Polda Jatim akui kebobolan saat Salim Kancil dibantai preman
Merdeka.com - Aktivis Salim kancil tewas dibantai di Lumajang karena aksinya menolak penambangan pasir. Tak cuma Salim, rekannya Tosan ikut menjadi korban dan saat ini masih kritis.
Banyak yang mempertanyakan antisipasi kepolisian membaca situasi untuk mencegah terjadinya peristiwa itu. Lalu bagaimana sebenarnya sikap Polda Jatim?
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, mengaku beberapa hari sebelum peristiwa keji itu terjadi pihaknya sudah mendapat laporan dari warga soal adanya ancaman pembunuhan terhadap warga dari kelompok tertentu. Atas laporan itu, lanjut Argo, anak buahnya sudah menindaklanjuti dengan melakukan penelusuran serta menginterogasi warga desa yang bersangkutan. Tapi, kata dia, mereka tidak tahu akan adanya pembantaian pada hari Si Kancil dan Tosan.
-
Siapa korban pembunuhan? Pelaku ditangkap oleh tim gabungan Resmob Polrestabes Semarang dan Jatanras Polda Jateng di hari yang sama dengan kejadian yaitu Senin (24/7). “Jadi kejadian jam 03.00 wib. Pelaku kami tangkap dalam pelariannya di Solo Jateng pukul 06.00 Wib.“
-
Kenapa polisi tersebut mengancam warga? 'Kau belum tahu di keluarga aku banyak yang jadi polisi ye, kau belum tahu dengan aku ye,' kata pelaku mengancam korban.
-
Siapa yang mengancam warga? 'Setelah kami periksa secara maraton, kami tingkatkan ke penyidikan dan sudah ditetapkan sebagai tersangka,' ungkap Kasatreskrim Polrestabes Palembang AKBP Haris Dinzah, Selasa (19/12). Tersangka Bripka ED dijerat Pasal 335 KUHP tentang perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman paling lama satu tahun penjara.
-
Siapa pelaku pembunuhan itu? 'Diduga korban ditusuk ketika dalam keadaan sedang tidur. Ini masih kita dalami,' ujar dia kepada wartawan, Sabtu (30/11).Gogo menjelaskan, terduga pelaku awalnya menikam ayahnya.
-
Mengapa pelaku mengancam korban? Korban sebenarnya sempat kabur kembali ke Kota Salatiga. Namun korban tidak berdaya karena diancam pelaku akan menyebarkan video dan foto hasil hubungan intim mereka. Karena takut korban kembali ke Solo dan disekap hingga Januari 2023.
-
Dimana kejadian polisi mengancam warga? Peristiwa itu terjadi di Palembang, Senin (18/12) pukul 11.30 WIB.
"Sebenarnya itu sudah ada respons dari polisi di lokasi. Tapi kejadian itu tidak bisa diantisipasi. Intinya kita punya pilar pilar di bawah, ada pihak polsek juga," jelas Argo saat dihubungi merdeka.com, Selasa (29/9).
Alhasil, kata dia, saat kejadian memang polisi tak satupun di lokasi. "Polisi di kantor polisi. Sekarang sedang mengungkap kenapa pembantaian itu bisa terjadi," sambungnya.
Sejauh ini, polisi telah menetapkan 22 tersangka dalam kasus pembantaian dua aktivis antitambang itu. Soal keterlibatan perusahaan, dia belum berani berspekulasi.
"Dari hasil olah TKP kami tidak bisa klaim bahwa ada keterlibatan perusahaan pertambangan," pungkas Argo.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kejadian itu dipicu karena salah paham antara prajurit TNI dengan personel Polri.
Baca SelengkapnyaPolri melakukan berbagai langkah penyelesaian dalam penanganan perkara prajurit TNI menyerang Mapolres Jayawijaya.
Baca SelengkapnyaBawaslu akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian dan aparat keamanan setempat untuk tindaklanjuti insiden tersebut.
Baca SelengkapnyaSatu dari tiga warga dikabarkan meregang nyawa diduga akibat tertembak polisi
Baca SelengkapnyaAncaman itu didapatkan agar mereka mau direlokasi.
Baca SelengkapnyaTermasuk mengangkat isu Patung Yesus yang sebenarnya telah dibahas dan telah diselesaikan oleh unsur Forkopimda dan para tokoh di Intan Jaya.
Baca SelengkapnyaTahun 1980an, preman merajalela. Aparat Orde Baru punya satu penyelesaian: Penembak Misterius
Baca SelengkapnyaMaruli menilai penyerangan ini karena emosi sesaat prajurit muda
Baca SelengkapnyaTim advokasi melaporkan kasus dugaan penembakan tersebut ke Bareskrim Polri lantaran tak ada perkembangan dari Polda Kalimantan Tengah.
Baca SelengkapnyaPangdam XVII Cenderawasih Mayjen TNI Izak Pangemanan mengungkapkan duduk perkara penyerangan Mapolres Jayawijaya.
Baca SelengkapnyaKasus salah tangkap dan dugaan penganiayaan yang dilakukan anggota kepolisian di Sukabumi menjadi atensi Kapolda Jabar Irjen Pol Akhmad Wiyagus.
Baca SelengkapnyaRentetan kasus kriminal libatkan polisi menunjukkan pembinaan mental Sumber Daya Manusia (SDM) Polri belum berjalan maksimal.
Baca Selengkapnya