Petani makin miskin penyebab Indonesia impor beras
Merdeka.com - Ketua DPP PKB Marwan Jafar melihat potensi pertanian yang ada di Indonesia tidak sebanding dengan kesejahteraan petani. Hal ini berakibat pada impor beras yang selama ini dilakukan, karena para petani tak kuat hidup miskin sehingga beralih profesi.
"Para petani kita masih miskin, apalagi sejahtera. Yang berbahaya lagi adalah banyak petani kita yang beralih profesi menjadi karyawan dan meninggalkan pekerjaan bertani," kata Marwan kepada merdeka.com, Kamis (13/3).
Akibatnya, kata dia, untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional karena kurangnya tenaga petani, Indonesia harus impor. Apalagi konsumsi beras menjadi makanan pokok tetapi produksi dalam negeri tidak mencukupi.
-
Mengapa petani di Eropa beralih ke pertanian? Salah satu kemungkinan adalah mereka melihat gaya hidup baru ini menawarkan sumber daya yang lebih dapat diprediksi.
-
Apa yang terjadi pada para petani? Mereka masih selamat meski mengalami luka bakar.
-
Apa masalah yang dihadapi petani? Oh, selamat pagi juga. Masalah saya adalah bahwa ladang ini selalu banjir setiap musim hujan.
-
Siapa yang menjadi buruh di perkebunan? Adapun beberapa wilayah di Jawa yang menjadi pemasok utama para pekerja buruh perkebunan, mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, hingga Jawa Timur.
-
Kenapa petani di DIY miskin? Salah satu golongan masyarakat yang terdampak itu adalah para buruh tani. Mereka menjadi penyumbang angka penduduk miskin di DIY dengan angka pendapatan berkisar Rp600 ribu setiap bulannya.
-
Kenapa warga Desa Cipelem jadi buruh tani? 'Di sini yang memang punya sawah hanya orang-orang tertentu. Jadi walaupun sawah di sini kelihatan banyak dan luas, tapi sebenarnya sawah itu cuma punya beberapa orang. Maka mereka dari pada nggak makan mending jadi buruh tani,'
Untuk itu, lanjut Marwan, perlu adanya pemberdayaan masyarakat dalam menyikapi kemiskinan ini dengan mendorong masyarakat untuk menyadari bahwa sektor pertanian adalah sektor kebutuhan yang paling vital dan lebih menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat dan tidak boleh ditinggalkan.
"Perlu menyadarkan masyarakat untuk menciptakan dan menjalankan pola pertanian produktif yang padat karya," kata Ketua Fraksi PKB di DPR itu.
Namun, menurutnya, hal itu harus dibarengi dengan kebijakan pemerintah dengan murahnya bibit, terjangkaunya harga serta tercukupinya pupuk dan obat-obatan, dan murahnya peralatan pertanian yang harus dibeli petani.
"Karena biaya bertani yang sangat tinggi menjadi persoalan pelik yang menyebabkan masyarakat menganggap berprofesi sebagai petani sama sekali tidak menguntungkan," tegasnya.
Selain itu, masyarakat juga harus diberdayakan dengan memberikan pengetahuan dan skill dan pendampingan dalam memproduksi pertanian.
"Pengetahuan dan skill dan pendampingan tersebut dapat diberikan kepada masyarakat melalui penyuluhan dan pelatihan intensif, berkelanjutan, dan gratis," pungkasnya. (mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jumlah petani di Indonesia juga terus mengalami penurunan dalam 10 tahun terakhir.
Baca SelengkapnyaSebelum terjun ke dunia pertanian, Makmur merantau ke Jepang dan bekerja di bidang manufaktur.
Baca SelengkapnyaPeningkatan kebutuhan pangan sejalan dengan pertumbuhan laju penduduk.
Baca SelengkapnyaHal itu disampaikan Megawati ketika pidato dalam penutupan Rakernas V PDIP, di Ancol, Jakarta Utara
Baca SelengkapnyaHarga beras terus mengalami kenaikan sejak tahun lalu. Impor beras menjadi solusi cepat yang dipilih pemerintah.
Baca Selengkapnya"Kalau pada masa Orde Baru, 65 persen pekerja dari sektor pertanian. Sekarang 25 persen."
Baca SelengkapnyaTerutama bagi petani yang menggarap lahan kecil. Mereka masih menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup.
Baca SelengkapnyaWalaupun warga asli Sukomakmur, namun Lihun merasakan betul bagaimana sulitnya merintis pekerjaan sebagai petani.
Baca SelengkapnyaPasalnya, selama menjabat sebagai Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi dinilai gagal dan tidak becus dalam mengurus beras di Indonesia.
Baca SelengkapnyaJumlah masyarakat berstatus sebagai pekerja meningkat 2,66 juta orang dari tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaSehari-hari, mereka bekerja sebagai buruh tani. Penghasilan harian kecil kadang tak dapat sama sekali
Baca SelengkapnyaKondisi global semakin diperparah dengan dampak perubahan iklim yaitu cuaca panas dan kemarau panjang, yang menyebabkan produksi beras menurun.
Baca Selengkapnya