Polda DIY sebut 1 mahasiswa Papua jadi tersangka karena bawa panah
Merdeka.com - Humas Polisi Daerah (Polda) DIY, AKBP Anny Pudjiastuti, mengatakan delapan mahasiswa Papua yang ditangkap polisi karena diduga akan melakukan aksi telah dibebaskan, Sabtu (16/7) dini hari 00.30 WIB. Dari delapan korban tersebut satu orang dijadikan tersangka.
"Yang ditangkap, semuanya sudah dibebaskan," ujar AKBP Anny Pudjiastuti, Sabtu (16/7).
Anny menjelaskan, satu orang yang dijadikan tersangka tersebut bernama Obi Kogoya. Obi Kogoya dijadikan tersangka karena membawa satu panah.
-
Kenapa pelaku menikam mahasiswa? 'Motifnya, pelaku merasa ditipu dan sakit hati kepada korban,' ungkapnya.
-
Siapa yang berisiko mengompol? Sekitar 20% anak di berbagai negara mengalami masalah ini. 2. Faktor genetik: Kondisi ini dapat diwariskan dalam keluarga dan lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan sebelum mereka berusia 9 tahun.
-
Dimana kejadian polisi mengancam warga? Peristiwa itu terjadi di Palembang, Senin (18/12) pukul 11.30 WIB.
-
Apa yang dilakukan para perusuh di Ambon? Saat kerusuhan, para perusuh menjarah gudang senjata milik aparat di Tantui. Sebanyak 900 senapan, pistol dan granat hilang. Tak heran konflik di Ambon sangat berdarah. Senjata dari luar daerah dan luar negeri terus mengalir ke Ambon.
-
Kenapa polisi tersebut mengancam warga? 'Kau belum tahu di keluarga aku banyak yang jadi polisi ye, kau belum tahu dengan aku ye,' kata pelaku mengancam korban.
-
Bagaimana cara polisi tersebut mengancam warga? Dalam rekaman itu, pelaku mengenakan baju putih dan membawa sajam mencengkeram baju korban serta membentaknya.
"Satu orang dijadikan tersangka karena terbukti membawa satu panah. Tersangka tersebut dibebaskan dengan syarat wajib lapor," ujarnya.
Menurut Anny, mahasiswa Papua yang membawa panah tersebut berisiko melukai anggota polisi. Dua orang anggota polisi diklaim mengalami luka. "Dua anggota polisi terluka dalam kejadian itu," ujar Anny.
Anny mengungkapkan bahwa kepolisian akan terus berjaga-jaga di sekitaran asrama Papua yang berada di Jalan Kusumanegara 119 Yogyakarta. Penjagaan tersebut dimaksudkan untuk mengayomi masyarakat.
"Pengamanan dan penjagaan di sekitar asrama Papua terus dilakukan untuk mengayomi masyarakat," imbuh Anny.
Sementara itu ketua asrama Papua di Yogyakarta, Roy Karoba, membenarkan bahwa ke delapan warga Papua yang ditangkap telah kembali pada Sabtu (16/7) dini hari. Namun dia membantah jika Obi Kogoya yang dijadikan tersangka telah melakukan tindakan anarkis terhadap kepolisian.
"Obi Kagoya yang dijadikan tersangka itu dipukulin dan diinjak-injak oleh polisi. Obi Kagoya dengan reflek bertahan balas memukul polisi untuk melindungi diri. Artinya dia tidak sengaja untuk memukul polisi. Dia itu reflek karena diinjak-ijak," ujar Roy Karoba.
Roy Karoba juga menepis tuduhan kepolisan yang bahwa warga Papua melakukan pelemparan batu terhadap kepolisian. Warga Papua justru yang dilempari batu dari pihak ormas yang menamakan diri FKPPI, Pemuda Pancasila, dan Paksi Kraton.
"Kalau polisi mengatakan bahwa pihak kami (Papua) melemparkan batu, itu salah, kebohongan publik. Yang ada kami dilempari ormas dan polisi malah membiarkan saja," ujarnya.
Selain itu, Roy juga keberatan jika kepolisan masih terus menjaga asrama Papua sampai hari ini. Penjagaan tersebut dinilai meresahkan warga Papua di Yogyakarta. Warga Papua menjadi tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.
"Kalau sampai sekarang asrama Papua masih dikepung polisi, itu apa alasannya. Kami tidak meresahkan masyarakat sekitar. Bahkan justru warga sekitar asrama memberi bantuan dengan pembagian makanan," tambahnya.
Kejadian tersebut bermula saat warga Papua di Yogyakarta yang menamai diri Persatuan Rakyat untuk Pembebasan Papua Barat, membuat rangkaian acara 13-16 Juli. Acara tersebut dalam rangka mendukung ULMWP (United Lebration Movment For West Papua) untuk bergabung di Melanesian Spearhead Grup (MSG) yang sedang melakukan Konferensi Tingkat Tinggi di Honiara, Solomon Island 13-15 Juli.
Roy Karoba menambahkan, rencananya warga Papua akan menyelenggarakan rangkaian acara berupa panggung budaya pentas kesenian, konferensi pers, aksi damai, dan ibadah.
"Kami membatalkan semua acara tersebut karena melihat kondisi yang tidak memungkinkan," imbuhnya.
(mdk/hhw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bentrokan dua kelompok warga di di Kompleks Perumahan Pemda, Maluku Tenggara menyebabkan satu pelajar tewas.
Baca SelengkapnyaBentrokan antar warga pecah di sekitar Kompleks Perumahan Pemda, Kabupaten Maluku Tenggara, Selasa (20/2) malam.
Baca SelengkapnyaBukan tersangka yang didapat, para aparat kepolisian ini justru dikeroyok oleh warga Kampung Ambon.
Baca SelengkapnyaAkibat kejadian tersebut, MA mengalami luka di wajah bagian bawah, pelipis, bibir, dan kepala bagian belakang.
Baca SelengkapnyaLemparan batu mengenai kening dan pipi Serd STV hingga memar dan dibawa ke rumah sakit.
Baca SelengkapnyaViral aksi pemukulan di jalan oleh pria yang ngaku-ngaku sebagai anggota Kopassus.
Baca SelengkapnyaNasib nahas dialami seorang anggota Brimob Polda Kepri setelah terkena busur panah saat mengamankan penggusuran pemukiman ilegal di Batam, Kepulauan Riau.
Baca SelengkapnyaPenyerangan diduga lantaran keributan personel Batalyon 757/WMS dengan warga di Lapangan Futsal Pilamo.
Baca SelengkapnyaSaat ini, Bripka Arif masih dalam keadaan kritis dan dirawat di rumah sakit.
Baca SelengkapnyaViral Penghuni Indekos di Tangsel Ngaku Diintimidasi saat Beribadah, Polisi Tetapkan 4 Tersangka
Baca SelengkapnyaPerwira TNI berinisial AP yang terlibat penganiayaan anak pejabat Pangkalpinang di Purwokerto, telah dijatuhi sanksi berat.
Baca SelengkapnyaAksi persekusi dan penganiayaan terhadap mahasiswa Papua yang berunjuk rasa di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) viral di media sosial.
Baca Selengkapnya