Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

PLN Menyalakan Asa Warga Pulau Eksotis di Selat Malaka

PLN Menyalakan Asa Warga Pulau Eksotis di Selat Malaka Petugas PLN mengangkut tiang listrik untuk membangun jaringan di Pulau Rupat. ©2021 Merdeka.com

Merdeka.com - Hamparan pasir putih sepanjang 20 kilometer, semburat arunika, semilir angin, dan debur ombak berkejaran menyatu dalam harmoni pagi garis khatulistiwa. Pemandangan elok itu bukanlah Bali, melainkan sebuah pulau eksotis yang berada di batas negeri.

Rupat, begitu nama pulau seluas 1.500 kilometer persegi atau dua kali luas Singapura itu dikenal. Dahulu, pulau itu hanya seperti seonggok tanah di tengah lautan. Kehidupan berjalan statis, layaknya pulau terpencil yang menghadapi beragam problematika klasik. Semuanya serba terbatas. Penyebabnya adalah tidak adanya pasokan listrik yang menjadi sumber kehidupan modern masa kini.

Listrik seolah seperti barang mewah. Hanya keluarga kaya yang dapat menikmati siaran televisi, radio amatir, maupun minuman dingin lemari es.

Sementara bagi yang kurang beruntung, lampu teplok warga temaram berkedip-kedip dari kejauhan. Nyaris tak ada kehidupan ketika matahari mulai tenggelam.

Namun, pulau itu kini begitu bersinar. Namanya kian terang usai PT PLN (Persero) mengerahkan segala daya, menerobos sulitnya medan, melawan beragam tantangan, hingga menancapkan tiang-tiang dengan kabel menjalar menghampiri rumah-rumah warga.

PLN seolah "menyetrum" pulau itu untuk bangun dan mengejar ketertinggalan. Begitu cepat, saat ini Rupat bahkan digadang-gadang menjadi tulang punggung pariwisata Bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau. Harapan pemimpin negeri Melayu begitu besar hingga menjadikan Rupat sebagai sumber ekonomi di masa depan.

Secara geografis, Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau, termasuk wilayah terdepan dan terluar Indonesia. Pulau itu persis di pinggir Selat Malaka dan berbatasan langsung dengan negara tetangga, Malaysia.

Jarak tempuh dari garis pantai Rupat ke wilayah Malaka kurang dari satu jam. Kedekatan geografis itu membuat budaya Rupat tak jauh berbeda dengan negeri semenanjung Malaya. Bahasa, makanan, adat, nyaris sama.

Bahkan, sanak keluarga di Rupat bisa saja berada di Malaysia. Begitu juga sebaliknya. Kedekatan itu menjadi daya tarik tersendiri bagi Rupat untuk menggaet pelancong yang masuk dari Negeri Jiran.

Pulau Rupat makin menggeliat usai PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) merampungkan jaringan kabel bermuatan subatomik menjalar dari daratan Sumatera menuju pulau yang berada di bibir selat tersibuk dunia tersebut.

PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Riau dan Kepri telah menuntaskan pengerjaan tower 20 KV yang menghubungkan listrik ke lokasi terakhir, Desa Hutan Samak dan Desa Titi Akar. Sebuah strategi yang tepat untuk menerangi surga terpendam hingga dilirik dunia.

Gubernur Riau Syamsuar berulang kali menyampaikan bahwa pasokan listrik PLN di Pulau Rupat harus dioptimalkan untuk sektor pariwisata. Apalagi Rupat sudah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Indonesia.

"Harapan kami sektor industri dan pariwisata di Pulau Rupat dapat dikembangkan dengan tersedianya pasokan listrik PLN ini," kata orang nomor satu di Bumi Lancang Kuning tersebut.

Saat ini PLN sudah mengalirkan listrik ke seluruh Rupat, yang terdiri dari 2 kecamatan, 24 desa, dan 12.884 KK. Jumlah yang dilayani mencapai 11.842 pelanggan, dengan jumlah desa dan dusun berlistrik sudah 100 persen.

Selain sektor pariwisata, dampak positif tentu terlebih dahulu menyapa warga. Sosial, pendidikan, dan ekonomi masyarakat tumbuh semakin cepat. Perbankan mulai muncul dan mempermudah akses pembiayaan

Kerja Keras

Dusun Hutan Samak menjadi saksi sekaligus lokasi terakhir yang terselesaikan dari masalah klasik, keterbatasan sumber listrik di perbatasan Indonesia.

Pembangunan jaringan di Rupat terbilang bukan pekerjaan mudah. Sejumlah rintangan harus diselesaikan para "prajurit perang" PLN. Kondisi alam berupa pasang surut air laut menjadi rintangan paling rentan. Puluhan pekerja harus bersahabat dengan alam karena izin lokasi pembangunan menara interkoneksi PLN di Pulau Rupat berada di bantaran sungai.

