Pesantren waria bikin peneliti Australia terkesan
Merdeka.com - Anggapan bahwa negara dengan kultur barat cenderung liberal ternyata tidak sepenuhnya benar. Hal tersebut disampaikan oleh Benjamin Hegarty, seorang mahasiswa S3 Universitas Nasional Australia yang turut berkecimpung menjadi relawan di pesantren waria.
Dibandingkan dengan di negaranya, kondisi pesantren waria lebih terbuka dan diterima masyarakat sekitar dengan baik. Di negaranya meski ada komunitas transgender yang dibina oleh gereja, namun tidak begitu terbuka dengan masyarakat.
"Kalau di sini berbeda, mereka terbuka, siapa saja bisa ikut dan tahu kegiatan, bahkan warga pun tidak ada masalah dengan itu," kata Benjamin yang kini juga menjadi relawan di LSM PKBI Yogyakarta dengan konsentrasi pendampingan LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender).
-
Siapa aja yang bisa ikut acara ini? Tak hanya warga asli Korea, warga negara asing pun diperbolehkan untuk mengikuti acara tersebut.
-
Di mana gerakan-gerakan ini bisa dilakukan? Gerakan berikut ini juga bisa dilakukan sambil bersantai menonton televisi lho.
-
Siapa yang bisa ikut program Ayo BerAKSI? PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) membuka kesempatan bagi seluruh karyawannya untuk mengimplementasikan nilai-nilai pada core values AKHLAK secara langsung kepada masyarakat melalui program Ayo BerAKSI.
-
Siapa saja yang boleh ikut Pabbajja Samanera? Syarat untuk mengikuti Pabbajja Samanera Sementara adalah seorang anak laki-laki yang sudah memiliki usia yang cukup.
-
Siapa yang bisa ikut Tapera? Program ini dirancang untuk membantu pekerja mendapatkan akses yang lebih mudah dan terjangkau ke perumahan.
-
Siapa yang ikut sosialisasi? Sosialisasi digelar secara hibrida yang dihadiri para eksportir dan pemangku kepentingan.
Hal tersebut membuat Benjamin terkejut ketika pertama kali melihat pesantren ini. Sebelumnya dia memang pernah mengetahui ada pesantren ini lewat media, namun kondisi begitu lebih nyata terasa ketika dia terjun langsung mendampingi.
"Saya sadar betapa begitu terbukanya ruang ini, lebih susah di sana (Australia) agak hitam putih, di sini tidak, masih ada diskriminasi," ujar Benjamin.
Perasaan terkesan ini juga diakui oleh Ustadz Zakaria yang baru pertama kali datang ke pesantren waria untuk mengaji bersama. Menurut dia, pesantren ini bisa menjadi contoh bagi orang Islam lainnya.
"Pesantren waria ini unik, ada waria jadi santri. Ini harusnya menjadi contoh untuk orang Islam lainnya, ikut dalam pesantren, rutin ngaji dan beribadah," kata alumnus pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.
Zakaria mengaku sudah lama ingin datang ke pesantren waria ini. Namun karena kesibukannya baru kali ini dia bisa menyempatkan diri untuk mengaji bersama para santri waria. "Sudah lama ingin ke sini, dan begitu ke sini saya terkesan, istimewa," tuturnya.
(mdk/mtf)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Paus Fransiskus menghadiri pertemuan dengan pemuda schollas occurrentes di Graha Pemuda, Kompleks Gereja Katedral Jakarta, Rabu (4/9).
Baca SelengkapnyaPolisi dan buronan bertemu di pengajian Gus Baha, apa yang terjadi?
Baca SelengkapnyaSalah satu peserta schollas occurrentes, Ana Nur Awalia berkesempatan memberikan testimoni di hadapan Paus Fransiskus.
Baca SelengkapnyaAksi sekelompok mahasiswa muslim 'ngabuburit' ke Kapel Biara Ursulin ini viral, tuai komentar warganet.
Baca SelengkapnyaGanjar mengaku banyak menemukan hal baru saat bertemu dan ngobrol bareng milenial dan Gen-Z di beberapa daerah.
Baca SelengkapnyaTawa bahagia memancar dari wajah para penyandang disabilitas saat berada di Pesantren Zainul Hasan Genggong.
Baca SelengkapnyaKampung ini bak surga dunia bagi anak-anak difabel, yatim, hingga miskin.
Baca SelengkapnyaNantinya akan menyediakan program menciptakan program pendidikan yang bermanfaat bagi Warga Binaan
Baca SelengkapnyaPPPA Daarul Qur'an mengunjungi Pondok Pesantren Rehabilitasi At-Tauhid Kota Semarang pada Senin pekan lalu.
Baca Selengkapnya