Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pimpinan MPR Desak Jokowi Tindak Tegas Pemilik Tambang & Kebun Sawit Penyebab Banjir

Pimpinan MPR Desak Jokowi Tindak Tegas Pemilik Tambang & Kebun Sawit Penyebab Banjir Jokowi Tinjau Lokasi Bencana Banjir di Kalimatan Selatan. ©2021 Biro Pers - Sekretariat Presiden

Merdeka.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan menyoroti banjir di Kalsel. Walhi menilai banjir besar itu disebabkan karena 50 persen lahan di Kalsel telah beralih fungsi menjadi tambang batu bara dan perkebunan sawit.

Menurut Walhi, curah hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan banjir jika luas hutan primer dan sekunder tidak terkikis. Walhi menjabarkan, dari 3,7 juta hektar luas lahan di Kalimantan Selatan, 1,2 juta hektar dikuasai pertambangan, 620 hektar kelapa sawit.

Kemudian, 33 persen lahan atau 1.219.461, 21 hektar sudah dikuasai izin tambang, sementara 17 persennya atau 620.081,90 hektar sudah dijadikan perkebunan kelapa sawit. Sementara, luas hutan sekunder 581.188 hektar dan luas hutan primer hanya 89.169 hektar.

Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid merinding membaca data yang dimiliki Walhi. Menurutnya, para korporasi tambang maupun sawit tersebut harus bertanggung jawab.

"Merinding saya baca data dari Walhi lahan di Kalsel diperkosa para penambang dan perusahaan sawit. Siapa mereka?" ujarnya lewat pesan singkat, Selasa (19/12).

"Mereka mesti bertanggung jawab, berapa jumlah kerugian, fasilitas umum yang rusak dan derita rakyat kecil terendam banjir," tambah dia.

Waketum PKB ini mendesak agar aparat berwenang secepatnya bertindak untuk menertibkan dan meminta pertanggungjawaban ke para penguasa lahan itu. Dia bilang, aparat jangan menutup mata apalagi takut menghadapi mereka.

"Saya pribadi belum tahu persis siapa penguasa tambang dan sawit di Kalsel. Cuma dari selentingan saja mereka adalah orang sakti punya ilmu kebal yang tidak bisa disentuh hukum, siapapun yang menyentuhnya bisa menjadi jadi abu," ungkapnya.

Jazilul juga mendorong Presiden Jokowi turun tangan menindak penguasa lahan tersebut. Terlebih, pada Senin (18/1) kemarin Kepala negara sudah mengunjungi Kalsel. Dia yakin Jokowi sudah memiliki info siapa penguasa lahan itu.

"Ya (presiden perlu turun tangan dan menindak). Kemarin Presiden juga sudah turun lapangan pastinya mendapat info yang lebih utuh," tandasnya.

Diberitakan, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono mengatakan, banjir di Kalimantan Selatan kali ini disebabkan karena 50 persen lahan di Kalimantan Selatan telah beralih fungsi menjadi tambang batu bara dan perkebunan sawit.

Menurutnya, curah hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan banjir jika luas hutan primer dan sekunder tidak terkikis.

"Dari 3,7 juta hektar luas lahan di Kalimantan Selatan, 1,2 juta hektar dikuasai pertambangan, 620 hektar kelapa sawit," kata Kisworo kepada merdeka.com, Senin (18/1).

Dia memaparkan, 33 persen lahan atau 1.219.461,21 hektar sudah dikuasai izin tambang, sementara 17 persennya atau 620.081,90 hektar sudah dijadikan perkebunan kelapa sawit. Sementara itu, luas hutan sekunder 581.188 hektar dan luas hutan primer hanya 89.169 hektar.

"15 persen atau 234,492,77 hektar IUPHHK-HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam) dan 6 persen atau 567.865,51 hektar IUPHHK-HT (Hutan Tanaman). Hutan sekunder hanya 89.169 hektar, hutan primer 581.188 hektar," ujarnya.

"Sisa lahan hanya 29 persen," ungkap Kisworo.

Oleh sebab itu, dia mendesak pemerintah untuk untuk mengevaluasi seluruh izin-izin alih fungsi lahan yang dikeluarkan. Sebab kata dia, alih fungsi lahan telah menyebabkan degradasi hutan. Dia meminta pemerintah untuk berani mencabut izin para perusahaan yang hasil audit nantinya terbukti memicu bencana banjir di Kalimantan Selatan ini.