Jika pasang datang maka dengan berat hati mereka menghentikan pekerjaan, sedangkan saat air laut mulai surut maka mereka harus berpacu dengan waktu. Ancaman satwa liar, mulai dari ular hingga kemungkinan kemunculan buaya muara, tak menggerus semangat mereka.

Beruntung, hingga pemasangan selesai tidak ada gangguan berarti. Hanya kabut asap pekat sempat menyelimuti pulau itu pada awal tahun ini.

Pengentasan aliran listrik di Rupat diberikan tenggat waktu selama delapan bulan. Selama itu pula para pekerja mendirikan empat menara setinggi 35 meter. Niat dan kerja keras tanpa kenal lelah akhirnya membuahkan hasil dengan tersambungnya sistem kelistrikan menggunakan tower 20 KV sepanjang 400 meter di Hutan Samak dan 200 meter di Dusun Simpur.

"Alhamdulillah, pembangunan tower 20 KV telah rampung dan melayani masyarakat Rupat," kata Manager ULP Dumai Kota Jannatul Firdaus.

Pulau Rupat yang sejatinya telah tersambung aliran listrik melalui kabel bawah laut dari Kawasan Industri Dumai (KID), yang berada di Pulau Sumatera sejak 2013, kini benar-benar merdeka. Selain PLN, keberhasilan itu tak lepas dari bantuan masyarakat yang dengan ringan tangan bergotong-royong bersama.

Harta karun yang selama ini tersimpan rapi berupa hamparan pantai pasir putih, kekayaan budaya Melayu hingga Suku Akit, serta hasil tani, seperti nanas madu dan ikan, bisa tergali.

"Hadirnya PLN di tengah-tengah masyarakat dapat meningkatkan sektor perekonomian dan pendidikan," tuturnya.

Ibrahim, warga Pulau Rupat, tak kuasa menahan suka cita. Dia mengharapkan Pulau Rupat menjadi andalan Kabupaten Bengkalis yang hingga kini masih bergantung dengan sektor migas. Sektor pariwisata akan terus dikembangkan di pulau itu pada masa mendatang.

"Listrik dahulu seperti mimpi. Sekarang kami siap menyambut kehidupan baru yang lebih berkualitas dengan adanya listrik. Dari sektor pariwisata yang kita agungkan semoga terus berkembang dan Rupat bisa go internasional," harapnya.

Tumbuhnya UMKM

Madu kelulut, ikan salai, buah dan dodol nanas, durian, dan beragam olahan ikan, terlintas begitu saja di kepala kala berbicara tentang Pulau Rupat. Masyarakat yang kian melek teknologi usai "disetrum" aliran listrik PLN gencar memasarkan produk-produk khas mereka melalui media sosial.

Listrik jelas membawa perubahan. Kini beragam provider telekomunikasi bisa mendirikan menara base transceiver station (BTS). Masyarakat pun dengan mudah berselancar di dunia digital.

Hal itu menjadi keuntungan kala di masa pandemi ini. Mereka makin kreatif untuk berkreasi. Fitur marketplace di media sosial menjadi ajang memasarkan beragam produk andalan. Listrik seolah-olah telah menjadi jawaban dari berbagai hambatan.

Ilyas, seorang petani nanas di Pulau Rupat mengatakan dia bisa mengolah beragam buah, yang dibudidayakan bersama puluhan warga lainnya, menjadi beragam kudapan lezat. Dodol nanas salah satunya. Berbekal mesin pengolah sederhana, dia mengaku bisa melakukan pengolahan kapan saja tanpa harus dihantui ketiadaan listrik.

"Dulu kita berpikir berulang kali untuk membeli alat-alat pengolahan ini karena tidak ada listrik. Sekarang alhamdulillah bisa produksi kapan saja," kata dia.

Hal yang sama juga diutarakan Ali. Pengusaha ikan salai itu mengatakan produknya semakin dikenal setelah kerap diunggah ke media sosial. Ali juga mengakui bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Pulau Rupat makin semringah. Lapangan kerja pun otomatis terbuka lebar untuk mereka yang siap berubah.

Selain UMKM, keberadaan listrik 24 jam juga berdampak positif dengan bermacam bidang lainnya, misalnya untuk perbankan, transaksi keuangan, dan lainnya. "Kalau listrik mati, internet juga mati, semua bisnis berhenti. Kami sudah bergantung ke listrik sekarang," ujar Ali.

