-
Apa tujuan dari program deradikalisasi? Program deradikalisasi adalah pembinaan bagi narapidana kasus terorisme (napiter) untuk menghilangkan pemahaman radikal terorisme nya.
-
Siapa yang direhabilitasi? Jadi proses asesmen, dan juga rekomendasi asesmen ini tidak datang dari penyidik Polres Metro Jakarta Barat. Tetapi berdasarkan dari rekomendasi asesmen terpadu BNNP DKI Jakarta,' kata Syahduddi saat jumpa pers, Selasa (25/6/2024).
-
Siapa yang terkena dampak terorisme di Indonesia? Di Indonesia, aksi terorisme telah menyebabkan banyak kerugian dan korban. Mereka menjadi korban terorisme mengalami disabilitas seumur hidupnya, bahkan tak sedikit juga yang harus meregang nyawa.
-
Siapa yang berperan penting dalam mencegah terorisme di Indonesia? Ary mengatakan tantangan tersebut semakin kompleks dengan adanya bonus demografi 2045. Hal itu, ucapnya, menjadi salah satu tugas utama BNPT.
-
Apa yang dilakukan BNPT untuk tanggulangi terorisme? “Penurunan ini sangat tajam sampai dengan 89 persen lebih, indeks potensi radikalisme dan indeks risiko terorisme juga terus menurun,“ rinci Kepala BNPT.
-
Apa cita-cita Kompol Syarif? 'Memang bukan mimpi saya jadi polisi. (Mimpinya) jadi tentara,' ungkapnya.
"Jangan hanya pemerintah, swasta harus ikut terlibat dalam program capacity building terhadap mantan napiter dan korban. Utamanya dalam penyediaan lapangan pekerjaan," tuturnya.
Selanjutnya, ungkap Yudi, karena aksi terorisme ada kaitannya dengan relasi politik di masa lalu, ia berpesan para elite di negara ini tidak menjadikan politik sebagai alat kepentingan jangka pendek. Yudi mengatakan ketika kepentingan tercapai para elite bisa damai, tapi 'limbahnya' di masyarakat tidak mudah dibersihkan.
"Begitu elite sudah bisa bersalaman, konflik di bawah belum tentu berakhir. Jadi hati-hati menggunakan trik-trik atau manuver politik yang berpotensi mengadu domba, mobilisasi, persekusi, dan saling serang menimbulkan korban yang akan melahirkan dendam baru, yang akan mengembangbiakkan terorisme di masa mendatang," jelasnya.
Yudi mengapresiasi langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mempertemukan mantan narapidana terorisme (napiter) dan korban (penyintas) dalam 'Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI'. Menurutnya, ini sebuah cara untuk menghilangkan dendam sekaligus mencegah terjadinya aksi-aksi terorisme.
"Dengan begitu mereka bisa saling berempati melihat bagaimana kondisi korban, tapi di sisi lain korban juga bisa memahami bahwa aksi-aksi terorisme itu mempunyai akar sosial sebagai penyebabnya," ujar Yudi.
Menurut Yudi, dengan terjadinya silaturahmi itu, diharapkan para mantan napiter benar-benar tersadar dan menyadari kesalahan masa lalunya. Artinya mereka akan menyadari daripada meneruskan atau mengulang aksi-aksi kekerasan yang menimbulkan penderitaan, lebih baik melakukan upaya yang lebih produktif dengan meningkatkan ilmu pengetahuan.
"Daripada membuat aksi-aksi yang hanya akan menimbulkan masalah baru, lebih baik mari bangkit bersama menyelesaikan masalah penanggulangan terorisme ini. Saya kira cara BNPT ini sangat brilian," terangnya.
Ia menilai, silaturahmi seperti itu lebih baik digelar secara terbuka daripada diam-diam yang nantinya menimbulkan kesalahpahaman satu dengan yang lain. Dengan dibuka bisa saling memahami, merasakan, dan saling membantu.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Langkah ini bertujuan untuk membantu perekonomian sekaligus menekan berkembangnya pemahaman terorisme di Indonesia.
Baca SelengkapnyaKeberlanjutan pembinaan resmi dari Pemerintah inilah yang akan memperkuat komitmen mantan anggota JI.
Baca SelengkapnyaSementara itu, Wakil Presiden Ma’ruf Amin berpesan kepada BNPT untuk lebih memperkuat kolaborasi melalui pendekatan multipihak.
Baca SelengkapnyaTiga narapidana terorisme (napiter) mengucapkan ikrar setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca SelengkapnyaIkrar sumpah setia pada NKRI itu dilakukan secara hibrida dengan dipusatkan di Lapas Khusus Kelas IIA Gunungsindur, Kabupaten Bogor.
Baca SelengkapnyaKelompok Jemaah Islamiyah (JI) telah membubarkan diri. Apakah ini akhir dari kelompok teror tersebut atau hanya manuver untuk bergerak di bawah tanah?
Baca SelengkapnyaKe-23 napi terorisme itu,akan menjalani sisa masa tahanan di lapas berbeda di Jatim
Baca SelengkapnyaPancasila menjadi penting dibumikan khususnya bagi para generasi muda guna mencegah intoleransi
Baca SelengkapnyaYusril Ihza Mahendra mengatakan pihaknya sedang berusaha untuk mencari jalan keluar permasalahan kepadatan lembaga pemasyarakatan (lapas)
Baca SelengkapnyaMa’ruf menyampaikan, media sosial dapat dimanfaatkan sejumlah pihak untuk memecah belah umat.
Baca SelengkapnyaBNPT hadir sebagai kepanjangan tangan pemerintah untuk menjalankan fungsi pencegahan terhadap virus-virus intoleransi.
Baca SelengkapnyaPerlu diwaspadai isu Palestina menjadi pintu gerbang kelompok intoleran mendapatkan panggung dan perhatian publik.
Baca Selengkapnya