Polda Jatim nilai kasus penganiayaan ulama di Tuban dibesar-besarkan
Merdeka.com - Tahun 2018 hingga 2019, merupakan tahun politik. Rangkaian peristiwa yang terjadi di tahun-tahun ini, menjadi sangat sensitif. Contohnya seperti kasus penganiayaan ulama di Tuban dan Lamongan, Jawa Timur yang terjadi beberapa hari terakhir.
Namun, Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Frans Barung Mangera menegaskan, bahwa peristiwa di Tuban dan Lamongan beberapa hari lalu itu bukan kasus penyerangan.
"Terminologi penyerangan (jika) seseorang atau kelompok yang datang kepada tempat tertentu untuk melakukan pengrusakan dan penganiayaan, dan sebagainya," ujar Barung kepada wartawan di Mapolda Jawa Timur, Selasa (20/2).
-
Siapa pelaku penganiayaan? Viral Remaja Pukuli Bocah Lalu Mengaku sebagai Keponakan Mayor Jendera Sekelompok remaja tmenganiaya dan mencaci bocah di Bandung, Jawa Barat.
-
Siapa yang diserang di rumah sakit? Serangan mematikan terhadap rumah sakit itu menewaskan empat orang termasuk seorang anak dan 32 orang lainnya luka-luka serta menghancurkan keseluruhan bangunan rumah sakit menyisakan puing-puing dan kemungkinan korban tertimpa runtuhan.
-
Mengapa orang sering begadang? Kecenderungan untuk begadang sering kali dikaitkan dengan faktor genetika dan usia. Orang dengan chronotype malam cenderung memiliki kebiasaan tidur larut malam dan bangun lebih siang.
-
Apa yang dilakukan pelaku? Mereka juga meminta Y agar menyerahkan diri agar dapat diperiksa. 'Saya imbau kepada yang diduga pelaku berinisial Y yang sesuai dengan video yang beredar agar menyerahkan diri,' kata Rahman saat dikonfirmasi, Minggu (28/4).
-
Kenapa pelaku melakukan perundungan? Berdasarkan hasil pemeriksaan, terungkap bahwa pelaku kesal karena korban mengaku sebagai anggota geng yang dipimpin pelaku. Padahal korban bukan menjadi bagian dari geng pelaku.
-
Kenapa orang sering begadang? Banyak orang memilih begadang karena merasa malam adalah waktu yang paling produktif.
Kasus di Tuban misalnya. Dijelaskan perwira tiga melati di pundak ini, peristiwa itu terjadi ketika ada seseorang yang ingin berobat kepada salah satu Gus (panggilan untuk anak kiai).
Pelaku, lanjutnya, sering berobat. Tapi karena menunggu lama, mulai pagi sampai malam belum dilayani, dia marah dan melakukan pengerusakan.
"Itu adalah kasus yang paling betul-betul kentara sekali. Bahwa itu bukan penyerangan," tegasnya.
Sementara di Lamongan, kejadian bermula dari seseorang yang diduga gila, diminta menyingkir dari tempat ibadah. Namun yang bersangkutan marah dan mengejar kiai yang mengusirnya. "Tidak ada penganiayaan. Yang ada hanyalah insiden yang sengaja dibesarkan. Kiai sendiri sudah menyatakan," ucapnya.
Meski demikian, Barung mengaku Polda Jawa Timur tetap mewaspadai semua kejadian tersebut. Sebab ada dugaan, bahwa ada yang sengaja membesar-besarkan kasus ini untuk mengusik ketentraman Jawa Timur. "Kami belum menyebutnya pihak lain, tetapi ada isu ini sengaja disebar, itu jelas," sesal Barung.
Mengelar razia orang gila
Untuk mengantisipasi kejadian susulan yang dikhawatirkan bisa memicu reaksi publik dan mengganggu kondusifitas Jawa Timur di masa kampanye Pilkada Serentak 2018, Barung mengaku, pihaknya tengah mengambil langkah cepat, berinisiatif melakukan razia di beberapa daerah kabupaten/kota.
Karena sasaran razia adalah orang-orang gila yang berkeliaran di jalan-jalan, Dinas Sosial pun dilibatkan. "Kita bekerjasama dengan Dinas Sosial di masing-masing kabupaten untuk melakukan razia terhadap orang-orang gila," ungkap Barung.
Selain itu, untuk menjaga kerawanan, Polda Jawa Timur juga bekerjasama dengan TNI, termasuk berkoordinasi dengan pihak Korem dan Kodim, dalam hal pengamanan terhadap simbol-simbol maupun tokoh agama. "Kita kawal semua pesantren. Apa kebutuhan pesantren akan kita penuhi dalam rangka pengamanan," tegasnya.
Sebelumnya, pihak kepolisian tengah melakukan penyelidikan kasus penganiayaan terhadap pengasuh Ponpes Karangasem, Lamongan, KH Hakam Mubarok yang terjadi pada Minggu (18/2). Kasus ini sempat viral di media sosial. Dari pendalaman polisi, pelaku diduga menderita sakit jiwa, karena selalu bicara tidak jelas.
(mdk/rhm)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keterangan keluarga pelaku diketahui, pelaku sering berdiam diri dan bengong.
Baca SelengkapnyaPolisi memastikan penganiayaan itu tak berkaitan dengan kontestasi politik yang sedang dijalani korban.
Baca SelengkapnyaPerawat tersebut sempat menyelamatkan diri, meski sudah dalam kondisi terluka.
Baca SelengkapnyaPeristiwa itu bermula dari klaim polisi yang mengenakan pakaian preman sedang melakukan razia.
Baca SelengkapnyaAnggota Brimob diduga lepas tanggung jawab karena hanya bayar biara pengobatan 2 juta. Sementara luka korban sangat serius.
Baca SelengkapnyaDitangkap Polisi, Ini Kronologi Pemuda Mabuk Tusuk Ibu-Ibu di Bogor hingga Berlumuran Darah
Baca SelengkapnyaPencabulan tersebut terjadi pada 25 Juni 2024 sekira pukul 22.00 WIB dengan modus pengobatan terhadap korban.
Baca SelengkapnyaPelaku ditangkap pada Jumat (28/7) dini hari di sebuah rumah di kecamatan Batujaya setelah pelariannya selama 10 hari.
Baca SelengkapnyaSeorang pria mengaku dukun di Lubuklinggau, Sumatera Selatan, diringkus polisi karena diduga mencabuli seorang ibu muda. Dalam beraksi dia dibantu istrinya.
Baca Selengkapnya