Selain sektor keuangan, berbagai usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM seperti bisnis di bidang jasa juga dilirik masyarakat setempat. Ada sejumlah usaha seperti fotokopi, foto studio, hingga laundry sudah dibuka dan menerima pesanan. Lapangan kerja juga terbuka luas, generasi muda ikut berkecimpung di bisnis jasa itu. (mdk/yan)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Tahun Ini, 71 Desa di Kaltim akan Teraliri Listrik PLN
Tahun Ini, 71 Desa di Kaltim akan Teraliri Listrik PLN

Rasio Elektrifikasi (RE) PLN di Kaltim per Agustus 2023 telah mencapai 94,95 persen dengan Rasio Elektrifikasi total mencapai 99,99 persen.

Baca Selengkapnya
47 Tahun Tanpa Listrik, Kini 197 Rumah di Inhil Dialiri PLN
47 Tahun Tanpa Listrik, Kini 197 Rumah di Inhil Dialiri PLN

Sejak 47 tahun yang lalu, warga setempat hanya menggunakan penerangan yang terbatas.

Baca Selengkapnya
Pulau Batam dan Pulau Buluh Kini Tersambung Kabel Bawah Laut, Listrik Menyala 24 Jam
Pulau Batam dan Pulau Buluh Kini Tersambung Kabel Bawah Laut, Listrik Menyala 24 Jam

Beroperasi kabel laut sepanjang 1,16 kms ini membawa angin segar bagi pertumbuhan ekonomi warga di Pulau Buluh.

Baca Selengkapnya
Berjuang Puluhan Tahun, Warga RT 9 Sanipah Akhirnya Bisa Nikmati Listrik 24 Jam
Berjuang Puluhan Tahun, Warga RT 9 Sanipah Akhirnya Bisa Nikmati Listrik 24 Jam

Sejak 1980-an, akhirnya masyarakat dapat dapat menikmati fasilitas listrik 24 jam.

Baca Selengkapnya
Puluhan Tahun Hidup Gelap Gulita tanpa Listrik dan Sinyal, Begini Nasib Warga di Kampung Terpencil Taman Nasional Baluran
Puluhan Tahun Hidup Gelap Gulita tanpa Listrik dan Sinyal, Begini Nasib Warga di Kampung Terpencil Taman Nasional Baluran

Kampung ini dulunya sangat susah dijangkau padahal punya pemandangan eksotis yang menyihir mata.

Baca Selengkapnya
Era Listrik 24 Jam Akhirnya Bisa Dinikmati hingga Pelosok Tanah Air
Era Listrik 24 Jam Akhirnya Bisa Dinikmati hingga Pelosok Tanah Air

Program pemerataan listrik jadi salah satu agenda mendesak yang dilakukan di era pemerintahan Jokowi.

Baca Selengkapnya
Pendapatan BUMDesa Meroket hingga Rp8 Juta per Bulan Ternyata dari Sini Sumbernya
Pendapatan BUMDesa Meroket hingga Rp8 Juta per Bulan Ternyata dari Sini Sumbernya

Kehadiran PLTS ini akan memperkuat lembaga lokal, khususnya Badan Usaha Milik Desa.

Baca Selengkapnya
PLN Pulihkan 100% Listrik di Lampung Usai Gangguan Transmisi
PLN Pulihkan 100% Listrik di Lampung Usai Gangguan Transmisi

Pemadaman terjadi karena gangguan pada jaringan Saluran Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 275 kV Lubuk Linggau-Lahat.

Baca Selengkapnya
Bebas dari Gelap, Pulau Miang Sukses Kelola PLTS
Bebas dari Gelap, Pulau Miang Sukses Kelola PLTS

Bahkan, listrik yang dikelola oleh Bumdes setempat adalah energi terbarukan yang ramah lingkungan.

Baca Selengkapnya
PLN Pulihkan Pasokan Listrik di Lampung Usai Gangguan Transmisi
PLN Pulihkan Pasokan Listrik di Lampung Usai Gangguan Transmisi

Upaya penormalan melibatkan penanganan pada 267 penyulang tegangan menengah 20kV.

Baca Selengkapnya
PLN Sukses Kerek Penjualan Listrik Semester I 2024, Tumbuh 7,54 Persen
PLN Sukses Kerek Penjualan Listrik Semester I 2024, Tumbuh 7,54 Persen

PLN melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan penjualan listrik.

Baca Selengkapnya
Di Kepri, Sinyal XL Jangkau 40 Pulau Terpencil
Di Kepri, Sinyal XL Jangkau 40 Pulau Terpencil

Sinyal layanan internet PT XL Axiata Tbk (XL Axiata) tersedia di puluhan pulau terpencil di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Baca Selengkapnya