Pintu Stadion Kanjuruhan Terkunci saat Kerusuhan, Siapa yang Bertanggung Jawab?
Merdeka.com - Tragedi Kanjuruhan masih menyisakan sejumlah teka-teki belum terpecahkan. Salah satunya adalah kondisi tertutupnya pintu stadion saat peristiwa yang merenggut seratusan korban jiwa itu terjadi. Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Albertus Wahyurudhanto menduga, kejadian pintu stadion tertutup tidak lepas dari panitia pelaksana (panpel).
"Kami belum ke sana, tapi secara logika Panpel. Tapi kepastian butuh pendalaman, di manapun 15 menit terakhir, harus terbuka," kata Albertus kepada wartawan di Malang, Selasa (4/10).
Selain itu, Kompolnas juga mempertanyakan siapa pihak yang mengunci 12 pintu stadion dan dua pintu besar.
-
Kenapa suporter meninggal di Stadion Kanjuruhan? Banyaknya korban jiwa disebabkan penggunaan gas air mata oleh polisi dan diperparah pintu stadion terkunci sehingga terjadi penumpukan massa di satu lokasi.
-
Apa yang terjadi pada bangunan terbengkalai? Setiap bangunan yang tidak terpakai dan diubah fungsinya memberikan kesan baru yang segar.
-
Apa yang dialami korban? 'Dia alami luka cukup serius. Setelah kejadian, korban kemudian dilarikan ke RSUD Dekai, guna mendapatkan penanganan medis,' kata Kapolres Yahukimo AKBP Heru Hidayanto.
-
Apa yang terjadi pada kerusuhan ini? Dalam peristiwa tersebut, 47 orang Yahudi dan satu orang Prancis terbunuh, banyak yang terluka, dan harta benda dirusak.
-
Kenapa kompleks pemakaman di Mojowarno terbengkalai? Kini, jejak-jejak kejayaan agama kristen masih berdiri megah di Kecamatan Mojowarno. Sayangnya, salah satu bukti sejarah yakni kompleks pemakaman orang-orang Jawa Kristen di sana terbengkalai.
-
Kenapa Stadion Teladan Medan ambruk? Kondisi menjadi kritis saat pengunjung mulai berdesak-desakan karena stadion hanya memiliki satu pintu masuk yang sempit untuk menampung jumlah orang yang begitu banyak.
Albertus melanjutkan, pendalaman juga dilakukan untuk mengungkap siapa yang memerintahkan penggunaan gas air mata dan mengapa tembakan itu diarahkan ke tribun.
"Itu nanti yang akan kita cek, berarti ada pejabat di dalam yang memerintahkan. Siapa orangnya sedang disidik.
Albertus merinci tidak mendapati adanya instruksi dari Kapolres Malang AKBP Ferli Hidayat untuk menembakkan gas air mata. "Kemudian juga tidak ada perintah dari Kapolres untuk melakukan penguraian massa dengan tindakan represif. Yaitu dengan peluru gas air mata. Tidak ada. Itu disampaikan saat apel lima jam sebelumnya (pertandingan)," bebernya.
(mdk/cob)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Stadion sepak bola Jakarta International Stadium (JIS) kembali menjadi sorotan publik karena ternyata tidak memenuhi standar FIFA .
Baca SelengkapnyaKekerasan dalam sepak bola masih jadi PR berat bagi Indonesia. Sejak tahun 1994 hingga 1 Oktober 2022, sebanyak 230 nyawa melayang karena sepak bola.
Baca SelengkapnyaSabtu 1 Oktober 2022 lalu menjadi hari paling kelam dalam sejarah dunia sepak bola Indonesia di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaSetahun lalu, 1 Oktober 2022 peristiwa berdarah yang menewaskan ratusan orang terjadi di Stadion Kanjuruhan Malang. Hingga kini, korban belum dapat keadilan.
Baca SelengkapnyaPolisi menjelaskan peristiwa pembakaran rumput di Stadion Kanjuruhan.
Baca SelengkapnyaPengadilan Negeri Jakarta Selatan menunda melakukan eksekusi rumah Guruh Soekarnoputra.
Baca SelengkapnyaBentrokan antara suporter dan aparat keamanan terjadi, memaksa polisi untuk menggunakan gas air mata guna menghindari eskalasi lebih lanjut.
Baca SelengkapnyaPolisi tengah menyelidiki kasus pembakaran sound system dan panggung oleh penonton saat gelaran konser Lentera Festival
Baca SelengkapnyaKemarahan penonton dipicu karena panitia gagal menghadirkan sejumlah musisi yang sudah dijanjikan.
Baca SelengkapnyaAda 73 keluarga korban yang menuntut restitusi. Permohonan itu sendiri diajukan oleh Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Baca SelengkapnyaErick menegaskan, bahwa PSSI berkomitmen untuk mendorong pemberian hukuman maksimal.
Baca SelengkapnyaKetum PSSI Erick Thohir menanggapi aspirasi keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang menuntut keadilan.
Baca Selengkapnya