Petaka Garuda dan Lion Air keluar jalur dan nyaris serempetan
Merdeka.com - Dunia penerbangan Indonesia kembali dikejutkan dengan sebuah insiden. Kali ini pesawat Garuda Indonesia GA 340 tujuan Surabaya-Denpasar dan Lion Air JT 960 rute Bandung-Denpasar nyaris celaka saat mengudara.
Peristiwa itu terjadi pada Kamis (11/2) lalu, sekitar Pukul 14.17 WITA. Saat itu kedua pesawat hendak mendarat di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Namun cuaca buruk di Kabupaten Jembrana menghambat. Beruntung, insiden itu tidak terjadi. Meskipun jarak antara Garuda dan Lion Air hanya 1.000 kaki atau 30 meter.
"Kalau nyaris tabrakan tidak, hanya ada manuver sedikit soal beda ketinggian. Lion Air agak naik, Garuda pesawatnya agak merendah. Karena pengaruh cuaca hujan lebat," kata salah satu sumber di salah satu maskapai penerbangan Bandara Ngurah Rai di Bali.
-
Siapa yang protes soal keterlambatan Garuda Indonesia? Ketua Komisi VIII DPR RI, Ashabul Kahfi menyorot kinerja maskapai Garuda Indonesia terkait banyaknya keberangkatan jemaah haji yang terlambat.
-
Siapa pemilik Lion Air Group? Melansir dari laman Forbes.com, sosok ini memiliki kekayaan bersih senilai USD1,7 miliar di tahun 2015 lalu. Sosok Rusdi Kirana selama ini dikenal sebagai pemilik maskapai dengan biaya murah, Lion Air Group.
-
Apa itu turbulensi pesawat? Turbulensi pada pesawat adalah gangguan udara yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, terutama pola cuaca yang tidak stabil.
-
Apa yang membuat penumpang emosi? 'Rekan saya mengingatkan bahwa driver ini salah karena seharusnya belok ke kiri tapi justru driver menggerutu dan mundur sedikit dengan masih ugal-ugalan bawa mobil,' demikian dikutip dari keterangan unggahan akun Instagram @kabarnegri.
-
Bagaimana Lion Air memastikan pesawat mereka aman? Pesawat memasuki bengkel atau hanggar untuk menjalani proses Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) karena alasan krusial yang berkaitan dengan keamanan, kinerja, dan keandalan pesawat.
-
Siapa yang terbang ke Jakarta? 'Puji Tuhan, Selasa malam rapat pleno KPU Papua Pegunungan selesai dilaksanakan walaupun banyak yang mengajukan keberatan dan kami bersama komisioner KPU Papua berangkat dan setibanya di Jakarta akan langsung mengikuti rapat pleno di KPU RI,' kata Theodorus Kossay.
Dia membenarkan kalau seluruh penumpang dan awak penerbangan Lion Air saat itu sempat protes, lantaran jarak pesawat Garuda terlihat jelas dan begitu kerasnya suara. Bahkan dikabarkan akibat insiden tersebut, pesawat Garuda gagal mendarat di Bali dan kembali ke Surabaya.
Melihat kejadian itu, kata dia, jika dari GA 340 terus menurun dan JT 960 menanjak, kemungkinan akan terjadi kecelakaan.
"Saat itu, dari JT Lion Air diturunkan ke 15 ribu feet dan Garuda diturunkan ke 16 ribu feet. Nah, dalam proses turun itu jaraknya 1.000 feet," paparnya.
Dia menambahkan, Lion Air lantas mendarat ke Ngurah Rai pukul 15.01 WITA, sementara pesawat Garuda kembali lagi ke Bandara Juanda Surabaya. Setelah itu kembali mendarat di Bandara Ngurah Rai pukul 16.59 WITA.
Meski demikian, pihak AirNav Ngurah Rai menampik kabar soal insiden nyaris tabrakan antara pesawat maskapai Garuda dan Lion Air tersebut.
Kepala Air Navigation Ngurah Rai, Maskon Humawan mengatakan, kondisi terjadi adalah kedua pesawat berada pada jarak yang terlalu dekat (vertical separation less than minimal).
"Tidak benar pesawat akan tabrakan. Yang terjadi adalah dua pesawat mengalami vertical separation less than minimal, atau jarak vertikal antardua pesawat di bawah standar minimal," kata Humawan, di hadapan para wartawan di Bandara Ngurah Rai, Bali, kemarin.
Humawan menyangkal soal kabar pesawat Boeing 737 Garuda Indonesia tujuan Surabaya-Denpasar dan Boeing 737 Lion Air tujuan Bandung-Denpasar nyaris bertabrakan di udara, di selatan Kabupaten Jembrana, sekitar pukul 14.00 WITA. Kendati begitu, dia menyatakan kedua pesawat hanya terbang terlampau rendah.
"Standar minimalnya 1.000 feet (kaki). Pada kejadian tersebut ketinggian pesawat 700 feet," ujar Humawan.
Kondisi ini, lanjut Humawan, menyebabkan penanda bahaya benturan (warning anticollision) menyalak. "Saat ini pada musim hujan sering terjadi penumpukan pesawat di udara dan di darat. Pada kondisi tertentu, penumpukan bisa mencapai 30 pesawat di atas Bali. Berita yang tersebar tidak jelas sumbernya," ucap Humawan.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pihak Lion Air tetap akan memberikan kompensasi kepada para penumpang atas kejadian gagal berangkat karena kendala teknis tersebut.
Baca SelengkapnyaPesawat Super Air Jet mengalami kerusakan atau muncul dari salah satu panel di ruang kokpit.
Baca SelengkapnyaBandara Internasional Sentani maupun PT Trigana sedang menunggu hasil pengecekan oleh KNKT.
Baca SelengkapnyaHampir seluruh penumpang nampak memadati lorong kabin dan berusaha untuk segera keluar dari pesawat karena AC juga padam.
Baca SelengkapnyaPenyebab kejadian tergelincirnya pesawat tersebut masih dalam penyelidikan.
Baca SelengkapnyaBerikut adu skill mengemudi dua supir bus sampai bikin penumpang deg-degan sepanjang jalan.
Baca SelengkapnyaBatik Air menjadi sorotan karena pilot dan co-pilot tertidur saat mengemudikan pesawat.
Baca SelengkapnyaMusisi Kunto Aji dan Nidji baru saja membagikan pengalaman terbang yang mendebarkan.
Baca SelengkapnyaInsiden pesawat milik Trigana Air itu menyebabkan dua penerbangan lainnya mengalami keterlambatan keberangkatan.
Baca SelengkapnyaMesin pesawat Boeing 737-500 Trigana Air dengan kode penerbangan IL237 terbakar pada Selasa (5/11).
Baca SelengkapnyaKomite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengklasifikasikan hal tersebut dalam kategori 'serius'.
Baca SelengkapnyaJemaah haji kloter 5 Embarkasi Makassar harus kembali ke asrama setelah pesawat Garuda Indonesia GIA 1105 yang mereka tumpangi mengalami kerusakan.
Baca Selengkapnya