"Saya mendesak Pak Jokowi untuk memanggil semua pemilik perusahaan, tambang, sawit, dan sebagainya. Kita juga mendesak agar dibuat Satgas atau komisi khusus untuk mereview dan mengaudit semua izin-izin itu," tegasnya.

Kisworo mengatakan, banjir kali ini merupakan banjir terparah sepanjang sejarah.

"2006 Kalsel pernah banjir besar juga tapi tidak separah ini. Ini terparah, bukan salah hujan. Sekarang kalau musim hujan, banjir. Musim kering, karhutla," tutupnya.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Sebut Banjir Demak karena Pembalakan Liar, Jokowi: Alih Fungsi Lahan Harus Dicegah
Sebut Banjir Demak karena Pembalakan Liar, Jokowi: Alih Fungsi Lahan Harus Dicegah

Jokowi menuturkan penebangan pohon di hulu sungai membuat bencana banjir terjadi.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Pengusaha Tambang Peduli Lingkungan
Jokowi Minta Pengusaha Tambang Peduli Lingkungan

Jokowi menegaskan, tanah bekas tambang juga harus segera direklamasi.

Baca Selengkapnya
Ironi Kerusakan Sawah Jambi & Bisnis Gelap yang Menggiurkan
Ironi Kerusakan Sawah Jambi & Bisnis Gelap yang Menggiurkan

4.000 hektare lingkungan yang rusak di Kabupaten Merangin akibat PETI.

Baca Selengkapnya
Jokowi Minta Perusahaan Tambang Ikut Perbaiki Lahan: Akan Saya Cek Satu per Satu
Jokowi Minta Perusahaan Tambang Ikut Perbaiki Lahan: Akan Saya Cek Satu per Satu

Perusahaan tambang memiliki kewajiban melakukan persemaian di lahan tambang.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Keras Presiden Jokowi Ungkap Ada Tekanan Tambang Soal Masalah Lingkungan & Iklim
VIDEO: Keras Presiden Jokowi Ungkap Ada Tekanan Tambang Soal Masalah Lingkungan & Iklim

Presiden Jokowi mengakui adanya tekanan dari sektor energi khususnya tambang

Baca Selengkapnya
Prihatin Pesisir Demak Banjir Rob, Gerindra Jateng Klaim akan Diperbaiki Jika Prabowo Menang
Prihatin Pesisir Demak Banjir Rob, Gerindra Jateng Klaim akan Diperbaiki Jika Prabowo Menang

Banjir rob telah berdampak pada 23 desa, 157 fasilitas umum, 6.088 hektare lahan pertanian, dan 44.884 jiwa.

Baca Selengkapnya
Penurunan Permukaan Tanah Buat Jakarta Rugi Rp10 Triliun per Tahun
Penurunan Permukaan Tanah Buat Jakarta Rugi Rp10 Triliun per Tahun

Selain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.

Baca Selengkapnya
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan
Protes Ada Tambang Pasir, Warga Sekampung di Lumajang Cor Jalan

Budi, salah seorang warga mengaku resah dan khawatir jika ada aktivitas tambang pasir

Baca Selengkapnya
30 Bencana Terjadi di Jateng Selama Sepekan
30 Bencana Terjadi di Jateng Selama Sepekan

Nana menegaskan bahwa pihaknya terus berupaya melakukan perbaikan tanggul yang jebol di sejumlah titik.

Baca Selengkapnya
KPK Buka Peluang Periksa Menteri Investasi Bahlil Lahadalia Terkait Izin Tambang Nikel di Malut
KPK Buka Peluang Periksa Menteri Investasi Bahlil Lahadalia Terkait Izin Tambang Nikel di Malut

KPK akan meminta klarifikasi Menteri Bahlil Lahadalia terkait perizinan pertambangan nikel

Baca Selengkapnya
Jokowi: Dampak Perubahan Iklim Nyata, Imbasnya Kerugian Gagal Panen
Jokowi: Dampak Perubahan Iklim Nyata, Imbasnya Kerugian Gagal Panen

"Kekeringan panjang, hujan yang juga terus menerus sehingga menyebabkan banyak gagal panen," kata presiden.

Baca Selengkapnya
Tingkat Kerawanan Pangan Tinggi, Wamentan Sebut Sektor Pertanian di Wakatobi Perlu Dikawal
Tingkat Kerawanan Pangan Tinggi, Wamentan Sebut Sektor Pertanian di Wakatobi Perlu Dikawal

Data Badan Pangan Nasional pada tahun 2022, bahwa tingkat kerawanan pangan di Wakatobi sudah mencapai 50 persen

Baca Selengkapnya